News

Miris! Masyarakat Berpendapatan Rendah Sisihkan 10 Persen Biaya Belanja untuk Beli Rokok

apahabar.com, JAKARTA – Masyarakat yang berpendapatan rendah cenderung menyisihkam 10 persen belanjanya untuk membeli rokok. Data…

Ilustrasi merokok. Foto: ybkb.or.id

apahabar.com, JAKARTA - Masyarakat yang berpendapatan rendah cenderung menyisihkam 10 persen belanjanya untuk membeli rokok. Data tersebut disampaikan oleh lembaga penelitian Center for Indonesia's Strategic Development Intiatives (CISDI).

Peneliti Lembaga Demografi FEB UI, I Dewa Gede Karma Wisana memaparkan, penelitian dibuat dengan mengelompokan penelitian yang dikategorikan berdasarkan tiga kelas pendapatan. Berdasarkan penelitian tersebut, hasilnya ditemukan bahwa kelompok masyarakat berpendapatan rendah, menyisihkan 10 persen belanjanya untuk membeli rokok.

"Kita lihat kategori rumah tangganya dari berpendapatan rendah, berpendapatan menengah dan berpendapatan tinggi. Kita lihat bahwa mereka yang berpendapatan rendah itu punya porsi atau pengeluaran share atau bagian dari belanja untuk tembakaunya cukup besar, yaitu 10 persen," ujarnya, pada acara diskusi dan peluncuran hasil riset, di Jakarta, Selasa (30/8).

Berdasarkan dari total 10 rumah tangga yang diteliti, imbuh I Dewa Gede, sebanyak 6 rumah tangga memiliki belanja tembakau untuk keluarganya. Ia juga menyebut masyarakat yang memiliki pendapatan menengah. justru lebih tinggi porsi belanja tembakau dibandingkan berpendapatan tinggi dan rendah.

"Menarik kita lihat, untuk kelompok berpendapatan menengah itu porsinya sebesar 11,3 persen untuk belanja rokok. Kemudian, untuk berpendapatan tinggi itu justru hanya menempatkan porsi belanja rokok sebesar 9,3 persen," tuturnya.

Penyisihan pendapatan untuk belanja rokok dilatarbelakangi oleh kepala keluarganya. Dewa menjelaskan bahwa kepala keluarga tersebut mayoritas adalah laki-laki perokok. Sehingga mereka memiliki kuasa penuh pada keuangan keluarga, dengan memakai wewenang tersebut untuk menempatkan porsi membeli rokok dalam belanja bulanan.

"Sehingga, mereka punya kekuasaan untuk memprioritaskan belanja konsumsi rokoknya baru yang lain dialokasikan terakhir," kata Dewa.

Berkaitan dengan hal tersebut, dia menjelaskan bahwa dari data tahun 2011 sampai dengan 2021, jumlah perokok dewasa di Indonesia hanya turun sebesar 1,6 persen.

"Secara khusus kita lihat di Indonesia pada tahun 2021, Apabila dibandingkan dengan data tahun 2011 jumlah perokok dewasa itu masih sekitar 8,8 juta orang," tutupnya.

Reporter: Gabid Hanafi