Kalsel

Mengintip Kehusyukan Idul Adha Warga Meratus

apahabar.com, BANJARMASIN – Ketika masyarakat di perkotaan merasa Idul Adha tahun ini terkesan sepi, masyarakat muslim…

Suasana Idul Adha di Loksado, Hulu Sungai Selatan.Foto-apahabar.com/Hidayat

apahabar.com, BANJARMASIN – Ketika masyarakat di perkotaan merasa Idul Adha tahun ini terkesan sepi, masyarakat muslim yang tinggal di pegunungan Meratus, sudah merasakannya sejak lama.

Gema takbir berkumandang di masjid maupun langgar di daerah tak kebagian sinyal 4G itu. Kegiatan-kegiatan malam hari raya pun tidak dirayakan dengan arak-arakan maupun petasan.

Pemuda di dusun Pantai Langsat, desa Hulu Banyu, Kecamatan Loksado, malam Idul Adha tahun ini memilih menggelar masak-masakan sederhana.

Masakan khas warga setempat, yakni "nasi humbal" jadi menu sajian waktu berkumpul dan bersilaturrahmi.

“Seperti biasanya, malam hari raya kami biasa saat berkumpul pasti menggelar masak-masakan,” ucap Yusran, salah seorang warga dusun Pantai Langsat.

Tetapi, pandemi ini turut merusak momen suasana silaturrahmi keluarga besar warga di sana. Mayoritas warga desa di Kecamatan Loksado, tak mengizinkan warga luar untuk masuk kawasannya.

Tak terkecuali kerabat yang tinggal di luar daerah, warga setempat berusaha sebisa mungkin melarang kerabatnya pulang kampung.

“Sedikit kurang dari biasanya, tak banyak yang datang bertamu ke rumah-rumah di kampung kami,” ujar Yusran.

Jika masyarakat perkotaan, kendala itu bisa diatasi dengan komunikasi jarak jauh. Ironisnya, meski ponsel pintar masyarakat Meratus sudah canggih, sulit bagi mereka melakukan ‘video call’ pada kerabatnya di luar daerah.

Hal yang menggembirakan terlihat dari pelaksanaan salat Id. Jika di perkotaan masih banyak mengindahkan protokol kesehatan, rata-rata masjid dan langgar di Meratus tetap taat pada imbauan pemerintah.

Salat berjemaah di sana dilaksanakan dengan shaf berjarak, mengenakan masker, membawa sajadah sendiri serta mengenakan masker.

Terkait pemotongan hewan kurban, sulit didapati ada yang melaksanakannya. Terlebih dengan aturan protokol kesehatan kini.

“Tahun kemarin, yang tak ada pandemi pun di kampung kami juga tak ada yang berkurban,” ungkap Sekretaris Desa (Sekdes) Hulu Banyu itu.

Masih satu teritorial desa yang sama, di dusun Muara Hatib juga tak ada yang berkurban tahun ini.

“Jarang di sini, paling ada orang membagikan dagingnya saja yang menyembelihnya di luar desa,” sebutnya.

Meski berada di kawasan pegunungan, hampir seluruh warga di desa Hulu Banyu merupakan muslim.

Di dusun Manutui, salah satu kampung di desa Loklahung yang dihuni sebagian kecil keluarga muslim, juga tak ada terlihat aktifitas penyembelihan kurban.

“Sepengetahuan saya, belum pernah ada keluarga di sini yang berkurban. Hari rayapun tiap tahun, tak berbeda dari hari lainnya,” ucap Sima, remaja Dusun Manutui.

Pantauan H+2 Idul Adha di desa Lumpangi, juga tak terlihat ada aktifitas penyembelihan sapi kurban.

Sedangkan di desa Loksado, ibukota kecamatan, pada H+1 Idul Adha kemarin ada yang melaksanakan ibadah kurban sebanyak 2 ekor sapi.

Sebagian kampung-kampung di desa Malinau pun, terpantau ada yang melaksanakan penyembelihan hewan kurban.

Protokol kesehatan yang diterapkan warga di Meratus, baik hari biasa maupun hari besar berdampak baik. Sejauh ini, hanya ada satu kasus konfirmasi positif Covid-19 di Kecamatan Loksado.

Editor: Muhammad Bulkini