Nikel Di Indonesia

Nikel Diburu untuk EV, Pengamat: Produksi Baterai Baiknya di Indonesia

Kandungan nikel di Indonesia yang menjadi bahan baku utama baterai kendaraan listrik sangatlah besar.

ESDM sebut tak ada tambang nikel di Kalsel. Foto ilustrasi-Politik-MROL

apahabar.com, JAKARTA - Kandungan nikel di Indonesia yang menjadi bahan baku utama baterai kendaraan listrik sangatlah besar. Bahkan menjadi nomor satu yang terbesar di dunia.

Menteri ESDM Arifin Tasrif sempat menyatakan setidaknya ada 5,3 miliar ton cadangan nikel di tanah air.

Jumlah tersebut belum termasuk dengan perkiraan potensi yang dapat dieksplorasi lagi sebesar 17 miliar ton.

Penggunaan nikel sebagai salah satu komponen utama baterai kendaraan listrik, membuatnya menjadi incaran di seluruh dunia.

Baca Juga: GIIAS Surabaya 2023 Dibuka, Berikan Edukasi Kendaraan Listrik

Pengamat otomotif, Bebin Djuana menyebut peran Indonesia sangat besar dalam industri nikel ini.

"Peran negara kita dalam kelangsungan kendaraan di dunia akan sangat diperhitungkan," ujar Bebin Djuana saat dihubungi apahabar.com, Rabu (20/9).

Bahkan, Indonesia digugat oleh Eropa kepada Organisasi Perdagangan Dunia/World Trade Organization WTO). Hasilnya, Indonesia pun dinyatakan kalah dalam gugatan tersebut.

Sengketa tentang larangan ekspor nikel ini pun masih berlangsung. 

"Ketika WTO menuntut negara kita perihal nikel, tidak salah jika kita menyimpulkan bahwa nikel bahan yang sangat penting bagi kendaraan masa depan," ungkapnya.

Baca Juga: Daftar Motor Listrik yang Dapat Subsidi Rp7 Juta, Ada yang Terjangkau

Ia pun menyatakan setuju dengan wacana produksi baterai mobil listrik yang akan dimulai pada awal tahun depan.

Hal itu, kata dia, akan membuat Indonesia layak diperhitungkan posisinya di mata dunia.

"Memproduksi baterai bagi kendaraan listrik sebaiknya di negara kita. Hal itu bisa menjadikan Indonesia sebagai salah satu eksportir baterai dunia," katanya.

Baca Juga: EV Kurangi Emisi GRK Namun Toksik pada Manusia, Begini Penjelasannya

Namun, dirinya menyebut untuk memproduksi sekelas kendaraan listrik perlu kajian mendalam. Hal itu mengingat nilai investasi yang cukup besar.

"Sedangkan untuk memproduksi kendaraan listrik perlu dikaji, mengingat investasi yang besar dan butuh marketing kelas dunia," pungkasnya.