Kalsel

Pakar ULM: PPKM Level IV Banjarmasin Bukan Lockdown Total

apahabar.com, BANJARMASIN – Restriksi dalam PPKM Level 4 adalah paling tinggi dibanding level lainnya meski sebenarnya…

Transmisi virus di Banjarmasin saat ini dilaporkan tim pakar ULM sangat tinggi dan tidak terkontrol. Foto: dok.apahabar.com

apahabar.com, BANJARMASIN – Restriksi dalam PPKM Level 4 adalah paling tinggi dibanding level lainnya meski sebenarnya masih jauh dari gambaran lockdown atau karantina wilayah total.

"Di beberapa negara yang sukses mengendalikan pandemi seperti China, Selandia Baru, Vietnam dan Australia, jika di satu kota ditemukan beberapa kasus infeksi mereka segera melakukan tracing dan testing secepatnya dan jika terdapat potensi menyebar lockdown akan diterapkan," ujar Anggota Tim Pakar Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Mutaqqin, Senin (26/7).

Pembatasan dalam PPKM Level 4 tentu saja cukup menyakitkan bagi masyarakat karena berpotensi menyebabkan kehilangan pekerjaan dan turunnnya daya beli.

"Tetapi pembatasan tersebut sangat diperlukan untuk menurunkan laju penularan Covid-19 di Banjarmasin," sambung dosen Ilmu Ekonomi dan Bisnis ini.

Menurutnya, transmisi virus di Banjarmasin saat ini sangat tinggi dan tidak terkontrol. Tergambar dari lajunya tambahan rata-rata konfirmasi infeksi baru dari 16 kasus per hari pada 28 Juni - 4 Juli, kemudian naik menjadi 20 kasus per hari pada 5 - 11 Juli, 112 kasus per hari pada 12 - 18 Juli dan 161 kasus baru per hari dalam 19 - 25 Juli.

"Lonjakan kasus harian ini menunjukkan penyebaran Covid-19 di Banjarmasin sudah bergerak secara eksponensial," paparnya.

Sementara itu dampak ledakan Covid-19 di Banjarmasin dan wilayah sekitarnya adalah melonjaknya pasien Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit.

Jika pada awal Juli terdapat 141 pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap di rumah sakit, maka dua minggu kemudian (14 Juli) jumlahnya meningkat dua kali lipat menjadi 311 orang dan pada 25 Juli melonjak lagi menjadi 510 pasien. Kondisi ini menyebabkan tingginya kebutuhan oksigen dan meningkatnya risiko keterpaparan nakes terhadap virus Corona.

Keberhasilan untuk menekan laju transmisi virus Corona di masyarakat sangat bergantung pada bagaimana keseriusan Pemkot Banjarmasin mengimplimentasikan aturan dalam PPKM level 4 tersebut.

"Bagaimana mengomunikasikannya ke masyarakat, dan melakukan pendekatan persuasif disertai dengan contoh dan konsistensi," ujarnya.

Sebenarnya asesmen dari Kementerian Kesehatan sejak 9 Juli sudah menempatkan Banjarmasin dalam situasi level 4, yaitu tingkat penularan tinggi dan kapasitas respon rendah.

Hanya saja Pemkot Banjarmasin belum menganggap serius kondisi melonjaknya kasus penulran Covid-19 dan mulai terbatasnya kemampuan sistem kesehatan merespons.

Bahkan dengan terlalu percaya diri memutuskan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka di tengah risiko penularan virus yang sangat besar bagi anak-anak usia sekolah.

Ketika pemerintah pusat memutuskan Banjarmasin harus melaksanakan PPKM Level 4, Pemkot pun masih sibuk menyangkal kondisi penularan Covid-19 yang semakin memburuk dengan menyalahkan data yang digunakan oleh Kemenkes tidak kredibel.

"Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa pembatasan tersebut bukan untuk menyakiti mereka meskipun terasa sangat memberatkan. Pembatasan tersebut adalah untuk menolong dan menyelamatkan mereka dari bencana kesehatan akibat wabah virus Corona. Semakin cepat kita bisa mengendalikan pandemi Covid-19 semakin cepat juga pemulihan ekonomi dan kegiatan masyarakat lainnya dapat dilakukan," pungkasnya.

Pakar ULM: Pelacakan Covid-19 di Banjarmasin Mendekati Nol!