Opini

OPINI: Mengurai Kerumunan Vaksinasi

Oleh: Dewi Anggraini, S.Si., M.App.Sci., Ph.D KESADARAN dan keinginan masyarakat mendapatkan vaksin Covid-19 cenderung meningkat dari…

Oleh: Dewi Anggraini, S.Si., M.App.Sci., Ph.D

KESADARAN dan keinginan masyarakat mendapatkan vaksin Covid-19 cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Hal ini dapat terlihat dari antusiasme masyarakat mencari informasi mendapatkan akses vaksinasi, mulai dari pendaftaran sampai pelaksanaan.

Terlebih hal ini terlihat dari banyaknya jumlah masyarakat yang mendatangi pusat-pusat vaksinasi massal hingga tidak jarang menimbulkan antrean panjang dan kerumunan.

Program vaksinasi Covid-19 secara massal salah satu upaya pemerintah untuk percepatan cakupan vaksinasi agar terwujudnya kekebalan kelompok (herd immunity).

Namun demikian, jika rancangan pelaksanaan vaksinasi massal ini tidak dilakukan dengan baik, maka akan cenderung menimbulkan kerumunan.

Mengingat varian Delta telah secara resmi teridentifikasi di Kalimantan Selatan oleh Badan Litbangkes, Pusdatin dan Paskhas Kementerian Kesehatan RI dalam Laporan Mingguan Penanganan Covid-19 pada 24-30 Juli, maka program percepatan vaksinasi perlu dirancang sedemikian sehingga potensi kerumunan dapat diminimumkan.

Program vaksinasi massal dapat dirancang sedemikian sehingga kerumunan dan kekacauan (chaos) dapat dihindari jika dapat mempertimbangkan tiga komponen dasar dari sistem antrean.

Pertama, proses kedatangan yang terdiri dari ukuran/jumlah sumber kedatangan dan cara/pola terjadinya kedatangan.

Pola kedatangan pelanggan dapat dilihat dari distribusi waktu antarkedatangan dua pelanggan yang berurutan. Pola kedatangan pelanggan dalam antrean dapat bersifat deterministik (pasti) ataupun stokastik (acak).

Kedua, desain/pola/mekanisme pelayanan yang terdiri dari satu atau lebih fasilitas pelayanan, distribusi waktu pelayanan, dan faktor utilisasi.

Ketiga, bentuk disiplin antrean di mana pelanggan dilayani atau menerima layanan.

Bentuk disiplin antrean ini dapat berupa aturan pelayanan yang menerapkan pelanggan pertama yang datang maka pelanggan tersebut yang pertama dilayani, pelanggan yang terakhir datang akan dilayani pertama kali, setiap pelanggan yang datang dan mengantre dalam sistem memiliki kesempatan yang sama untuk dilayani terlebih dahulu.

Dan, pemberian pelayanan kepada pelanggan yang memiliki prioritas lebih tinggi dibanding pelanggan yang memiliki prioritas lebih rendah meski pelanggan yang memiliki prioritas lebih tinggi tersebut datang paling akhir.

Selain itu, proses penyampaian informasi terkait proses pelaksanaan vaksinasi massal kepada calon peserta vaksinasi juga harus dapat dilakukan dengan baik, menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami.

Penyampaian informasi terkait peluang terjadinya kendala dalam proses vaksinasi, seperti ketidaktepatan waktu dan kondisi lainnya, juga harus dapat diinformasikan secara baik melalui media yang mudah diakses secara "real time"oleh calon peserta vaksinasi.

Jaminan kecukupan atas ketersediaan vaksin yang ada juga sangat penting untuk diinformasikan kepada calon peserta vaksinasi agar dapat mengurangi rasa takut tidak mendapatkan vaksin, yang mungkin selama ini juga menjadi salah satu pemicu mengapa masyarakat ingin selalu menjadi yang pertama untuk divaksin walaupun sudah diberikan jadwal pelaksanaan vaksinasi berdasarkan nomor urut yang diberikan.

Selain program vaksinasi massal, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, TNI/POLRI, serta instansi terkait juga dapat melakukan rancangan program vaksinasi mikro, mulai dari lingkungan RT/RW.

Program vaksinasi mikro ini memiliki manfaat, yaitu dapat memberikan kemudahan akses vaksinasi bagi masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari pusat-pusat kesehatan primer seperti puskesmas.

Selain itu, vaksinasi mikro juga dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam melakukan pendaftaran vaksinasi secara online, masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus, dan para lanjut usia (lansia).

Proses pendataan calon peserta vaksinasi mikro pun dapat dilakukan mulai di lingkungan RT/RW bekerja sama dengan para ketua RT/RW setempat menggunakan kombinasi sistem pencatatan data door-to-door dan elektronik.

Proses pencatatan data seperti ini juga diharapkan dapat sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat secara langsung, terutama bagi mereka mempunyai keterbatasan informasi tentang pentingnya vaksinasi.

Peran komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat ini diharapkan mampu untuk meningkatkan motivasi masyarakat untuk mau divaksin.

Proses pelaksanaan vaksinasi mikro juga tetap memperhatikan tiga komponen dasar dalam sistem antrean di atas.

Akan tetapi, proses pelaksanaanya akan lebih sederhana, terfokus, dan aksesibel karena mampu menjangkau/mencakup masyarakat di level RT/RW yang mempunyai segala keterbatasan dalam melakukan vaksinasi massal.

=======

Penulis merupakan Dosen Program Studi Statistika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat,Ketua Tim Bidang Data, Analisis, dan Pelaporan, Satgas Penanganan Covid-19, Provinsi Kalimantan Selatan.