Kalsel

Mengintip Prototipe Jembatan Anti Banjir di Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Program normalisasi sungai yang digagas Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin memasuki babak baru. Karenanya,…

Oleh Syarif
Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalsel memperlihatkan prototipe jembatan anti banjir. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Program normalisasi sungai yang digagas Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin memasuki babak baru.

Karenanya, Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalsel memiliki prototipe jembatan bangunan gedung (JBG).

Prototipe ini diolah setelah Pemkot Banjarmasin meminta bantuan untuk mengantisipasi musibah banjir dan air pasang dengan akurat.

Permintaan terhitung per tanggal 11 Februari lalu.

"Lalu 12 Februari, kami menjawab bersedia kemudian bentuk tim dan tanggal 14 prototipe selesai. Progres day to day," ujar Ketua Intakindo Kalsel, Nanda Febryan Pratamajaya.

Menurutnya prototipe jembatan ini bersifat secara umum. Namun bisa dipertanggungjawabkan untuk dibangun. Jembatan berbentuk trapesium.

"Standar jembatan ini sesuai dengan Bina Marga yang dikeluarkan Kementerian PUPR," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa prototipe ini khusus dibuat untuk JBG di Jalan Ahmad Yani Banjarmasin.

Desainnya dibikin tinggi sekitar 60 Centimeter (Cm) di atas permukaan air saat kondisi pasang.

Tetapi jarak tersebut belum menjadi acuan utama lantaran lebar Sungai Ahmad Yani tidak beraturan.

Setiap bangunan yang memiliki jembatan mempunyai lebar sungai yang berbeda beda. Perhitungannya dari struktur, bukan dari lantai jembatan.

"Tinggi 60 Cm dari Dinas Pekerjan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) setelah melihat banjir ketika di lapangan," imbuhnya.

Lebih rinci, material infrastruktur jembatan tersebut juga tidak sembarangan.
Ia menuturkan jembatan di Jalan Ahmad Yani tidak menggunakan tiang penyangga di tengah.

Pertimbangannya, karena kepala dari alat berat dan pasukan turbo Dinas PUPR lebih memudahkan masalah pembersihan dari sampah yang menumpuk.

Tak hanya itu. Lebar jembatan juga tidak menentu lantaran harus menyesuaikan dengan jarak sungai.

Lebar jembatan sangat memaksimalkan kondisi sungai, tapi harus bisa dilewati dua mobil atau sekitar 7 meter.

"Hasil di lapangan kalau di depan TVRI sampai lima meter. Kalau di depan Mesjid At Taqwa tidak sampai 2 meter," katanya.

Masih Nanda, bahwa material pembangunan pondasi sangat menyesuaikan dengan tingkat beban yang diterima jembatan.

Secara umum, seluruh jembatan memiliki besaran material yang berbeda beda.

Rincian materialnya adalah panjangan galam dan lainnya.

Khusus material lantai jembatan adalah gabungan dari baja dan beton.

"Kepala jembatannya beton," ucapnya.

Setelahnya, pihaknya kembali diminta oleh Pemkot Banjarmasin untuk membuat prototipe jembatan di jalan Veteran. Khusus di kawasan tersebut rupanya tidak bisa sembarangan.

Sungai Veteran berkesinambungan dengan Balai Wilayah Sungai dan Pemprov Kalsel. Otomatis tidak hanya Pemkot setempat saja yang mengelola.

Khusus desain jembatan di Jalan Veteran sangat berbeda ketimbang kawasan Ahmad Yani.

Di Jalan Veteran mempunyai tiang pancang sebanyak 2 buah. Alasannya karena lebar sungai Veteran tidak sama dengan Ahmad Yani.

"Materialnya bervariasi, antara lain bahan ulin full bisa dibuat," katanya.

Lantas berapa anggarannya?

Nanda menuturkan anggaran pembangunan jembatan ini perlu mengeluarkan ongkos yang tidak sedikit.

Biaya pembuatan operasi tergantung kelasnya dari A hingga C.

Mengambil data Intakindo, untuk kelas A menghabiskan dana sekitar Rp494 juta. Kelas B mencapai sekitar Rp446 juta. Sedangkan kelas C sekitar Rp343 juta.
Seluruh dana ini untuk pembuatan jembatan berskala pabrik. "Kalau untuk komersil 60 persen lebih murah dari ini anggarannya," ucapnya.

Ia mengharapkan bahwa desain jembatan untuk mengantisipasi banjir susulan ini diikuti oleh pemilik bangunan. Namun harus dilihat dari pemilik jembatan.

Apabila sifatnya swasta, maka biaya dibebankan kepada pribadi. Kecuali pemukiman, maka tanggung jawab Pemkot Banjarmasin untuk membangunnya.

Pembangunan jembatan paling lama sekitar sebulan. Namun sebelum dibangun, mereka harus melakukan penelitian lapangan.

"Kalau swasta atau milik pemerintah, mungkin anggaran mereka masing-masing," tuturnya.