Menilik Sejarah Tampon, Benda yang Sebabkan Wanita Alami Toxic Shock Syndrome

Melanie Galeaz mengalami toxic shock syndrome akibat tampon. Lantas, apakah benda ini berbahaya untuk digunakan wanita?

Menilik sejarah tampon, benda yang sebabkan wanita alami toxic shock syndrome (Foto: dok. Halodoc)

apahabar.com, JAKARTA - Rasa nyeri biasanya adalah hal lumrah yang dialami perempuan saat menstruasi. Namun, lain halnya dengan Melanie Galeaz, seorang wanita asal AS yang mengalami toxic shock syndrome (TSS) akibat penampung darah haid itu.

TSS sendiri merupakan komplikasi langka yang disebabkan infeksi bakteri. Lebih tepatnya, masuknya strain bakteri Staphylococcus yang lantas melepaskan racun berbahaya dalam tubuh.

Galeaz mengatakan penyakitnya itu dikarenakan dirinya tak sengaja meninggalkan tampon di dalam vaginanya selama dua tahun. Semula, dia merasa bagian intimnya mengeluarkan bau tak sedap dan sering merasa nyeri.

Wanita berusia 22 tahun itu lantas memeriksakan dirinya ke dokter. Pun, akhirnya ditemukan tiga buah tampon yang tersangkut di bawah leher rahim. Ketika tampon dikeluarkan, Galeaz meringis kesakitan.

Pengalaman Galeaz yang demikian mungkin akan membuat Anda merasa ‘ngeri’ dengan tampon. Namun, sebenarnya, apakah tampon memang berbahaya bagi perempuan? Sejak kapan pula benda ini eksis?

Dimasukkan ke Dalam Vagina

Tampon merupakan penampung darah haid berbentuk silinder kecil yang terbuat dari bahan penyerap cairan, seperti katun atau rayon. Dengan bentuk nan kecil lagi tak tebal, benda ini dianggap lebih memudahkan pergerakan saat menstruasi – tak seperti pembalut.

Namun, cara memakai alat ini, bagi segelintir orang, tergolong ekstrem. Bagaimana tidak, tampon dimasukkan ke dalam vagina, sehingga menyerap darah menstruasi dari dalam kemaluan.

Beberapa jenis tampon dilengkapi aplikator dari plastik atau tabung kardus yang membantu memudahkan produk ini masuk ke dalam vagina. Namun, ada juga yang harus dimasukkan menggunakan jari tangan. 

Tampon mesti diganti tiap empat sampai delapan jam agar tidak menimbulkan infeksi ataupun bocor. Selain itu, juga dianjurkan untuk mengganti tampon dengan yang baru sebelum tidur dan segera setelah bangun tidur.

Sudah Ada sejak Mesir Kuno

Cikal bakal tampon sejatinya sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Kala itu, penyerap darah haid ini terbuat dari rumput liar, wol, ataupun papirus. Sementara, para wanita Yunani kuno menggunakan papan kayu tipis yang dibungkus serat agar tetap bersih selama menstruasi.

Seiring berjalannya waktu, muncul pembalut sekali pakai yang dilengkapi perekat. Pada masa itu, tepatnya 1970-an, ada pula tampon dengan aplikator yang terbuat dari plastik, berkembang dari yang sebelumnya berupa kain nan bisa dicuci berulang kali.

Menilik sejarahnya, penggunaan tampon meroket selama Perang Dunia II, di mana saat wanita mulai menjalankan profesi yang sama dengan laki-laki. Mereka memakai tampon supaya terhindar dari kerepotan waktu datang bulan.