Sengketa Dagang

Panel Sengketa Dagang Indonesia - Uni Eropa Resmi Dibentuk

DSB WTO secara resmi membentuk panel sengketa dagang Indonesia dengan Uni Eropa terkait kebijakan pengenaan bea masuk imbalan dan bea anti-dumping Uni Eropa.

Deputi Wakil Tetap II RI untuk WTO Dandy Satria Iswara menyampaikan pernyataan delegasi Indonesia mengenai permintaan pembentukan panel sengketa dagang RI-EU terkait produk baja Indonesia, dalam pertemuan WTO pada Selasa (30/5/2023). Foto: PTRI Jenewa

apahabar.com, JAKARTA - Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body/DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) secara resmi membentuk panel sengketa dagang Indonesia dengan Uni Eropa terkait kebijakan pengenaan bea masuk imbalan dan bea anti-dumping Uni Eropa terhadap produk baja Indonesia (DS616).

Pembentukan panel sengketa dagang tersebut dilakukan pada pertemuan reguler Badan Penyelesaian Sengketa WTO pada Kamis (30/5) di Jenewa, Swiss.

"Penerapan kebijakan Uni Eropa tersebut telah menghapuskan atau mengurangi keuntungan yang diperoleh Indonesia secara langsung atau tidak langsung berdasarkan perjanjian terkait," ujar Duta Besar RI untuk WTO Dandy Satria Iswara melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (1/6).

Dandy menyampaikan, permintaan pembentukan panel telah disampaikan pertama kali oleh Indonesia pada 18 April 2023. Sebagaimana pasal 6.1 Dispute Settlement Understanding (DSU), panel akan otomatis terbentuk pada pertemuan DSB berikutnya, yaitu DSB Mei 2023, setelah permintaan pembentukan panel pertama disampaikan.

Baca Juga: Larangan Nikel Indonesia, Indef: Perkuat Argumen Hukum di Sidang Banding WTO

Menurut Dandy, Uni Eropa berpandangan kebijakannya telah sesuai dengan perjanjian WTO dan panel akan menegakkan kebijakan tersebut. Walaupun kecewa atas keputusan Indonesia untuk membentuk panel sengketa, Uni Eropa mengakui bahwa keputusan tersebut merupakan hak Indonesia.

"Uni Eropa juga menyatakan kesiapan untuk berdiskusi dengan Indonesia mengenai pengaturan sementara timbal balik berdasarkan Pasal 25 DSU selama Appellate Body (Badan Banding) WTO tidak berfungsi," terang Dandy.

Pada pertemuan tersebut, terdapat 14 Anggota WTO yang menyatakan keinginan untuk menjadi Pihak Ketiga Sengketa DS616, yaitu Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Tiongkok, India, Inggris, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Rusia, Singapura, Thailand, Turki, dan Ukraina.

Hal ini menunjukkan besarnya perhatian dan kepentingan anggota WTO terhadap kasus sengketa. Sesuai pasal 7.1 DSU, Indonesia dan Uni Eropa diharapkan dapat menyepakati kerangka acuan Panel dalam waktu 20 hari setelah pembentukan panel.

Baca Juga: Jokowi 'Ngambek' Kecolongan Temukan Ekspor Paksa Usai Kalah Digugat WTO

Pada 24 Januari 2023, Indonesia telah meminta konsultasi dengan Uni Eropa mengenai pengenaan bea masuk imbalan dan anti-dumping pada produk baja Indonesia. Indonesia menekankan, langkah-langkah ini tidak konsisten dengan kewajiban Uni Eropa berdasarkan Perjanjian Subsidies and Countervailing Measures, Perjanjian Anti-Dumping, dan GATT 1994.

Konsultasi antara kedua pihak telah berlangsung pada 13 Maret 2023, namun tidak dapat menghasilkan solusi jalan keluar atas perselisihan tersebut.