Neraca Perdagangan Indonesia

Neraca Perdagangan Surplus, Risiko Global masih Menghantui

Pemerintah tengah mewaspadai risiko global yang masih berlangsung secara eskalatif di tengah kondisi neraca dagang yang surplus.

Foto ilustrasi aktivitas ekspor-impor. Foto: Shutterstock

apahabar.com, JAKARTA - Pemerintah tengah mewaspadai risiko global yang masih berlangsung secara eskalatif di tengah kondisi neraca dagang yang surplus.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menerangkan neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 tercatat mengalami surplus senilai USD 2,41 miliar.

Capaian tersebut menurutnya kondisi surplus selama 43 bulan berturut-turut. Adapun secara komulatif, neraca perdagangan Indonesia selama Januari hingga November 2023 mengalami surplus sebesar USD 33,63 miliar.

"Meski demikian, pemerintah terus mewaspadai risiko global yang masih eskalatif ini,” katanya seperti dilansir Antara, Minggu (17/12).

Baca Juga: Mitigasi Perubahan Iklim Mulai dari Penguatan Ekosistem Karbon Biru

Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah dengan mengoptimalkan peran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk menyerap gejolak yang terjadi, sehingga meminimalisasi dampaknya ke ekonomi nasional.

Ekspor Indonesia pada bulan November 2023 tercatat 22,00 miliar dolar AS, menurun sebesar 0,67 persen dibandingkan bulan lalu (month-to-month/mtm) dan terkontraksi 8,56 persen dibandingkan November 2022 (year-on-year/yoy).

Sementara itu secara kumulatif Januari hingga November, ekspor tercatat sebesar 236,41 miliar dolar AS. Meskipun demikian, jika dilihat secara volume, ekspor Indonesia pada November masih tumbuh sebesar 6,5 persen (yoy) atau 7,2 persen (year-to-date/ytd) secara kumulatif.

Baca Juga: Otorita Bakal Terbitkan Obligasi, IKN Kurang Dana?

Di sisi lain, impor Indonesia di November 2023 tercatat sebesar 19,59 miliar dolar AS, naik 4,89 persen dibandingkan bulan lalu (mtm) atau 3,29 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan impor didorong oleh impor barang modal dan konsumsi yang tumbuh masing-masing sebesar 13,66 persen (yoy) dan 19,82 persen (yoy).

Produk makanan dan minuman untuk rumah tangga berkontribusi terhadap impor barang konsumsi terbesar, yaitu 31,38 persen. Kemudian, disusul produk barang konsumsi setengah tahan lama sebesar 17,24 persen. Sementara impor bahan baku/penolong terkontraksi sebesar 1,05 persen (yoy).

Secara kumulatif, impor Indonesia pada periode Januari hingga November 2023 mencapai 202,78 miliar dolar AS.

Baca Juga: Nahan-Nahan Asing, Investasinya ke IKN Tembus 45 Persen: Cuma LoI!

Febrio menambahkan perlambatan permintaan global yang mempengaruhi aktivitas perdagangan sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga dihadapi oleh negara mitra dagang Indonesia, seperti China dan Amerika Serikat yang mencatatkan kontraksi pada aktivitas ekspor dan impornya. Pada level regional, kontraksi ekspor dan impor juga terjadi di Malaysia dan Singapura.

“Beberapa kebijakan pemerintah seperti keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam (SDA), peningkatan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi negara mitra dagang utama, diharapkan juga mampu tetap menjaga kinerja positif ekspor Indonesia, di tengah aktivitas global yang masih menantang,” tutup Febrio.