Kalsel

Meranti Dinilai Langka, KPH Pulau Laut Sebuku Bangun Dipterocetum

apahabar.com, KOTABARU – Kesatuan Pengelolan Hutan (KPH) Pulau Laut Sebuku membuat terobosan baru. Mereka akan membangun…

KPH Pulau Laut Sebuku melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dengan cara penanaman meranti seluas 895 hektare, dan silvikultur intensif seluas 250 hektare. Foto-Istiimewa

apahabar.com, KOTABARU – Kesatuan Pengelolan Hutan (KPH) Pulau Laut Sebuku membuat terobosan baru. Mereka akan membangun Dipterocetum.

Dengan tujuan mengatasi kelangkaan dan pelestarian jenis pohon Meranti.

“Ini upaya untuk mengatasi langkanya meranti dengan melakukan pelestarian jenis,” ucap Kepala KPH Pulau Laut Sebuku," Dewi Wulan Sari, Senin (30/9).

Selain pembangunan Dipterocetum, pihaknya juga melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Dengan cara penamaan meranti seluas 895 hektare, dan silvikultur intensif seluas 250 hektare.

Pembangunan Dipterocetum, kata dia,diperlukan dalam rangka pengayaan jenis-jenis meranti di wilayah Pulau Laut.

Diharapkan, dengan adanya fasilitas ini, keanekaragaman jenis meranti di Pulau Laut yang sudah menurun, khususnya di lokasi Pembangunan Model Unit Manajemen Hutan Meranti (PMUMHM), bisa tetap terjaga kelestariannya.

“Dipterocetum sendiri merupakan istilah yang dipakai untuk koleksi tanaman kayu dari famili Dipterocarpacea yang di dalamnya juga termasuk jenis-jenis Meranti (Shorea_ sp),” jelasnya.

Dewi memaparkan, populasi tumbuhan kayu meranti di daerah ini sudah mendekati kepunahan.

Spesies dari famili Dipterocarpaceae masuk dalam penetapan spesies prioritas konservasi Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Meranti bersama tumbuhan lain dalam famili sejenis seperti kayu kapur, keruing dan bengkirai menjadi spesies yang paling banyak dimanfaatkan manusia.

Eksplorasi besar-besaran terhadap tumbuhan ini membuat populasinya berkurang.

“Di tahun 1990-an, Pulau Laut merupakan salah satu penghasil meranti terkenal di Indonesia. Bahkan diekspor ke beberapa negara di Eropa dan Asia. Seiring perjalanan waktu, kayu meranti terus mulai berkurang,” ujarnya.

Ia juga membeberkan,salah satu yang menjadi fokus dan perhatian bersama, jenis-jenis meranti yang tersisa di Pulau Laut sangat terbatas.

Hanya pada jenis Shorea Leprosula dan Shorea Johorensis. Sedangkan jenis lainnya mulai jarang ditemukan.

“Kondisi ini mengharuskan pembangunan dan pengayaan jenis-jenis meranti yang lain, sehingga keanekaragaman jenis meranti tetap terjaga,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, sedang dilaksanakan tahapan persiapan berupa tracking area atau penataan areal untuk pembangunan Dipterocetum seluas 10 hektare. Lokasinya di kawasan PMUMHM alur C Km 31.

Koleksi jenis dipterocarpacea yang akan ditanam di areal tersebut baru tersedia 9 jenis. Antara lain Shorea leprosula, Shorea johorensis, Shorea belabgeran, Dipterocarpus, Driobalanop Aronatica, dan Tengkawang.

Ke depan, paparnya, koleksi tanaman akan terus ditambah untuk memperkaya jenis dipterocarpaceae di wilayah KPH Pulau Laut Sebuku.

Diharapkan, Dipterocetum akan menjadi museum hidup, wahana wisata alam, tempat penelitian, dan pengembangan dipterocarpacea.

Baca Juga: Kru MH2T Buat Sungkup Peneduh Tanaman Meranti dari Paranet

Baca Juga: Revolusi Hijau, Dinas Kehutanan Tanam Ratusan Meranti hingga Bambu di Kantor Gubernur Kalsel

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini