Mondblume, The Beatles, dan Romantisme Kota Seribu Sungai

Kalau John Lennon punya 'Strawberry Fields Forever' untuk menceritakan kenangan masa lalu dan tempat yang paling berkesan dalam hidupnya, maka Mondblume punya '

Mondblume, kelompok musik asal Banjarmasin. Foto-Rofie Sanjaya for apahabar

apahabar.com, BANJARMASIN - Kalau John Lennon punya 'Strawberry Fields Forever' untuk menceritakan kenangan masa lalu dan tempat yang paling berkesan dalam hidupnya, maka Mondblume punya 'Banjarmasin' yang menggambarkan aktivitas masyarakat, suasana, dan rasa cinta terhadap Kota Seribu Sungai.

Sebagai karya musik, 'Banjarmasin' memang menarik. Menggunakan panting, babun, dan sound-sound vintage ala era 60-an, membuat lagu tersebut menjadi sangat kaya secara musikal. Aksen british si vokalis menambah kesan 'mahal' lagu ini. Jika John Lennon diberi kesempatan mendengarkan 'Banjarmasin' dari alam sana lewat Spotify, Mbah John jelas akan senang, karena ternyata hari ini ruhnya tak hanya merasuk pada musisi yang menulis lagu 'To the Bone', tetapi juga sudah lama bersemayam di dalam diri seorang pemuda bernama Rofie Sanjaya.

Tak hanya sekadar menjadi lagu yang bagus, 'Banjarmasin' juga punya prestasi. Lagu ini berhasil mejeng di nomor satu chart Pop Hari Ini dan berada di posisi ketiga DCDC Radio di Bandung. Sejak dirilis pada Juli hingga memasuki pertengahan Desember 2022, pendengar nomor satunya justru bukan dari Banjarmasin atau Kalimantan Selatan secara umum, tetapi dari Jakarta. Pasar yang selama ini menjadi impian banyak musisi-musisi daerah.

Mondblume dan Banjar

Mondblume adalah solo moniker dan alter ego dari Rofie Sanjaya sebagai singer dan song writter. Meski konsepnya solo, tapi saat produksi hingga live saat perform di atas panggung, Mondblume hadir dengan format band bersama The Rooots; Reza Irawan (gitar), Oki Moran (bass), dan Bayu Indra Aditya (drumm).

Lagu 'Banjarmasin' yang awalnya hanya menjadi 'kepuasan internal' Rofie Cs pada akhirnya mendapat apresiasi positif dari pendengar, media, termasuk jika dilihat dari data di platform streaming seperti Spotify. Rofie meyakini hal itu bisa terjadi karena 'Banjarmasin' menggunakan lirik berbahasa Inggris.

"Justru si bahasa Inggris ini yang membawa lagu 'Banjarmasin' ke ranah baru, telinga baru, pendengar internasional dari berbagai negara. Contohnya bisa dilihat dari analytic salah satu platform musik, Spotify," terangnya.

Baca Juga: Bungkus Pengalaman Musik Anda di Spotify Wrapped 2022

Perihal proses penciptaan karya, Rofie bercerita semuanya mengalir begitu saja. "Apa yang semesta kirim pertama kali, tinggal dilanjutkan dan dilaporkan kembali dalam bentuk lagu. Kebetulan saja kemarin-kemarin lebih sering kata dalam bahasa Inggris yang muncul duluan. Mungkin karena referensi sehari-hari. Tapi ada juga kok lagu-lagu berbahasa Indonesia yang siap direkam. Awal tahun depan kami akan merekam lagu baru berjudul 'Semoga Beruntung'," kata Rofie memberi bocoran.

Pengaruh The Beatles

Rofie Sanjaya lantas bicara soal karya Mondblume yang jauh berbeda antara satu lagu dengan lagu lainnya. Dia kemudian menyebut satu nama: The Beatles!

The Beatles lah yang menginspirasi Monblume untuk tidak terpaku pada satu genre saja. Dia melihat band yang diidolakan para legenda musik dunia itu bisa menjadi contoh bagi siapa saja untuk melakukan eksplorasi dan inovasi pada setiap karya yang dihasilkan.

"Makanya Mondblume ini semua lagunya beda genre. Bisa dibilang non genre lah. Mungkin karena pengaruh Beatles juga yang selaku eksplor tiap album. Bahkan, tiap lagu nuansanya beragam. Sampe muncul psychedelic rock juga," katanya.

Nama John Lennon kemudian disebut sebagai inspirasi terbesar dalam menciptakan lagu. Rofie mengaku sudah mendengarkan The Fab Four semenjak kecil.

"Aku dibesarkan dengan mendengarkan band-band Inggris. Dari sekian banyak, tentu The Beatles salah satunya. Dan John Lennon tampaknya jadi song writter yang cukup berpengaruh. Album favoritku Rubber Soul dan Sgt Pappers Lonely Hearts Club Band," tambahnya.

Optimisme dan Mimpi-Mimpi

Jalan Mondblume untuk mengarungi industri musik jelas masih sangat panjang. Rofie Sanjaya sadar akan hal itu. Karenanya, setelah merilis empat single sejak 2020, dia berencana akan membuat album perdana pada tahun ketiga. "Materi album sudah ada. Tinggal proses pengerjaan," ungkapnya.

Baca Juga: Konser 30 Tahun Berkarya di Banjarmasin: Eksistensi Dewa 19 & Ajang Pembuktian Ello

Salah satu mimpi Rofie Sanjaya yang lain adalah rekaman di Abbey Road Studio, London. Studio paling populer dalam sejarah industri musik dunia ini memang menjadi tempat yang sakral dalam memproduksi karya dalam sejarah musik populer. 

Sejauh ini Mondblume sudah menempuh jalan yang benar. Rofie Sanjaya sebagai song writter muda sudah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan, menyampaikan apa yang seharusnya dia sampaikan, dan mendengarkan apa yang sudah didengarkan oleh musisi-musisi yang sudah sukses di luar sana.

Puluhan tahun setelah puncak kesuksesan Dewa 19, Ahmad Dhani pernah berkata, "Jika ingin sukses menjadi musisi, khatamkan Queen dan The Beatles!"