Kalsel

Merawat Bahasa Banjar di Lintas Zaman, Akankah Kokoh Seperti Betawi?

apahabar.com, BANJARMASIN – Keprihatinan akan bahasa Banjar menggeliat di ruang-ruang diskusi pemerhati bahasa di Banjarmasin. Mereka…

Khairiadi Asa memberikan gagasan dalam diskusi pinggiran di Balai Cendikia, Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN - Keprihatinan akan bahasa Banjar menggeliat di ruang-ruang diskusi pemerhati bahasa di Banjarmasin. Mereka beranggapan, bahasa ini terancam punah digilas zaman.

Keputusan terpilihnya Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai ibukota baru menambah kekhawatiran pemerhati bahasa Banjar.

Kekhawatiran itu-lah yang kemudian menjadi pemicu digelarnya diskusi pinggiran di Balai Cendikia, Banjarmasin, Jumat (13/12) siang. Dengan mengangkat tema "Merawat Budaya dan Menutur Bahasa Banjar dalam Lintas Zaman".

Sebagai pemantik,Khairiadi Asa mengungkapkan diskusi tersebut bisa mengawal Bahasa Banjar di Ibukota baru negara, layaknya bahasa betawi di Jakarta.

"Kita inginnya Bahasa Banjar ini eksistensinya seperti Bahasa Betawi saat ibukota negara masih di Jakarta," katanya.

Khairiadi menilai, kabupaten PanajamPaser Utara yang terpilih sebagai ibukota baru tersebut kebanyakan diisi suku Banjar. Dengan demikian, bahasa yang digunakan warga sehari-hari adalah bahasa Banjar.

Hal itu diketahui dikarenakan dekatnya letak geografis ibukota baru itu dengan provinsi Kalimantan Selatan.

"Ketika kita kesana masih banyak warga yang menggunakan bahasa Banjar," terang mantan Ketua KPU Barito Kuala (Batola) itu.

Untuk merawat bahasa Banjar, Khairiadisendiri berencana membuat lagu dengan berbahasa Banjar.

"Kita ingin fokus menyebarkan bahasa Banjar dengan lagu," jelasnya.

Mengapa memilih melalui jalur lagu? Dia beranggapan, kebanyakan lagu bahasa Banjar dibuat dengan lirik yang kosa katanya tidak tepat. Seperti yang dilakukan sebagian anak muda yang ingin populer memakai bahasa Banjar, namun bukan asli orang Banjar. Misalnya lirik lagu 'Ampar-Ampar Pisang'.

"Syairnya betul aja, tetapi ketika ditulis ulang kebanyakan salah. Jika aransemen musik yang salah itu bisa dimaklumi, tetapi ini pakai lirik sehingga orang Banjar sendiri bingung," tegasnya.

Diskusi tentang melestarikan bahasa Banjar ini akan ditindaklanjuti dalam kegiatan serupa dalam beberapa waktu ke depan.

Baca Juga: Warga Gambut Geger, Mayat Ditemukan dalam Sungai Buatan

Baca Juga: Kunker ke Bukittinggi, Bamus DPRD Banjarmasin Belajar Surat Pengaduan

Baca Juga: DPR RI Fokus Godok RUU Farmasi, Lutfi: Kita Sampaikan Aspirasi Mahasiswa

Baca Juga: Mengharukan! 74 Tahun Merdeka, Warga Pelosok Kotabaru Masih Berkawan Gelap

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Muhammad Bulkini