Menyikapi Kekerasan Seksual pada Anak yang Tak Kunjung Usai

Kekerasan seksual pada anak terus meningkat, lantas apa yang mesti dilakukan?

Ilustrasi dampak psikologis akibat kekerasan seksual pada anak. Foto: Net.

apahabar.com, JAKARTA - Ida panik bukan kepalang kala mendengar putrinya, AN, meringis kesakitan. Bocah yang masih berusia empat tahun itu mengeluhkan adanya perdarahan dari kemaluan.

“Mah, mem (kemaluan) aku berdarah,” ucap Ida menirukan perkataan AN. Sontak, perempuan berusia 31 tahun ini melaporkan apa yang dialami buah hatinya ke Polres Metro Jakarta Utara pada Kamis (19/1) malam.

Kejadian tak senonoh itu berlangsung di kawasan Rusunawa Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Miris, memang; rumah yang mestinya jadi tempat aman untuk anak, malah menyisakan trauma mendalam.

Begitu pun dengan lingkungan sekolah. Alih-alih jadi tempat menimba ilmu, kawasan ini justru dimanfaatkan oknum guru tak bertanggung jawab melancarkan aksi bejat. Sebagaimana yang terjadi di daerah Proyonanggan, Batang, Jawa Tengah.

Beberapa waktu belakangan, seorang guru rebana diduga melakukan pencabulan terhadap empat anak di bawah umur. Sejak laporan itu masuk pada Kamis (5/1), jumlah korban terus bertambah hingga mencapai 21 orang.

Masih di waktu yang sama, laporan perihal pencabulan juga masuk ke Polres Jember, Jawa Timur. Aduan ini datang dari seorang ustazah berinisial HA yang menduga suaminya sendiri, Kiai FM, melecehkan 15 santri di bawah umur.

Peristiwa tak senonoh di atas hanyalah sejumput sampel dari ribuan kasus pelecehan seksual anak di bawah umur. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyebut sedikitnya ada 17.150 kasus pada triwulan ketiga 2022.

Data yang demikian terhitung sampai 20 September 2022, dengan 15.759 korban di antaranya adalah anak perempuan. Jumlah itu ternyata meningkat tajam ketimbang tahun sebelumnya, di mana tercatat ada 7.004 kasus pada 2021.

Lagi-lagi, angka itu bertambah dari tahun sebelumnya. Per 2020, Kementerian PPPA mencatat  ada 6.980 anak yang mengalami kekerasan seksual, dan 6.454 korban pada 2019.

Kekerasan seksual pada anak terus meningkat, lantas apa yang mesti dilakukan?

Dokter Spesialis Anak, Mei Neni Sitaresmi, menilai tren peningkatan kekerasan seksual pada anak kian mengkhawatirkan. Terlebih selama pandemi Covid-19, tak jarang tindakan bejat itu dilakukan oleh orang terdekat, seperti keluarga dan pendidik. 

Dampak yang ditimbulkan tak cuma merugikan fisik, melainkan juga psikologis berkepanjangan. Mei mencontohkan beberapa kerugian fisik yang dialami korban pencabulan, antara lain infeksi menular seksual, gangguan menstruasi, bahkan kehamilan yang tak diinginkan.

Adapun dari sisi psikologis, sambung Mei, dampaknya lebih kompleks. Korban berpotensi mengalami depresi, kecemasan, kecenderungan bunuh diri, penyalahgunaan obat-obatan, perilaku seks yang menyimpang, hingga krisis identitas gender.

Untuk mencegah hal-hal tersebut, ada beberapa cara yang bisa diajarkan kepada anak supaya terhindar dari kekerasan seksual. Salah satunya, mereka harus diajari pendidikan seks sesuai tahapan perkembangannya.

“Kenalkan anggota tubuh sedari dini pada anak. Beri penjelasan mengenai perbedaan alat kelamin perempuan dan laki-laki. Jelaskan juga tentang sentuhan baik dan buruk,” jelas Mei.

Adapun sentuhan baik yang dimaksud adalah sentuhan yang tidak menyakiti dan membuat nyaman. Bagian yang boleh disentuh adalah dari bahu ke atas dan dari lutut ke bawah, contohnya bersalaman dan mengusap kepala.

Sementara itu, sentuhan yang buruk adalah sentuhan yang membuat anak sakit, takut, bahkan marah. Bagian yang tak boleh disentuh adalah area yang tertutup baju renang, mulai dari paha, dada, bagian dekat kemaluan, dan mulut.

Selain kedua jenis sentuhan tersebut, Mei membeberkan masih ada satu macam sentuhan lagi. Sentuhan ini membingungkan, di mana tidak menyakiti tapi membuat risih atau jijik. 

“Biasanya (sentuhan) di area antara bahu dan lutut. Terutama jika sentuhan ini menunjukkan kasih sayang dan nafsu. Bermula dari mengelus kepala, memeluk-meluk, kemudian meraba bagian tubuh dari bawah bahu sampai atas lutut,” tutupnya.