Kalsel

Pakar ULM: Peningkatan Kasus Covid-19 Januari 2021 Dekati Situasi Terburuk

apahabar.com, BANJARMASIN – Sepanjang Januari 2021, terjadi peningkatan signifikan kasus penularan Covid-19 di Kalimantan Selatan dengan…

Ilustrasi pemakaman jenazah Covid-19. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Sepanjang Januari 2021, terjadi peningkatan signifikan kasus penularan Covid-19 di Kalimantan Selatan dengan rata-rata pertumbuhan 90 kasus per hari atau 30 persen lebih tinggi dibanding Desember 2020.

“Peningkatan ini sudah mendekati situasi terburuk yang dialami Kalsel pada Juli 2020 yaitu sebanyak 2.950 kasus. Dengan rata-rata kecepatan pertumbuhan kasus baru sebesar 95 kasus per hari,” ungkap Tim Pakar Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat, Dewi Anggraini, dalam rapat virtual bersama Pemprov Kalsel, Senin (9/2) kemarin.

Total kasus yang terjadi sepanjang Januari sebanyak 2.776 kasus dengan proporsi 78 persen. Ada 4 kabupaten/kota penggerak pertumbuhan kasus Covid-19 yaitu Banjarmasin (556 kasus), Banjarbaru (534), Tanah Bumbu (418) dan Tanah Laut (406).

Sementara kabupaten Banjar mengalami penurunan jumlah kasus aktif yang signifikan sebesar -51 kasus.

“Penurunan kemungkinan disebabkan oleh terhambatnya upaya peningkatan 3T (Tracing, Testing, Treatment) di daerah terdampak banjir,” lanjut Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) ULM ini.

Lonjakan kasus harian ini berdampak pada menurunnya tingkat kesembuhan atau Case Recovery Rate (CRR) di 5 kabupaten/kota yakni Kotabaru (-10,32 persen), Banjarbaru (-8,99 persen), Tanah Laut (-5,56 persen), Banjarmasin (-2,12 persen), dan Tapin -0,27 persen.

“Ini terjadi akibat laju pertumbuhan kasus baru lebih tinggi dibandingkan dengan laju kesembuhan baru,” imbuh dia.

Begitu pula dengan jumlah kematian yang tercatat 62 kasus terjadi di sepanjang Januari 2021, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. 5 kabupaten/kota dengan jumlah kematian tertinggi adalah Banjarbaru, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah Bumbu dan Banjarmasin.

Peningkatan kasus aktif Covid-19 menunjukkan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan pemerintah provinsi Kalsel tidak efektif, di mana pertumbuhan kasus bertambah dari 67 kasus/hari menjadi 109 kasus/hari pada minggu ke empat.

“Pelaksanaan PPKM diharapkan dapat menurunkan laju pertumbuhan kasus Covid-19. Namun dari indikator menunjukkan PPKM tidak efektif menahan pertumbuhan kasus baru,” urainya

Salah satu faktor yang memengaruhi lonjakan kasus adalah dampak dari bencana banjir di Kalsel. Musibah yang terjadi sejak pertengahan Januari tersebut, kata dia, berpotensi memicu pertumbuhan kasus dari klaster pengungsian.

“Ini disebabkan oleh situasi darurat yang menghambat proses 3T dan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan yang benar,” jelasnya.

Dia memandang dalam melakukan penanganan pandemi, perlu adanya perhatian yang lebih serius dari semua pihak. Pada sisi pemerintah, perhatian yang dimaksud bisa dari strategi kebijakan, implementasi, pengawasan hingga evaluasi.

“Peningkatan strategi harus disertai dengan peningkatan sistem monitoring, evaluasi dan penjaminan mutu implementasinya,” tutur Dewi.

Untuk itu, Tim Pakar Covid-19 ULM memberikan rekomendasi kepada pemerintah sebagai bahan kajian dalam upaya penanganan virus Corona di Kalsel. Di antaranya melakukan karantina wilayah (lockdown) untuk membatasi mobilitas penduduk secara ketat dan tegas dari PPKM Jilid I.

“Agar potensi interaksi langsung dan kerumunan warga dapat dikurangi dan dikendalikan secara signifikan. Meskipun ini bukan dari strategi pemerintah pusat,” paparnya.

Dewi menilai pada praktik di lapangan menunjukkan penerapan prokes masyarakat masih cukup lemah, karena keberadaan PPKM kurang dirasakan. Begitu pula pada sejumlah tokoh publik yang tidak memberikan contoh bagi rakyatnya. Karenanya, edukasi prokes harus disertai dengan perwujudan secara masif.

“Memperkuat pengawasan prokes di lapangan dan mempertegas penerapan sanksi hukum bagi pelanggar dapat menimbulkan efek jera dan memantapkan eksistensi PPKM,” tegasnya.

Rekomendasi yang diberikan ini lebih khusus ditujukan pada daerah penyumbang atau penggerak pertumbuhan kasus positif Covid-19 di Kalsel yang telah disebutkan tadi.

Selain itu, dia menyarankan perlu penanganan lebih lanjut pada penduduk dan daerah yang terdampak banjir dengan meningkatkan sistem monitoring serta evaluasi penerapan prokes di tempat pengungsian.

“Selain bahan pokok dan sandang, bantuan yang penting untuk mendukung penerapan prokes adalah masker, sabun dan handsanitizer,” sebutnya

Pihaknya juga menyarankan agar para relawan yang keluar masuk lokasi pengungsian menjalani tes swab antigen untuk meminimalkan terjadinya penularan. Pemerintah juga diminta menyediakan dua fasilitas layanan kesehatan berbeda di setiap daerah terdampak banjir.

“Terpisah antara pasien umum dan pasien Covid-19,” ujarnya

Sebagai informasi, data terakhir menunjukkan total sebaran Covid-19 di Kalsel mencapai 18.917 kasus dengan 671 orang meninggal dunia. Sementara, 1.655 terkonfirmasi positif dan 16.591 orang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.