Minum Sirup Parasetamol 70 Anak Meninggal, BPOM Larang 2 Zat Obat Ini Masuk Indonesia

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melarang seluruh produk obat sirup anak maupun dewasa parasetamol yang mengandung zat dietilen glikol (DEG) dan etilen

Ilustrasi Obat sirup - Sebanyak 70 anak meninggal dunia dan 81 anak dalam perawatan di rumah sakit, setelah mengkonsumsi obat batuk pilek asal India. Foto-Flickr via Republika.co.id

apahabar.com, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melarang seluruh produk obat sirup anak maupun dewasa parasetamol yang mengandung zat dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).

Pasalnya, dua kandungan zat itu diduga menjadi pemicu puluhan kasus gangguan ginjal akut misterius di Gambia, Afrika Barat yang menewaskan 70 anak.

Direktur Registrasi BPOM RI Siti Asfijah Abdoellah memastikan produk obat dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India, tidak ada yang terdaftar di Indonesia.

"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk yang ditarik di Gambia, Afrika, tersebut tidak terdaftar di Indonesia," kata Siti Asfijah Abdoellah dilansir Antara di Jakarta, Minggu (16/10).

Keempat produk obat yang diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India, berupa obat sirup untuk anak, yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menginformasikan bahwa keempat produk itu terkontaminasi Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol (EG) di Gambia, Afrika.

Untuk itu, BPOM melakukan pengawasan secara komprehensif pada premarket dan postmarket produk obat yang beredar di Indonesia.

"Untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat, BPOM telah menetapkan persyaratan pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG)," katanya.

Namun demikian, sebagai langkah kehati-hatian, BPOM juga sedang menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG sebagai cemaran pada bahan lain yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan.

"BPOM terus melakukan langkah pengawasan intensif terhadap obat-obat terkait dan akan segera menyampaikan hasilnya kepada masyarakat," pungkasnya.