Bisnis Kuliner

Mulai dari Ide Bisnis Camilan, Nasi Kulit Syuurga Kini Jadi Waralaba dengan Puluhan Cabang

Perjalanan bisnis Nasi Kulit Syuurga yang memiliki 62 cabang di seluruh Indonesia, berawal dari ide bisnis camilan.

Owner Nasi Kulit Syuurga, Hedar Alaydrus. (Foto: Facebook Hedar Alaydrus)

apahabar.com, JAKARTA – Nasi Kulit Syuurga, dikenal sebagai salah satu bisnis kuliner yang kini telah menjadi waralaba dengan total 62 cabang di seluruh Indonesia.

Meski sempat gagal membangun bisnis kuliner, waralaba yang mengandalkan kulit ayam tersebut, kini memiliki pelanggan yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air.

Owner Nasi Kulit Syuurga, Hedar Alaydrus menjelaskan, bahwa awal membangun bisnis tersenut idenya lantaran ingin memulai usaha ayam goreng.

“Tapi di awal kami gagal terus setiap membuat resep," ungkap Hedar dalam webinar Optimalkan Omset Bisnis Kuliner Anda Lewat Penjualan Online, Sabtu (15/10).

Baca Juga: Ingin Punya Bisnis Waralaba? Buatlah Produk yang Mudah Ditiru

Dari kegagalan itu, Hedar akhirnya berniat membuat camilan dari kulit ayam yang kemudian dicampur dengan nasi. Tapi hasilnya di luar dugaan, ternyata memiliki cita rasa unik dan enak.

Berangkat dari ide yang datang secara spontan itu, akhirnya terpikirkan untuk membuatnya menjadi bisnis.

Hader pun kemudian melakukan riset ke pasar konsumen untuk mengukur sekaligus melihat minat konsumen kepada produknya.

“Kemudian kami melakukan riset di sekitar UGM untuk mencari data minat pembeli, supaya kebih yakin,” kata Hedar.

Baca Juga: Ingin Punya Usaha Kuliner Sukses, Jangan Jual Produk dari Selera Pribadi

Ia melakukan riset dengan target pasar yang ditentukan adalah mahasiswa. Sebab, sejak awal Hedar ingin menyasar kalangan menengah ke bawah.

"Kalangan mahasiswa dan situasi universitas yang ramai menjadi target lokasi riset saat itu," bebernya.

Berdasarkan riset yang dilakukan, hasilnya ditemukan bahwa, produk Nasi Kulit Syuurga mendapat minat yang cukup tinggi dari kalangan mahasiswa di UGM.

Setelahnya, dilakukan juga analisis terhadap pasar untuk melihat berapa banyak yang akan menjadi calon kompetitor.

Baca Juga: Pemasaran Produk UMKM Belum Tepat Sasaran, 3 Cara Ini Bisa Dongkrak Penjualan 

Langkah ini perlu dilakukan untuk mengukur keberlanjutan bisnis yang ingin dibangunnya.

“Setelah lihat di pasar, ternyata belum ada penjual nasi kulit di sekitar UGM,” tandasnya.

Alhasil, dengan menggunakan kedua data riset tersebut, Nasi Kuli Syuurga meluncurkan produk pertamanya dan mendapat respons yang cukup baik.

Baca Juga: Dorong Kemitraan dengan Industri, Teten Masduki: UMKM Kita Masih Teknologi Rendah

Beranjak pengalamannya tersebut, riset pasar menjadi kunci penting untuk menyukseskan brand baru yang akan dikembangkan pemilik bisnis.

“Selain memiliki produk bagus, melakukan riset dan menganalisis pasar sangat penting untuk menyukseskan bisnis,” tutupnya.