Kalsel

Meski Tak Mudah, Realisasi Jembatan Dadahup-Tabukan Paling Realistis Dukung Food Estate

apahabar.com, MARABAHAN – Rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Tabukan dengan Kecamatan Dadahup, tampaknya sudah berada…

Hanya dilayani penyeberangan kecil, lalu lintas orang di perbatasan Tabukan dan Dadahup terbilang cukup ramai. Foto: Istimewa

apahabar.com, MARABAHAN – Rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Tabukan dengan Kecamatan Dadahup, tampaknya sudah berada di jalur yang tepat.

Rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Tengah, atau lebih spesifik Kabupaten Barito Kuala dengan Kabupaten Kapuas itu, sebenarnya sudah dicetuskan sejak lama.

Lantas seiring pembangunan food estate di Dadahup (Kapuas) dan Belanti (Pulang Pisau) di Kalteng, rencana pembangunan jembatan tersebut semakin menguat.

Terlebih jembatan yang membelah Sungai Barito ini sudah masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kalsel dan Kalteng.

Wacana itu semakin mantap, lantaran juga dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, terutama rencana pengembangan Wilayah Metropolitan Banjarbakula.

“Banyak alasan yang membuat jembatan itu dapat direalisasikan,” sahut anggota Komisi V DPR RI, HM Rifqinizamy Karsayuda, ketika melakukan kunjungan kerja spesifik ke Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kamis (26/11).

“Salah satunya letak Batola yang persis bersebelahan dengan food estate di Dadahup. Artinya pengangkutan hasil food estate ke Pelabuhan Trisakti Banjarmasin menjadi lebih dekat,” imbuhnya.

Dikalkulasi jarak dari Dadahup ke Kapuas, minimal ditempuh selama 1,5 jam. Kemudian dari Kapuas ke Trisakti, menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Dengan demikian, pengangkutan hasil food estate ke Trisakti selama lebih kurang 3,5 jam.

“Kalau dibangun jembatan di Dadahup ke Tabukan, proses pengangkutan ke Trisakti dapat menghemat 2 jam perjalanan,” papar Rifqi.

“Memang tak murah membangun jembatan. Tapi jauh lebih murah kalau dikalikan volume biaya transportasi setiap hari untuk mengangkut food estate,” tegasnya.

Namun demikian, masih dibutuhkan sejumlah usaha agar jembatan itu dapat direalisasikan. Penyebabnya adalah kemungkinan alternatif lain yang dipilih pemerintah pusat.

Salah satunya rencana pengangkutan hasil melalui sungai, setelah Kementerian Perhubungan berencana memperbaiki dermaga tradisional seperti Dermaga Mantangai, KTM Lamunti, Muara Dadahup dan Murung Keramat.

Dari dermaga-dermaga itu, hasil food estate diarahkan ke Pelabuhan Batanjung yang gencar dipromosikan Kapuas untuk mengurangi ketergantungan terhadap Pelabuhan Trisakti.

“Masalahnya Pelabuhan Batanjung belum dapat dicapai menggunakan jalur darat dari Kapuas. Untuk membuka akses itu, dibutuhkan biaya tidak kurang dari Rp6 triliun,” beber Rifqi.

“Oleh karena itu, kami terus mendorong Kementerian PUPR agar membangun jembatan Dadahup Tabukan sebagai rasionalisasi memperpendek jarak dari food estate ke pelabuhan fungsional terdekat,” tegasnya.

Andai jembatan tersebut terealisasi, Marabahan sebagai ibu kota Batola dipastikan ikut terbuka lantaran menjadi jalan lintas nasional.

“Kami berharap food estate di Dadahup terkoneksi dengan Tabukan melalui pembangunan jembatan,” sahut Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS, Jumat (26/11).

“Dipastikan koneksi itu berdampak dengan peningkatan perekonomian masyarakat Marabahan dan sekitarnya,” tandasnya.