Wolbachia

Pakar: Teknologi Wolbachia Terbukti Dapat Mengurangi DBD

Teknologi Wolbachia dikembangkan sebagai pelengkap upaya menanggulangi program DBD di Indonesia.

Teknologi Wolbachia terbukti dapat mengurangi penyakit dengue.

apahabar.com, JAKARTA – Teknologi Wolbachia dikembangkan sebagai pelengkap upaya menanggulangi program DBD di Indonesia.

Yogyakarta adalah kota dilakukannya riset teknologi Wolbachia di Indonesia sejak 2011 hingga saat ini.

Riset ini telah melewati beberapa fase dan terbukti berhasil menurunkan hingga 77 persen pengurangan penyakit demam berdarah dan 86 persen penurunan rawat inap di wilayah Yogyakarta.

“Wolbachia ini cara untuk melawan virus dengue yang ada di tubuh nyamuk” ucap Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D dalam Media Briefing PB IDI pada Senin (20/11).

Wolbachia merupakan bakteri alami pada serangga yang dapat diturunkan dari generasi ke generasi melalu telur serangga. Bakteri ini terdapat pada 50 persen serangga di sekitar kita, salah satunya adalah nyamuk.

Baca Juga: Heboh Nyamuk Wolbachia, Ini Penjelasan Pakar

Ketika bakteri ini dimasukan pada telur nyamuk aedes aegypti, maka ia akan menghambat perkembangan virus dengue. Sehingga ketika nyamuk tersebut menggigit manusia tidak akan memindahkan virus ke manusia.  

Cara Kerja Wolbachia

Metode Wolbachia yang digunakan di Indonesia adalah replacement atau menggantikan. Cara kerja dari metode ini adalah melepaskan nyamuk jantan dan betina Wolbachia dalam jumlah selama  kurun waktu 6 bulan.

Kunci keberhasilan teknologi ini adalah jika nyamuk betina yang mengandung Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang memiliki ataupun tidak memiliki Wolbachia. Kemudian telur yang menetas dari hasil perkawinan tersebut akan mengandung Wolbachia dan generasi setelahnya akan menjadi nyamuk Wolbachia.

“Tidak ada yang berubah dari nyamuknya, nyamuknya tidak jadi nyamuk bionik maupun transgenik. Yang terjadi adalah semacam mekanisme bloking mekanik, sehingga memang pada akhirnya dampak dari gigitan nyamuknya saja”, ujar Dr Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD dari Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada.

“Gatalnya masih sama, bentolnya masih sama, tetapi yang beda adalah dia tidak menularkan lagi virus tersebut,” lanjutnya.

Selain itu risiko intervensi Wolbachia terkait pengendalian demam berdarah sangat rendah sehingga aman untuk manusia, hewan, dan lingkungan.