Era Digital

Pakar: Netizen Jangan Terjebak Budaya Konsumtif di Dunia Online

Ketua Umum Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia, Fajar Eri Dianto mengingatkan kepada netizen agar tak terjebak budaya konsumtif di dunia

Perubahan aktivitas berbelanja dari tatap muka beralih menjadi online. Foto: apahabar.com/DF

apahabar.com, JAKARTA - Ketua Umum Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia, Fajar Eri Dianto mengingatkan kepada netizen agar tak terjebak budaya konsumtif di ranah online.

"Pada umumnya, warganet terjebak dalam budaya konsumtif disebabkan oleh fenomena fear of missing out (FOMO). Yakni ketakutan tertinggal momen di ranah daring, juga termasuk di dalamnya kekhawatiran tidak dapat memanfaatkan kesempatan/opsi terbaik menurut media sosial," kata Fajar dalam keterangan resminya, Rabu (21/6).

Selain itu, lanjut dia, terdapat kecenderungan ketergantungan pemenuhan keinginan bersifat nonprimer, serta ketergantungan pada kebutuhan produk digital berbayar.

“Apalagi, saat ini marak sekali pinjaman online atau 3 dan fasilitas paylater di berbagai platform lokapasar. Fitur-fitur itu memang memberikan kemudahan pinjaman sehingga dapat merangsang seseorang menjadi konsumtif,” ujarnya.

Baca Juga: Penipuan Online Makin Pintar Melihat Tren Sosial, Begini Identifikasinya

Untuk itu, agar terlepas dari jebakan konsumtif, menurut dia, diperlukan pengaturan dan perencanaan keuangan yang akurat.

Caranya dengan memprioritaskan keperluan utama dan mengalokasikan dananya dari gaji atau upah yang diperoleh. Kemudian, buatlah laporan atau catatan keuangan yang rapi dan berkala.

“Maksimalkan pendapatan yang diperoleh untuk keperluan pokok, misalnya alokasi 50 persen dari gaji untuk kebutuhan primer, 30 persen untuk kebutuhan nonprimer, lalu sisanya 20 persen untuk simpanan, investasi, atau dana darurat,” terangnya.

Founder DIID, kreator konten, dan Direktur Kreatif SofiaDewi.Co, Sophie Tobelly menjelaskan bahwa saat ini makin banyak orang mengandalkan kemajuan teknologi digital untuk mendukung kehidupan.

Baca Juga: Mau Test Drive Mobil Suzuki? Kini Bisa Lewat Online, Simak Caranya

Teknologi digital sudah menjadi bagian penting dari industri jasa keuangan. Penawaran, pembukaan rekening, ataupun pembelian produk dan jasa keuangan dapat dilakukan secara digital. Untuk itu, amat dibutuhkan pendidikan literasi keuangan yang mumpuni.

Sophie mengatakan literasi keuangan adalah kemampuan untuk memahami dan menerapkan berbagai keterampilan keuangan, seperti manajemen tabungan pribadi, membuat penganggaran, dan investasi.

"Adapun literasi keuangan digital adalah pengetahuan mengenai kegiatan layanan keuangan atau metode pembayaran menggunakan teknologi yang dilakukan secara digital," kata dia.

Menurut Sophie, kemampuan literasi keuangan yang dipadukan dengan kemampuan literasi digital menjadi modal penting masyarakat dalam menghadapi digitalisasi sektor jasa keuangan.

Baca Juga: Tips Belanja Online yang Aman di Momen Lebaran, Jangan Tergiur Diskon

Digitalisasi sektor keuangan itu, antara lain lokapasar, dompet digital, dan transaksi digital. Literasi digital yang baik dapat memahami dan memanfaatkan ragam digitalisasi di sektor jasa keuangan tersebut.

“Sebab, transformasi keuangan digital tidak terhindarkan. Ada kelebihan yang dimiliki dibanding dengan cara konvensional. Keuangan digital lebih efisien, cepat dilakukan dan mudah, serta mengoptimalkan alokasi tenaga kerja,” tuturnya.

Kepala Unit ICT UNDIPA Makassar Erfan Hasmin mengingatkan pentingnya kecakapan dan keamanan digital dalam penggunaan digitalisasi sektor jasa keuangan.

Baca Juga: Sanken Hadirkan Produk Elektronik Rumah Tangga Terbaru, Fitur Canggih dan Hemat Daya

Menurut dia, keamanan digital adalah sebuah proses untuk memastikan layanan digital, baik secara daring atau luring, bisa dilakukan dengan aman. Tidak hanya untuk mengamankan data pribadi, melainkan juga melindungi data yang bersifat rahasia.

“Tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin termasuk dampak yang membuat kita menjadi boros di dunia digital,” imbuhnya.