Opini

Menjadi Guru yang Bersahabat Menuju Prestasi Hebat

Oleh Muhammad Khairil, M.Pd Kalau ada pertanyaan: siapa guru yang paling populer di sekolah? Sebagian besar…

Ilustrasi. Foto-Istimewa

Oleh Muhammad Khairil, M.Pd

Kalau ada pertanyaan: siapa guru yang paling populer di sekolah? Sebagian besar siswa akan menjawab: guru killer!

Memang itu hanya istilah dan tidak menunjuk kepada satu orang tertentu. Guru killer bisa ditujukan kepada siapa saja yang biasanya memiliki citra kejam seperti suka memberi hukuman, pelit senyum, kurang peduli, sering memberi tugas berlebih, kaku, dan sering marah di dalam kelas.

Guru killer juga identik dengan para pendidik yang mengajar mata pelajaran yang dianggap rumit seperti matematika, IPA, atau Bahasa Inggris. Guru killer memiliki aura yang menakutkan dan sebagian besar siswa biasanya akan memilih menghindar dan membentuk sikap antipati terhadap guru tersebut.

Di sinilah letak masalahnya. Sebab, biasanya kebanyakan siswa akan takut untuk membangun komunikasi yang baik dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar) maupun kegiatan di luar lingkungan sekolah dengan guru yang dianggap killer.

Padahal, komunikasi yang baik antara guru dan siswa merupakan syarat penting untuk membangun prestasi belajar. Komunikasi sangat berperan, karena dalam proses belajar terdapat unsur saling memengaruhi. Sebuah komunikasi yang dilangsungkan secara sadar dengan keinginan untuk mengetahui dan memengaruhi dalam konteks positif dan mengandung nilai-nilai edukatif.

Melalui komunikasi itu akan terjadi proses perubahan tingkah laku para siswa, dari yang tidak tahu menjadi tahu dan tidak paham menjadi paham. Dengan demikian komunikasi dapat menimbulkan efek sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga prestasi siswa akan terus berkembang.

Guru dan siswa merupakan komponen yang dapat kita analogikan seperti teori simbiosis mutualisme yang berperan saling menguntungkan satu dengan yang lain. Jika satu komponen saja yang aktif tentunya tidak dapat menghasilkan dampak yang maksimal, sehingga kedua belah pihak harus harus sama-sama aktif dalam menjalin interaksi.

Interaksi komunikasi inilah yang akan mendatangkan kenyamanan siswa maupun guru dalam proses belajar mengajar. Kenyamanan siswa dan guru tentu akan berdampak positif guna mencetak prestasi belajar siswa.

Salah satu faktor yang memengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar adalah cara guru dalam mengajar. Pembawaan yang tegang, kaku, dan tidak fleksibel berpotensi membuat siswa menjadi jenuh, dan proses belajar mengajar akan terasa membosankan. Kalau sudah seperti ini, komunikasi yang terbentuk pun hanya satu arah. Jika dibiarkan terus menerus, komunikasi satu arah akan berpengaruh dalam proses transfer ilmu.

Untuk itu, para pendidik harus belajar menjadi guru yang friendly. Guru harus ramah, murah senyum, peduli, sering memberikan petuah-petuah positif, bisa mengikuti perkembangan zaman (tidak kolot) dan yang jelas tidak mudah marah.

Daripada guru killer, guru yang lebih ramah terhadap para siswa tentu akan memberikan kenyaman belajar yang dibutuhkan dalam proses KBM. Pengajar mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, santai, tidak kaku dengan metode, strategi dan media pembelajaran yang tepat tentunya.

Namun, bukan berarti dengan bersikap terbuka guru akan menghilangkan sikap serius. Hanya saja, guru akan memperhatikan kemampuan dan potensi siswa secara personal. Sikap friendly itu juga bisa diperlihatkan ketika siswa mulai jenuh dalam belajar. Misalnya, dengan melontarkan candaan-candaan yang dapat memecah suasana. Dengan cara itu, siswa tidak akan merasa takut dan was-was ketika proses KBM berlangsung.

Sebagai guru, kita tentu harus menghindari sikap yang berpotensi menyerang psikis siswa. Jika teguran disampaikan dengan cara berlebihan, tidak menutup kemungkinan, siswa akan minder dan tidak dapat mengeksplor kemampuan mereka lebih jauh. Akibatnya, anak-anak kita tidak akan bisa berkembang.
Pada kasus ini, sikap guru memegang peranan penting untuk perkembangan dan kesehatan jiwa (psikis) siswa.

Salah satu cara agar prestasi belajar siswa tidak terganggu adalah dengan menjadi sahabatnya. Menjadi sahabat yang dimaksud di sini adalah menerima dan mengakui diri siswa sebagai adanya, memberikan semangat dan motivasi, terbuka, menumbuhkan percaya diri siswa, menumbuhkan sportifitas dalam bersaing di antara siswa dan menjadi tempat bagi siswa untuk berbagi baik dalam konten akademis maupun diluar akademis.

Dengan begitu guru dan siswa akan saling memahami dan tahu apa yang dibutuhkan oleh siswa. Siswa akan merasa nyaman dan terlindungi, semangat belajar akan tumbuh dan prestasi belajar menjadi meningkat.

Yuk, kita sebagai guru melakukan revolusi dengan meninggalkan cara mendidik yang kolot. Kita upgrade cara mendidik yang kurang tepat dan hilangkan image guru killer di mata siswa. Kita harus menjadi sosok teacher friendly untuk mencetak prestasi hebat, untuk hari ini dan masa depan.

*
Penulis adalah Kepala SMPN 4 Batulicin

Editor: Puja Mandela