Banjir Medan

Miris! Kota Medan Didesain Aman dari Banjir, Faktanya Tidak Begitu

Intesitas hujan di Kota Medan dalam beberapa hari belakangan cukup tinggi.

Genangan air di Jalan HM Yamin Medan usai hujan turun sekitar satu jam setengah dengan cukup deras belum lama ini. Foto: apahabar.com/Budi Warsito.

apahabar.com, MEDAN - Intesitas hujan di Kota Medan dalam beberapa hari belakangan cukup tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Medan memprediksi sejumlah wilayah di Sumatera Utara (Sumut) termasuk Kota Medan akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada hari Kamis (21/9).

Tingginya intensitas hujan yang mengguyur Kota Medan harus diwaspadai oleh masyarakat. Pasalnya, banjirrentan terjadi di sejumlah lokasi di Kota Medan. Seiring buruknya drainase, ketinggian genangan air bahkan telah mencapai lutut orang dewasa di beberapa tempat.

Misalnya di komplek ruko Taman Setia Budi Indah (Tasbi) 2 yang menjadi langganan banjir. Lalu di Jalan Ngumban Surbakti tepatnya di depan Pengadilan Tinggi Milter I Medan. Termasuk juga beberapa titik di Jalan Jamin Ginting, dan juga di depan Stasiun Kereta Api Medan.

Pengamat Lingkungan Jaya Arjuna menilai banjir yang kerap melanda Kota Medan disebabkan oleh buruknya drainase dan diperparah dengan pendangkalan sungai-sungai yang melintasi Kota Medan.

Baca Juga: Kota Medan Diselimuti Awan, Berpotensi Hujan Ringan hingga Sedang

Pendangkalan sungai terjadi akibat sedimentasi yang tidak pernah diperhatikan. Itu sebabnya, saat debit air tinggi dampaknya akan terlihat langsung di sejumlah titik di Kota Medan

"Kota Medan ini sebenarnya dirancang oleh arsitek Belanda tidak boleh banjir. Belanda bahkan membuat sungai lain selain Sungai Babura dan Sungai Deli yang memang sudah ada. Tujuan pembuatan sungai itu digunakan sebagai drainase," ujar Jaya Arjuna kepada apahabar.com, Rabu (20/9).

Sungai-sungai yang dibuat Belanda, seperti Sungai Sikambing, Sungai Putih, Sungai Bedera, Sungai Kera dan lainnya itu berfungsi untuk mengarahkan dan menyalurkan air ke muara yaitu Kuala Deli.

Diungkapkan oleh Dosen Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) itu, sejak tahun 1900-an sungai-sungai itu sengaja dibuat. Namun sayangnya, hingga saat ini, normalisasi sungai tidak pernah dilakukan, berdampak pada tebalnya sedimentasi sungai.

Baca Juga: Awan Hujan Selimuti Kota Medan dan Sekitarnya Tiga Hari ke Depan

"Saya sudah hitung, Medan ini kalau diguyur hujan dengan debit air 10 juta kubik harusnya nggak banjir. Saya duga, pasir atau sedimen di sungai-sungai bahkan di Kuala Deli itu sudah 10 juta kubik banyaknya. Makanya kalau hujan langsung banjir, karena gak nampung lagi, airnya melimpah keluar dari sungai," ungkap Jaya Arjuna.

Genangan air di ruas jalan raya di Kota Medan usai hujan turun dengan cukup deras belum lama ini. Foto: apahabar.com/Budi Warsito

Dirinya mengaku sudah melakukan kajian sejak lama perihal banjir di Kota Medan ini. Ia pun meyakini, untuk mengatasi banjir yang menjadi momok bagi masyarakat Kota Medan ini adalah dengan melakukan pengerukan sedimen di sejumlah titik aliran sungai.

Jaya juga menerangkan bahwa sungai yang terdapat di Kota Medan, bentuk dan konstruksinya sama. Kecuali Sungai Deli dan Babura yang bukan buatan Belanda. Saat ini, Kuala Deli sudah tumpat alias alirannya tidak normal. Hampir 85 persen diisi pasir, padahal fungsi Kuala Deli adalah untuk menghindari banjir rob.

"Jadi air hujan turun itu diendapkan ke Kuala Deli. Kalau air datang dari laut, harusnya ngendap di Kuala Deli. Sekarang sudah nggak bisa, jadi air naik itulah banjir rob," paparnya.

Baca Juga: Warga GPA Balikpapan Masih Dikepung Banjir, Peran Pemkot Minim

"Saya heran juga kenapa nggak mau dikorek. Kalau dilakukan kan beres masalah ini," imbuhnya.

Jaya mengaku sudah memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Medan perihal upaya mengatasi banjir. Ia menilai, upaya mengatasi banjir dengan memperlebar badan sungai tidak terlalu efektif. Banjir masih akan tetap terjadi.

Sementara itu, ketika banjir melanda banyak warga yang mempostingnya di media sosial. Postingan-postingan tentang banjir itu biasanya selalu ramai dikomentari netizen.

Pemko Medan sendiri, saat ini tengah berupaya mengurangi titik-titik banjir di Kota Medan. Mulai dari membangun kolam retensi di USU untuk mengatasi banjir di Jalan Dr Mansur, pembenahan drainase di sejumlah tempat dan pemasangan U-ditch untuk memperlancar aliran drainase dan lain sebagainya.

Baca Juga: Banjir Investor Asing, Investasi IKN Tak Kunjung Terealisasi

Pemko Medan juga telah menjadwalkan untuk melakukan normalisasi Sungai Deli sepanjang 32 kilometer. Dalam pelaksanaan normalisasi itu, Pemkot bekerja sama dengan Kodam I Bukit Barisan, Kodim 0201/BS. Normalisasi Sungai Deli akan mulai dilaksanakan pada 27 September 2023 dengan lama pengerjaan 64 hari.

Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution dalam keterangannya menjelaskan, normalisasi Sungai Deli sudah lama ingin dilakukannya. Hanya saja, sempat terkendala karena harus menunggu gambaran wilayah dari Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS).

"Pengerjaannya baru bisa dilakukan setelah ada gambaran wilayah dari BWSS," jelas Bobby Nasution.

Normalisasi Sungai Deli diyakini tidak hanya berdampak untuk Kota Medan saja, namun juga untuk wilayah lain yang letaknya berdekatan. Karena itu, masyarakat Medan, sangat menantikan hilangnya banjir di kota tersebut.