Pakar: Pola Pikir Baru Diperlukan untuk Menerjang Badai Ekonomi 2023

Memasuki tahun 2023, ancaman badai resesi global merupakan salah satu resiko terberat yang harus dihadapi oleh setiap pengusaha

Ancaman resesi global menghantui Kalsel (Foto: Fokusmedan)

apahabar.com, JAKARTA - Memasuki tahun 2023, ancaman badai resesi global merupakan salah satu risiko terberat yang harus dihadapi oleh setiap pengusaha. 

Karenanya baik para pengusaha maupun investor harus mengadopsi pola pikir baru agar memungkinkan mereka memanfaatkan kekuatan disruptif saat hadapi badai ekonomi.

Komisaris Bursa Efek Indonesia, Pandu Patria Sjahrir, mengakui tantangan yang ada di depan perusahaan teknologi dan menekankan perlunya tata kelola yang baik. 

Baca Juga: Prediksi Ekonomi 2023 Tumbuh 5 Persen, Celios: Terlalu Optimis

Menurutnya, ekonomi digital merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perekonomian Indonesia.

"Meskipun tahun 2023 akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perusahaan teknologi, masih ada peluang bagi mereka yang fokus pada bisnis intinya, membangun tim, dan menumbuhkan budaya tata kelola yang baik," kata Pandu dalam keterangan tertulis, Kamis (5/1).

Senada, CEO dari Banpu, raksasa energi yang berbasis di Thailand Somruedee Chaimongkol mengeklaim para pemimpin bisnis dan investor perlu mengadopsi pola pikir yang 'tidak akan pernah normal kembali.

Baca Juga: Menteri Teten: Usaha Mikro-Kecil Belum Kompetitif Bersaing di Pasar Digital

Menurutnya, ekonomi ASEAN yang beragam dan tangguh dapat menjadi tempat yang aman dari ancaman badai ekonomi 2023.

"Kita berada di era yang tidak pernah normal. Guna bertahan dalam jangka panjang, pelaku bisnis wajib menanamkan paradigma “never normal” agar dapat memetik manfaat dari disrupsi pemikiran ini," kata Somruedee dalam pernyataan resminya, Kamis (5/1). 

Baginya, pelaku bisnis harus fokus dan berhati-hati dalam keuangan dan tata kelola yang baik, mengidentifikasi peluang regional yang muncul, seperti logistik dan manufaktur maju.

“ASEAN kini telah menjadi hub internasional bagi sektor manufakturing, didorong oleh peningkatan investasi dan pertumbuhan PDB yang stabil,” imbuhnya.

Indonesia Perlu Dorong Hilirisasi di Beberapa Sektor Potensial

Sebelumnya, KADIN menilai Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk mengeksplorasi potensi hilirisasi industri.

Karenanya, perlu ada dorongan hilirisasi di berbagai sektor komoditas, terutama pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Sektor-sektor tersebut memiliki kontribusi besar pada perekonomian, dengan porsi ekspor yang belum maksimal. 

“KADIN berharap pemerintah dan pelaku usaha dapat berkolaborasi untuk menciptakan nilai tambah sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan daya saing komoditas ekspor unggulan dalam negeri,” tegas Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid.

Menurutnya, tahun 2023 bisa menjadi tahun yang transformatif apabila para pelaku usaha mampu mengidentifikasi peluang pasar yang tepat.