Kalsel

Pak Polisi! Pembunuh Brutal di Gambah SHT Sempat Terlihat Keluar-Masuk Hutan

apahabar.com, BARABAI – Kurang tiga hari lagi, genap sebulan kasus pembunuhan Didi Rahman, 42 tahun (sebelumnya…

Menginjak pekan keempat pembunuhan Didi Rahman, Herlan masih buron. Foto: Ist

apahabar.com, BARABAI – Kurang tiga hari lagi, genap sebulan kasus pembunuhan Didi Rahman, 42 tahun (sebelumnya ditulis Deddy). Pembunuh Didi ialah Herlan tetangga sekaligus teman dekatnya sendiri.

Terbaru, pelaku Herlan sempat terlihat keluar-masuk dari hutan tempat persembunyiannya.

“Ia memang kabarnya sempat keluar, beberapa warga melihat. Tapi ketika ditanya lagi, yang melihat mengaku tidak tahu. Tidak juga melapor,” ujar Yayar Safari, kakak kandung Didi kepada apahabar.com, Minggu (22/8).

Alasan Polisi Sulit Tangkap Pembunuh Brutal di Gambah HST

Didi tewas dihabisi Herlan yang tak lain tetangganya sendiri pada Rabu 28 Juli. Lokasi pembunuhan tepat di kediaman Didi, kawasan RT 4 Desa Gambah, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Usai menghabisi Didi, Herlan sempat terlihat kembali ke kediamannya. Sejurus kemudian ia menghilang di balik rimbunnya hutan di belakang rumahnya.

“Hutan itu kalau sudah masuk terbagi ada yang keluarnya ke Desa Rasak. Pokoknya bisa tembus ke mana-mana,” ujar Yayar.

Hutan Desa Gambah masih berada di wilayah Pegunungan Meratus yang dikenal memiliki vegetasi rapat. Di titik inilah polisi kesulitan menelusuri jejak Herlan.

Desa Gambah RT 4 Kecamatan Barabai tidak terlalu jauh dari Desa Aluan. Pelarian Herlan, dikabarkan menuju desa di Kecamatan Batu Benawa itu. Sekitar 10 menit, berkendara dari Gambah sudah mencapai desa tersebut. Batu Benawa luasnya lebih besar dibanding Barabai, yakni mencapai 54,52 kilometer persegi.

Antara Gambah dengan Aluan hanya dihelat kebun, semak dan persawahan. Dikabarkan, usai membunuh rekannya, Herlan lari ke arah hutan yang berbatasan dengan Aluan. Isu beredar, Herlan bersembunyi di daerah itu.

Desa Aluan ini cukup memungkinkan untuk Herlan ke mana pun bersembunyi. Misalnya ke Kecamatan Batang Alai Selatan maupun ke Hantakan. Daerah ini masih dikelilingi perkebunan dan persawahan warga. Sebagiannya sepi juga penduduk.

“Iya (terlihat) keluar dari Aluan. Kemungkinan (ada) di hutan Telaga Besar. Pokoknya (ada terlihat) sampai Sekolah SMKN 2,” katanya.

Herlan diyakini memiliki kemampuan bertahan hidup di hutan. Sehari-hari residivis kasus pembunuhan di Kotabaru ini dikenal sebagai pemanjat pohon kelapa. Terakhir kali terlihat, Herlan juga masih membawa senjata tajam. Karenanya, tak ada warga yang berani mengejar usai ia menghabisi Didi.

Cerita Baru di Balik Pembunuhan Gambah HST, Dermawan di Tengah Keterbatasan

Menurut Yayar, berkeliarannya Herlan membuat resah masyarakat. Mereka takut untuk beraktivitas di hutan.

Meski begitu, Yayar berharap warga yang melihat keberadaan Herlan segera melapor ke aparat desa setempat untuk memudahkan pencarian polisi.

“Untuk pencarian pelaku, kami hanya berharap pihak kepolisian. Orang tua kami sudah sakit-sakitan memikirkan pembunuh Didi belum ketemu. Kami sangat berterima kasih kepada polisi yang siang dan malam bergerak terus mencari pelaku, kami doakan semoga bisa menangkap Herlan,” pungkas Yayar.

apahabar.com telah beberapa kali mengontak Kasat Reskrim Polres HST, AKP Purnoto. Namun sampai berita ini diturunkan belum ada jawaban dari Purnoto mengenai perkembangan pencarian Herlan.

Kronologis Pembunuhan

Ibu Korban Pembunuhan di Gambah HST Jatuh Sakit, Warganet Pinta Macan Kalsel Berburu Lagi

Tak ada yang berbeda pada siang itu sampai akhirnya kedatangan Herlan menenteng sebilah parang mengejutkan warga di hajatan pernikahan.

"Ayo, dan lihat Didi sudah aku bunuh," ujar pria yang disebut juga pernah melakukan pembunuhan di Kotabaru ini, sambil berlalu meninggalkan warga sekitar pukul 11.30.

Herlan merupakan terduga pelaku pembunuhan Didi. Keduanya sama-sama warga Desa Gambah, Kabupaten HST, Rabu 28 Juli. Tepat tiga pekan lalu, Herlan menghabisi Didi yang tak lain tetangganya tersebut.

"Hari itu alkohol 70 persen yang diminumnya," ujar Yayar.

Yayar mengenal Herlan. Tapi tidak sedekat Didi mengenal Herlan. Selain tetangga, keduanya juga berkawan. Sama-sama buruh bangunan.

Usai menghabisi Didi, Herlan masih buron. Bahkan tim reserse gabungan yang diterjunkan Polda Kalsel belum juga mampu menangkapnya.

"Dia masuk hutan. Hutan HST itukan luas, sampai kabupaten tetangga, pelaku ini kerap berpindah-pindah tempat," ujar salah satu anggota kepolisian.

Pembunuhan terjadi saat Didi sedang bersantai sembari mencabut uban seorang diri di muka pintu rumahnya. Sedang, istrinya sibuk beres-beres di dalam rumah.

Tiba-tiba datang istri Herlan dalam keadaan mengaduh. "Tolong, Herlan mengamuk," ujar istri pelaku.

Sejurus itu Herlan muncul. Rupanya keduanya baru saja bertengkar.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: 

Istri Herlan sengaja mendatangi Didi berharap ia bisa menasihati suaminya.

Didi lantas coba menenangkan Herlan yang tampak di bawah pengaruh minuman beralkohol.

Wajar, Didi sudah menganggap Herlan seperti kakaknya sendiri.

"Makanya dinasihati," ujar Yayar. "Bawa bersabar. Malu dilihat orang," sambung Yayar menirukan perkataan mendiang adiknya itu kepada Herlan.

Namun naas, diam-diam Herlan diduga tersinggung oleh ucapan itu.

Tak disangka, ia menebas leher Didi yang lengah dalam kondisi setengah lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas beberapa tahun silam.

"Herlan itu dalam kondisi mabuk. Kalau dia lagi marah, bawaannya selalu parang," ujar Yayar.

Didi beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan itu meninggalkan cedera di bagian pinggang dan leher. Jika ingin menoleh, maka Didi harus membalikkan pula badannya.

"Ia tahun lalu habis ditabrak mobil dan kendaraan. Tapi yang namanya orang baik, ia tak pernah mau menuntut," ujar Yayar.

Mendiang Didi meninggalkan anak berusia 9 tahun dan seorang istri. Kini mereka semua berkumpul di rumah orang tua Didi.

"Semuanya bersama kami. Yang namanya tanggung jawab, kata abah biar bersama kami saja. Biar kita kumpul bersama," pungkas Yayar.

Selama hidup, Didi juga dikenal pribadi yang dermawan. Meski hanya mengandalkan hidup dari memelihara ayam, ia sering membantu Herlan yang kerap meminta beras, bawang, sayur mayur bahkan uang tambahan untuk membeli alkohol.

"Adik saya ini tak bekerja, karena memang tidak bisa bekerja. Kalau pelaku masih gagah, masih bisa bekerja. Kadang jadi buruh bangunan, kadang naik pohon kelapa untuk dijual," pungkas Yayar.

Usai mendengar anaknya terbunuh, kondisi kesehatan ibunda Didi terus menurun.

"Mama agak mendingan sudah. Bisa makan sedikit-sedikit. Yang namanya darah tinggi jadi efeknya tangan sama kakinya lemah (stroke ringan). Ya mudah-mudahan mama sehat seperti sediakala," ujar Yayar.

Sampai hari ini, ibunda masih tak menyangka Didi pergi dengan cara tragis. Ia belum menerima kematian anak keduanya itu.

"Sambil diberi pencerahan. Yang namanya juga takdir adik meninggalnya seperti itu. Ya diikhlaskan saja saya bilang, biar dia tenang di alam sana. Tapi mama masih tak bisa mengikhlaskan perbuatan pelaku," ujarnya.