Tak Berkategori

Mengintip Sejarah Pasar Sudimampir

PASAR tradisional merupakan salah satu konsep pasar yang mana dalam bertransaksi biasanya terjadi proses tawar menawar….

Potret Pasar Ujung Murung yang akan direlokasi Pemerintah Kota Banjarmasin. Foto-klikkalsel

PASAR tradisional merupakan salah satu konsep pasar yang mana dalam bertransaksi biasanya terjadi proses tawar menawar.

Dalam sejarahnya, pasar tradisional di Indonesia sudah ada sejak zaman sebelum adanya pemerintahan. Baik pada masa penjajahan maupun kerajaan.

Indonesian Heritage, Ancient History (1996) menyatakan, pasar tradisional telah lahir sejak abad 10.

Secara formal juga tercatat dalam prasasti masa kerajaan Mpu Sindok dengan istilah Pkan.

Di Banua -sebutan Kalimantan Selatan- terdapat salah satu konsep pasar tradisional, yaitu pasar Sudimampir.

Pasar yang terletak di pusat Kota Banjarmasin ini banyak menyimpan historis bagi sebagian warganya.

apahabar.com mencoba mengulik sejarah pasar yang sekarang menjadi salah satu pusat grosir di Kalimantan Selatan itu dari sudut pandang pengamat.

Sudimampir, menurut Mansyur Dosen Sejarah Universitas Lambung Mangkurat (ULM), berasal dari kata Soedi Mampir.

Nama itu pertama kali dipakai dalam Majalah Poetri Hindia nomor 3/1909.

Pembangunan Pasar Sudimampir mulai digagas Ir. Kartens pada 1937.

Pembangunan dilaksanakan bertahap hingga 3 sampai 5 tahun dan realisasinya hingga 1942.

Pada masa Kartens, dibangun pasar baru untuk menjual sayur dan ikan di tepi sungai Martapura.

Tepatnya pada persimpangan tiga jalan yang disebut Pasar Sudimampir.

Pada bagian depan pasar ini, baik pihak Gemeente (Pemerintah Kota Besar) Banjarmasin, maupun perusahaan Borsumij mendirikan toko-toko beton bertingkat.

Baca Juga:Kodaline akan Konser di Istora Senayan, Maret 2019

Kemudian didirikan dua buah bioskop di kawasan Sudimampir yakni Eendracht dan Corrie. Jalan jalan di muka Pasar Sudimampir diperluas dan didirikan lagi toko toko baru.

Pasar Sudimampir kemudian menjadi pusat pasar baru. Pada kawasan ini kemudian menyusul didirikan Bioskop Rex.

Terdapat tempat memarkir taksi (mangkal) di bagian tengah Pasar Sudimampir. Jalan di sekitar Pasar Sudimampir disebut Soedi Mampir Weg.

Menurut data Januari 1940, pada wilayah Sudimampir, terdapat Perusahaan Radio WA van Joost sekaligus menjual kulkas dan alat alat listrik.

Kemudian Toko Djokja milik Abdulgalib, di sudut pasar Sudimampir, yang menjual peralatan kosmetik wanita, parfum dan lain lain.

Selanjutnya, kantor Borneo Post dan Bintang Borneo, yang dikelola penerbit W. Smits, Toko Obat Khoe Ban Hwat, Soerabaja milik So Ho Sit, Toko milik Takara Yoko, Toko milik P. V. M. Teacher, yang khusus menjadi ahli kacamata, Agen Penyanyi, Mesin Jahit Coy.

Kemudian Toko milik Te Sek Djin, yang menjual makanan dan aneka makanan krimer. Selain itu ad toko terkenal Toko Djin yang menjual minuman, cerutu dan rokok Holland, obat obatan, parfum dan lain lain.

Selain itu data 1949 menyebut, terdapat Toko Mas Ing Hin Kongsie, yang menjual uang mas, mata berlian, intan dan perak lantak, dan lain lain.

Kemudian toko milik Amran Abdoellah, Toko Adil Simpang Soedimampir, selanjutnya Andalas Toko, Bandjer” Toko Soedimampir, Familie, Firma Toko Simpang Soedimampir II, Toko milik H. Gazali bernama Toko Sedjahtera.

Kemudian Handel Soedimampir, toko milik Ge Lis Kang, Merk Sm Swie Hoe Soedimampir blok Gemeente.

Selanjutnya Filiaal Toko Soedimampir, milik Hoek Oen Soen, Toko Simpang Soedimampir II, Hongkong Restaurant, Soedimampir, ava Bar & Restaurant Pabrik Java Pasar Soedimampir, serta Hoean Kioe Kongsie.

Toko milik Ma Béng Sang, Manufacturen Handel milik Lim Hak Joe dan sebagainya.

Pada masa Jepang dilakukan penghancuran Kota Banjarmasin secara besar besaran oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Tujuannya agar fasilitas ini tidak digunakan oleh Jepang. Deretan toko toko di Pasar Ujung Murung sampai dengan Pasar Lima habis, termasuk pula daerah Sudimampir.

Baca Juga:Sejarah Peringatan Hari Ibu yang Wajib Kalian Tahu

Reporter: Arif Nur Budiman
Editor: Fariz