Panitia Diduga Sengaja Cetak Tiket Banyak, Polisi Usut Festival Berdendang Bergoyang

Ada dugaan panitia event Berdendang Bergoyang mencetak tiket dalam jumlah banyak. Terkait hal ini, polisi sedang melakukan penyelidikan. 

Polisi sedang mengusut Festival Berdendang Bergoyang. Foto-detikcom

apahabar.com, BANJARMASIN - Ada dugaan panitia event Berdendang Bergoyang mencetak tiket jauh lebih banyak dari yang diperkirakan. Terkait hal ini, polisi sedang melakukan penyelidikan. 

"Saat ini kira baru pada seputar masalah jumlah pengunjung yang membludak, itu sangat jauh berbeda dengan surat permohonan yang diajukan kepada kami dengan fakta di lapangan, sehingga nanti akan menjurus kepada ticketing," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Komarudin, dilansir dari CNNIndonesia, Senin (31/10).

"Apakah ada unsur kesengajaan mereka mencetak tiket banyak-banyak di luar dari permohonan, itulah nanti baru dilihat indikasi ke sana," lanjutnya.

Sejauh ini, kata Komarudin, pihaknya telah memeriksa dua orang dari manajemen serta bagian produksi. Komarudin juga menyebut peristiwa ini masih dalam proses penyelidikan dan investigasi. Kata dia, jika memang ditemukan unsur pidana, maka akan dilanjutkan dengan proses hukum.

"Kita akan periksa beberapa saksi-saksi lain lagi, sekiranya nanti memang ditemukan ada indikasi pidana, tentu kita naikkan ke tahap sidik (penyidikan)," ucap Komarudin.

Diketahui, festival musik ini rencananya digelar selama tiga hari di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Jakara Pusat.

Namun, polisi mencabut izin penyelenggaraan acara tersebut pada Sabtu (29/10) karena alasan potensi gangguan ancaman terhadap keselamatan penonton.

Komarudin sebelumnya menjelaskan bahwa berdasarkan permohonan, panitia menargetkan ada tiga sampai lima ribu ribu orang yang hadir dalam festival itu. Namun, polisi menemukan fakta acara tersebut dihadiri lebih 20 ribu penonton pada hari pertama dan kedua.

"Dari sini kami lihat adanya potensi gangguan ancaman terhadap keselamatan pengunjung maka semalam jam 10.10 WIB kami hentikan," kata Komarudin.