Kalsel

Monumen Perang Banjar yang Kini Hilang

apahabar.com, BANJARMASIN – Bagi pemerhati sejarah, mungkin pernah menyaksikan Monumen Waterlooplein di Batavia dan Michielsplein di…

Monumen Perang Banjar, simbol kemenangan belanda atas Perang Banjar (1859-1863) yang dibangun di tepi Sungai Martapura di Jalan Sudirman, Banjarmasin.Foto-Koleksi Tropen Museum

apahabar.com, BANJARMASIN – Bagi pemerhati sejarah, mungkin pernah menyaksikan Monumen Waterlooplein di Batavia dan Michielsplein di Padang. Ternyata, monumen serupa juga pernah ada di Banjarmasin. Monumen tersebut adalah Monumen Perang Banjar.

“Monumen ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengenang para tentaranya yang gugur dalam Perang Banjar tahun1859-1863,” ucap Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Mansyur kepadaapahabar.com, Kamis (25/7) pagi.

Menurut versi Pemerintah Hindia Belanda, kata dia, Perang Banjar (Bandjermasinsche Krijg) hanya ber-langsung empat tahun yakni1859-1963.

Pendirian monumen tersebut tidak terlepas dari usulan pemimpin ekspedisi Perang Banjar, Letnan T.M. Verspijck.

Bukan tanpa alasan, usulan itu didasarkan pada catatannya pada 5 Februari 1860 di Amuntai dan 2 Maret 1860 di Banjarmasin.

Pada masa awal pembangunan monumen itu, sambung dia, sempat terjadi silang pendapat. Apakah tugu peringatan yang sudah tiba dari Belanda ini diletakkan di Banjarmasin, atau di Martapura.

Alasannya, Martapura adalah tempat terhormat di mata para bangsawan dan masyarakat Banjar. Selain itu di wilayah ini terletak Keraton sebagai tanda otoritas Sultan Banjar.

“Kalau monumen ini dibangun di Martapura akan menjadi tanda atau pembuktian bahwa Kesultanan Banjar telah hancur dan Pemerintah Hindia Belanda memiliki kewenangan di sana,” ujarnya.

Pada wilayah Martapura juga, operasi pertama Perang Banjar dimulai. Verspijk menuliskan: “Dari situlah pasukan Belan-da pertama kali menuju kemenangan. Tidak diragukan lagi, tidak ada titik sentral di seluruh wilayah Kalimantan bagian selatan dan timur, sebagai titik sejarah”.

Walaupun demikian, terjadi perdebatan alot dari komisi pembangunan monumen. Akhirnya dipilihlah Bandjarmasin sebagai tempat pendirian monumen ini.

Alasannya, Banjarmasin akan terus dikunjungi banyak orang. Monumen untuk orang yang dicintai akan bisa disaksikan setiap hari. Walaupun sudah tiada, tetapi simbol dari tugu akan tetap hadir dalam setiap benak orang yang melihatnya.

“Monumen tersebut diresmikan pada 19 Februari 1867, di alun-alun, depan kediaman Residen di Banjarmasin dan pejabat sipil setempat,” bebernya.

Pada saat peresmian dihadiri Letnan Kolonel Kommandan dari pasukan Hindia Belanda, komandan militer utama daerah Banjarmasin, Petugas Angkatan Laut Kerajaan Belanda serta beberapa perwira, gubernur dan pihak yang berkepentingan lainnya.

Monumen ini selanjutnya, diarak oleh awak kapal Angkatan Laut Belanda dan garnisun yang ada. Dalam acara peresmian, tepat di sebelah monumen, pensiunan Mayor Infanteri Schuack, diberikan kesempatan untuk berpidato.

Menurut Schuak, ungkap Mansyur, bahwa monumen itu selalu bersaksi tentang kesetiaan armada yang gagah berani kepada Ratu dan Tanah Air. Setelah sambutan, dilantunkan lagu kebangsaan Belanda, dimainkan oleh musik Batalion Garnizoens.

Monumen ini terbuat dari besi tuang dan bergaya gothic. Gaya monumen yang dibuat dari logam yang sama, bisa ditemukan di Monumen Waterlooplein di Batavia dan Michiels-plein di Padang.

Menumen di Banjarmasin ini, terbuat dari besi dengan lantai berlapis marmer dan dinding luarnya dipenuhi relief Eropa. Bagian teratas monumen ini meruncing yang terdiri dari beberapa tingkat, yang dipengaruhi oleh arsitektur Eropa kuno. Monumen ini diperkirakan dihancurkan pada masa invasi Jepang.

Baca Juga: Cegah Masuknya Narkoba, Satgas TMMD Kunjungi Ponpes Al Amin

Baca Juga: Kabupaten Banjar Rawan Karhutla, Dandim 1006 Sebut Itu Tantangan

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini