Mengintip Pengolahan Bubur Sabilal, Diturunkan hingga 3 Generasi!

Siapa yang tidak mengenal bubur ayam Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

Bubur ayam legendaris tersebut menjadi ciri khas ketika berbuka puasa di masjid terbesar di Banjarmasin itu. Foto-apahabar.com/Baha

apahabar.com, BANJARMASIN - Siapa yang tak mengenal bubur ayam Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

Bubur ayam legendaris tersebut menjadi ciri khas ketika berbuka puasa di masjid terbesar di Banjarmasin itu. 

Rasanya tak perlu diragukan lagi. Pasti menyatu dengan lidah masyarakat seribu sungai.

Nah, apahabar.com berkesempatan bertemu langsung dengan pembuat bubur ayam legend. 

Namanya Ami Arini, 35 tahun. Ami bukanlah orang pertama yang meracik bubur ayam tersebut. 

“Ulun (saya) generasi ketiga,” ucap Ami kepada apahabar.com, Sabtu (1/4).

Adapun generasi atau tangan pertama adalah neneknya.

Kala itu, sang nenek dipercaya mengelola makanan berbuka puasa di sana.  

Lantaran sudah berumur, estafet pembuatan bubur pun dilanjutkan ke Sabah, ibu dari Ami. 

“Setelah mama meninggal tahun 2020, lalu dilanjutkan ke saya. Ini tahun ketiga saya membuat bubur," katanya. 

Dari sanalah, kedekatan emosional antara pengurus masjid dengan keluarga Ami terjalin.

Bahkan, ibunda Ami pernah menyabet piagam penghargaan dari masjid tertua di Bumi Lambung Mangkurat tersebut.

Hingga kini piagamnya terpampang rapi di rumah produksi bubur Sabilal di Jalan Antasan Kecil Timur.

“Piagam itu menetapkan kalau ini bubur Sabilal,” ucap Ami yang merupakan anak bungsu. 

Ami menuturkan bubur Sabilal tak pernah berubah rasa. Resepnya diturunkan dari generasi ke generasi. 

Mulai dari takaran beras, daging, kentang, wortel, daun bawah, bawang merah, rempah basah hingga rempah kering.

“Mungkin dari bumbu rempahnya, porsinya secukupnya itu yang membedakan,” ujarnya. 

Selama Ramadan, pembuatan bubur Sabilal berlangsung mulai pukul 07.30 Wita.

Mereka bergelut dari penyediaan bumbu hingga proses memasak. Dalam sehari sedikitnya 9 kawah [panci berukuran besar]. Pembuatannya dibagi 3 bagian. Setiap bagian berjumlah 3 kawah.

“Kalau sehari itu 1.500 sampai 1700 porsi,” sebutnya. 

Khusus pembagian di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, biasanya 1.000 porsi per hari. 

“Pukul 16.30 Wita kita berangkat ke sana,” imbuhnya.

Keluarga Ami sengaja membuat bubur Sabilal dengan porsi lebih.

Alasannya karena ada sejumlah orang yang membeli untuk menu berbuka di sejumlah masjid, langgar atau musala.

“Produksi bubur khusus Ramadan saja, di luar itu tidak,” pungkasnya.