Geliat Sektor Industri

Pantesan Minim Inovasi, Daya Serap Riset Industri Hanya 0,2 Persen

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti rendahnya kualitas produk industri dalam negeri karena masih minimnya daya serap riset. khu

Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti rendahnya kualitas produk industri dalam negeri karena masih minimnya daya serap riset. khususnya yang melibatkan universitas di Indonesia.

Kondisi tersebut terungkap sebanyak 0,2 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menggunakan produk dalam negeri. Selebihnya menggunakan produk impor.

"Kita impor mesin dan peralatan. Hasil riset dan produk-produk juga dari negara luar," kata Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad kepada apahabar.com, Minggu (12/10).

Baca Juga: 6 Jurus Jitu Kemenperin Picu Pertumbuhan Industri

Baca Juga: Jepang Mulai Melirik Proyek Jalur Kereta Api di IKN

Tauhid menerangkan mayoritas produk industri di Indonesia berasal dari negara Jerman, China, Jepang. Kondisi tersebut yang menyebabkan Indonesia tidak mampu menghasilkan produk industri yang berkualitas.

Rendahnya daya serap riset universitas di sektor industri disebabkan karena lemahnya sistem pendidikan Indonesia di tingkat universitas. Akibatnya, hasil riset universitas hingga kini belum memengaruhi inovasi di sektor perindustrian.

"Rata-rata modelnya hanya levelnya jurnal tidak hisa menghasilkan produk yang bisa digunakan oleh industri," ungkapnya.

Baca Juga: Genjot Bauran EBT, CELIOS: Jangan Berhenti di Peresmian PLTS Cirata!

Kemudian, dari pihak pemerintah pun anggaran yang digelontorkan itu terlalu sedikit. Desain kelembagaan pemerintah saat ini dinilainya tidak bisa menunjang kebutuhan industri.

Anggaran pemerintah yang tidak memadai, diperparah dengan tidak disertainya insentif bagi peneliti yang melakukan tahapan riset industri yang bertujuan menghasilkan produk berkualitas.

Sekelumit persoalan tersebut membuat sektor industri swasta lebih tertarik langsung membeli produk dari luar negeri.

"Ya bagi sektor swasta lebih enak beli dari negara lain. Soalnya lebih murah dan copyright-nya katakanlah lebih efisien," pungkasnya.