Menyingkap Sekte Kiamat, Aliran dalam Glorifikasi Kematian

JMS hanyalah satu dari sekian banyak aliran sesat di dunia. Ada pula sekte yang menjadikan hari akhir sebagai kiblat. Itulah yang disebut sekte kiamat

Ilustrasi sekte kiamat. Foto: Tribun.

apahabar.com, JAKARTA - Serial In the Name of God: A Holy Betrayal menampilkan sejumput gambaran tentang aliran sesat. Dokumenter itu membongkar ‘kebusukan’ Jesus Morning Star, sekte yang meyakini hubungan seksual bisa mengampuni dosa.

JMS hanyalah satu dari sekian banyak aliran sesat di dunia. Sekte itu tak cuma berbaiat pada pemahaman keliru soal pengampunan dosa, melainkan ada pula yang menjadikan hari kiamat sebagai kiblat.

Aliran yang demikian disebut sebagai sekte kiamat atau apokaliptik. Dawson dalam jurnal When Prophecy Fails and Faith Persists: A Theoretical Overview (1999) mengatakan sekte ini percaya bahwa kematian akan membawa pengikutnya ke dunia baru yang lebih baik.

Adapun kiamat yang mereka percayai berbeda dengan ajaran agama abrahamik.

Keyakinan Yahudi, Kristen, serta Islam mengajarkan bahwa hari akhir sama sekali tidak diketahui kapan datangnya.

Sementara, penganut sekte kiamat menetapkan sendiri hari akhir berlandaskan ramalan tidak mendasar.

Sekali pun ramalan itu meleset, keyakinan anggota sekte terhadap ajaran tersebut tak luruh, malah mereka kembali menetapkan tanggal kiamat yang baru.

Mereka yang menganut paham ini meyakini bahwa dunia yang jahat kelak akan tergantikan dengan dunia baru.

Para anggota sekte itu percaya bunuh diri menjadi salah satu cara agar bisa pergi ke dunia baru tersebut.

Mengenang 28 Tahun Bunuh Diri Massal

Salah satu bunuh diri massal itu terjadi hampir tiga dekade lalu, tepatnya 20 Maret 1995, di Jepang. Kala itu, sekte Aum Shinrikyo melancarkan serangan gas saraf yang mematikan di kereta bawah tanah Tokyo.

Aum Shinrikyo sendiri merupakan aliran sesat yang dibentuk pada 1980-an dengan mengamali perpaduan ajaran Hindu, Buddha, dan elemen hari penghakiman Kristen. Insiden mematikan itu bermula ketika sejumlah anggota sekte melepas gas sarin. 

Mereka memecahkan beberapa tas berisi gas saraf tersebut ke sejumlah gerbong kereta yang tengah melintasi kawasan ibu kota. Serangan tersebut menewaskan 13 jiwa dan ribuan lainnya terluka.

Seolah belum puas, beberapa bulan setelahnya, sejumlah anggota sekte ini kembali melakukan serangan serupa.

Mereka memecahkan tabung berisi gas hidrogen sianida ke beberapa stasiun kereta bawah tanah. Untungnya, upaya ini gagal.

Akibat serangan ini, puluhan anggota sekte Aum Shinrikyo dihukum. Sebanyak 13 orang di antaranya, termasuk sang pemimpin yang bernama Shoko Asahara,  divonis hukuman mati.