Kalsel

Pancasila Vs Paham Radikal, 23 Persen Mahasiswa Terpapar

apahabar.com, BANJARMASIN – Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Banjarmasin merespons aksi penyerangan…

Ilustrasi. Foto-Net

apahabar.com, BANJARMASIN – Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Banjarmasin merespons aksi penyerangan Markas Polisi Sektor (Mapolsek) Daha Selatan, Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), beberapa waktu lalu.

Terlebih aksi orang tak dikenal (OTK) yang menewaskan satu anggota kepolisian bernama Bripka Leo Nardo Latupapua itu terjadi di tengah Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Terbaru, keadaan bangsa semakin ambyar dengan adanya Rancangan Undang-undang (RUU) Haluan IdeologI Pancasila. Bahkan telah menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat.

“Oleh sebab itu, kami menggelar diskusi daring dengan tema Pancasila sebagai Jalan Lurus, Mewaspadai

Penyebaran Paham Radikalisme di Kalangan Pemuda dan Mahasiswa,” ucap Ketua DPD KNPI Kota Banjarmasin, Muhammad Imam Satria Jati, Rabu (24/6).

Menurutnya, tema itu diangkat sebagai respons para pemuda terkait peristiwa yang melukai nilai-nilai kemanusiaan hingga menewaskan salah satu anggota Polri.

“Sehingga penekanan Pancasila sebagai Jalan Lurus adalah tema yang kami pilih”, kata Imam.

Dengan adanya diskusi ini, Imam berharap agar menambah pemahaman pemuda dan tetap berkomitmen menjadikan Pancasila sebagai Jalan Lurus.

“Serta menjadikan nilai Pancasila sebagai jiwa dan hidup pemuda, terutama di Kota Banjarmasin,” bebernya.

Diskusi itu menghadirkan tiga narasumber. Di antaranya Wakapolres Kota Banjarmasin AKBP Sabana Atmojo, Ketua FKPT Kalsel Aliansyah Mahadi, Cendikiawan Muslim Banua Prof. Ahmad Khairuddin, dan Representative Pemuda Banua, Muhammad Aliansyah.

Dalam paparannya, Ketua FKPT Kalsel, Aliansyah Mahadi mengatakan Banua bukan termasuk zona merah penyebaran paham radikal. Namun serangan 1 Juni 2020 kemarin dinilai mengagetkan khalayak.
“Berdasarkan data Kemenhan, sekitar 23,4% mahasiswa terpapar radikalisme,” pungkasnya.

Editor: Muhammad Bulkini