Tak Berkategori

Merinding! Sederet Wasiat Demang Lehman Jelang Vonis Mati

apahabar.com, BANJARMASIN – Demang Lehman merupakan sosok yang tak asing bagi masyarakat Banjar. Dia pernah dihukum…

Belanda membuka sayembara untuk menangkap Demang Lehman. Foto: Mansyur for apahabar.com

apahabar.com, BANJARMASIN – Demang Lehman merupakan sosok yang tak asing bagi masyarakat Banjar.

Dia pernah dihukum mati dengan cara digantung oleh kolonial Belanda melalui sidang Auditorium Militer.

“Sebelum dihukum mati , Demang Lehman sempat mengajukan beberapa permintaan kepada kolonial Belanda,” ucap Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan, Mansyur kepada apahabar.com, Jumat (5/3).

Pertama, Demang Lehman meminta agar jangan meninggalkan Borneo (Kalimantan) selama-lamanya. Meskipun dia harus dihukum mati dengan cara digantung.

"Permintaan Demang Lehman agar dirinya jangan dibawa keluar dari tanah Borneo. Namun hal tersebut tidak dituruti oleh kolonial Belanda. Dari penelusuran sementara, banyak versi menyebutkan kepala Demang Lehman ada di Museum Leiden hingga Anatomi Belanda," katanya.

Kedua, Demang Lehman berpesan agar proses pengurusan jenazah dilakukan sang istri.

"Hal tersebut juga tidak dipenuhi Belanda. Dari catatan sejarah, pada saat Demang Lehman dieksekusi gantung dan dibawa ke rumah sakit Martapura tidak ada yang mengaku sebagai keluarga dan orang terdekat Demang Lehman. Hal tersebut dikarenakan warga takut disangkut pautkan dengan pemberontakan," jelas Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM ini.

Berdasarkan catatan sejarah, sambung Mansyur, dalam surat kabar Sumatra Nieuws en Advertentie Bladedisi 7 Mei 1864, tidak ada satupun penduduk Martapura yang mengklaim Demang Lehman sebagai keluarga.

“Proses eksekusi sang Panglima Perang Banjar ini dilakukan pada saat dirinya berpuasa. Ketika ditahan, Demang Lehman berbuka dengan memakan roti biasa atau roti beras untuk jam-jam tertentu,” beber Mansyur.

Menjelang hari terakhir, ungkap Mansyur, Demang Lehman sangat tenang dan pasrah. Persis ketika dia mendengar vonis hukuman mati di Pengadilan Perang.

"Demang Lehman bahkan berterima kasih atas hukumannya, karena merupakan rahmat. Bahkan hukuman mati yang akan dieksekusi padanya seperti yang dia minta, hanya dia lebih suka apabila hukuman itu (eksekusi hukuman mati) dia jalani di Bandjermasin (Banjarmasin, ejaan lama, red)," tambah Mansyur.

Namun pihak Belanda tidak menyetujui permintaan tersebut. Bahkan Demang Lehman dibawa ke Martapura dan dieksekusi gantung di Alun-alun.

Sampai sampai ini yang menjadi pertanyaan besar adalah di mana jasad Demang Lehman dimakamkan.

Berdasarkan penelusuran arsip kolonial ujar Mansyur, belum ada data valid di mana sang syahid dikebumikan.

"Karena dari data awal, tidak ada satu keluarga pun yang menyaksikan dan tidak ada keluarga yang menyambut mayat beliau. Mayner hanya menulis kan setelah meninggal, jenazah Demang Lehman yang tanpa kepala itu dikebumikan (disalatkan) kemudian dimakamkan setelah dibawa ke Rumah Sakit di Martapura," tandasnya.