Politik

Ovie-Iwan Mundur, Jalan Nadjmi-Jaya Diprediksi Kian Mulus

apahabar.com, BANJARMASIN – Mundurnya bakal calon wali kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin bak angin segar bagi…

Langkah pasangan Nadjmi-Jaya untuk maju di Pilwali Banjarbaru, akhir tahun mendatang diprediksi kian mulus seiring mundurnya Aditya Mufti Ariffin. Foto: Dok. apahabar.com

apahabar.com, BANJARMASIN – Mundurnya bakal calon wali kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin bak angin segar bagi Nadjmi Adhani-Darmawan Jaya. Duet petahana itu diprediksi akan menang mudah.

Sebelumnya, kabar mengejutkan datang dari Ovie. Jelang Pilkada Serentak 2020, ia menyatakan mundur.

Ovie, sapaan akrab Aditya, mundur dengan alasan kemanusiaan. Ketua DPW PPP Kalsel ini kuatir jika tim suksesnya terpapar Covid-19 saat aktif bergerilya untuk dirinya.

“Setelah kami melakukan pembicaraan bersama tim, terlalu berisiko memaksakan pilkada di tengah pandemi.

Keselamatan masyarakat di atas segalanya, kami menyatakan mundur jika pilkada tetap dilaksanakan di tengah pandemi,” katanya saat menggelar jumpa pers di sebuah rumah makan di Banjar, Senin (16/6).

Pilkada, kata dia, takkan berjalan efektif di tengah pandemi Covid-19. Terlebih dalam urusan sosialisasi visi dan misi.

“Termasuk dalam urusan mengedukasi pentingnya penyelenggaraan Pilkada. Seperti pembekalan atau pelatihan saksi TPS,” ujarnya.

Lantas, apakah langkah Ovie ini bisa menuai simpati masyarakat?

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik FISIP ULM, Samahuddin Muharram menilai bisa saja.

Ia menilai semua pihak pasti akan menghargai sikap putera eks gubernur Kalsel, Rudy Ariffin itu.

Terlebih, alasan bersangkutan mundur dinilai logis. Yakni karena situasi pandemi Covid-19.

“Tentu, beliau sudah memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi jika maju sebagai bakal calon di tengah pandemi,” ucap Samahuddin dihubungi media ini, siang tadi.

Mantan ketua KPU Kalsel ini menilai keputusan Ovie sangat rasional. Mengapa harus memaksakan pilkada di tengah pandemi Covid-19 ini?

“Corona ini belum selesai, ditambah lagi soal pilkada. Jadi logis saja. Jika kita saksikan bersama, sampai hari ini korban terus bertambah,” bebernya.

Lantas, dengan mundurnya Ovie apakah langkah petahana Nadjmi-Jaya makin diuntungkan?

Petahana, kata dia, sudah jelas diuntungkan. Dari berbagai aspek.

Terlebih, jika melihat PKPU Nomor 5 tahun 2020 tentang perubahan jadwal pelaksanaan pilkada. Terutama masa kampanye. Yang hanya kurang lebih 2 bulan.

“Di sini petahana sangat diuntungkan. Karena sudah mempunyai modal sosial, politik, kemasyarakatan,” tegas alumnus Universitas Hasanuddin.

Sementara calon penantang, tambah dia, tidak mempunyai waktu untuk melakukan sosialisasi lagi.

Terlebih jika rekam jejak calon penantang tidak dikenal sejak awal oleh masyarakat awam. Baik secara kepedulian sosial maupun modal politik.

“Sehingga ini butuh waktu untuk melakukan sosialisasi, terutama terkait rekam jejak selama ini,” pungkasnya.

Senada, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mulai melirik duet petahana Nadjmi-Jaya.

"Kami menghormati Pak Adit mundur. Jadi, karena mundur, kami ke sana (Petahana). Karena memang dua nama itu malamar ke kami. Dan keduanya juga kami sampaikan ke DPP," ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Banjarbaru Wartono kepada apahabar.com, pagi tadi.

Padahal jika menengok ke belakang terkait hasil survei Charta Politika Indonesia pada Maret lalu, hanya duet Ovie-Iwan yang mampu mengimbangi petahana.

"Maret itu sudah imbang mereka, sebelum Covid ini Ovie (sapaan akrab Aditya) sudah turun ke masyarakat kan. Tapi ya itu keputusannya," jelas Wartono.

Dengan mundurnya putra eks Gubernur Kalsel dua periode itu, Wartono mengatakan tidak ada lagi pesaing kuat petahana.

"Saya menganggap, dengan mundurnya Ovi. Pilkada Banjarbaru selesai. Saya melihat tidak ada kompetitor yang kuat (saat ini)," ungkapnya.

Oleh karena itu, menurutnya PDI Perjuangan lebih condong ke petahana setelah penantang yang diusungnya menyatakan mundur.

"Dari awal memang kita dua kandidat itu yang jadi prioritas," pungkasnya.

Editor: Fariz Fadhillah