Meja Eksekutif

Mengintip Geliat Industri Turunan ATM: Euronet Worldwide

HAMPIR sebagian besar masyarakat memiliki kartu penarikan uang atau lebih populer disebut dengan kartu anjungan tunai mandiri (ATM). Namun, tidak banyak orang t

Presiden Direktur PT Euronet Technologies Indonesia, Melissiana D. Kriswandi. Foto: apahabar.com/Bambang Susapto

HAMPIR sebagian besar masyarakat memiliki kartu penarikan uang atau lebih populer disebut dengan kartu anjungan tunai mandiri (ATM).

Namun, tidak banyak orang tahu setiap proses transaksi uang tersebut ada industri yang turut membantu proses lancarnya pengiriman uang.

Euronet Worldwide salah satu perusahaan global asal Amerika Serikat yang menjadi penyedia pembayaran elektronik. Industri jaringan yang dijalankan tersebut memungkinkan setiap transaksi dapat dilakukan secara multiuser.

Software yang digunakan memungkinkan transaksi antar bank saling terhubung dengan kecepatan per satu detik.

Di sisi lain di tengah semakin maraknya tren transaksi digital, bagaimana masa depan ATM yang selama ini sudah cukup populer di segala lapisan masyarakat?

Berikut petikan wawancara eksklusif jurnalis apahabar.com, Bethriq Kindy Arrazy bersama Presiden Direktur PT Euronet Technologies Indonesia, Melissiana Dharmawati Kriswandi saat ditemui di kantornya:

Euronet Worldwide ini bergerak di bidang apa?

Berdiri dari tahun 1994. Foundernya Mike Brown dari Amerika. Awalnya dia jalan-jalan ke Eropa makanya namanya Euronet, padahal kita perusahaan Amerika. Kita terdaftar di Bursa Efek khusus untuk perusahaan teknologi.

Saat jalan-jalan di Eropa dia melihat kok di Eropa apapun yang berhubungan dengan payment atau mesin ATM. Terus dia balik dan buat softwarenya. Kemudian dia buka 40 ribu ATM dengan brand white label bernama Euronet di 28 negara di Eropa. Dari situ dia mengerjakan softwarenya dan menjadi teknologi pembayaran (payment technology).

Di negara mana saja cabang Euronet Worldwide?

Kita ada di 25 negara di dunia. Tetapi untuk APEC Region itu yang paling besar nomer satu ada di India Bombay. Kemudian developt office ada di Asia ada Filipina, Malaysia, Vietnam, Singapura, Pakistan, China, Jepang. Ada data centernya tersebar di India, Pakistan dan Indonesia.

Jadi Indonesia ini tidak hanya surving untuk Indonesia, tapi untuk negara yang boleh transaksinya dilempar ke luar negaranya. Contohnya Vietnam dan Filipina. Kalau kantor pusat developer ada di Munich (Jerman) dan Polandia.

Apa saja portofilio produk yang dimiliki Euronet Worldwide?

Jadi salah satu konsumen kami itu ada PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin). Dulu setiap bank harus menyediakan satu sistem untuk menjalankan ATM mereka. Bank itu adalah BNI, Mandiri, BTN dan BNI.

Tetapi dengan kebijakan baru dari Menteri BUMN, Erick Thohir yang mengungkapkan tidak efisien kalau bank besar pakai empat sistem. Jadi pakai satu sistem yang dijalankan oleh Jalin. Kami yang menang tender dan satu-satunya platform di Indonesia yang bisa drive 55 ribu ATM bank himbara ini.

Karena rata-rata bank-bank ada 17 ribu sampai 25 ribu ATM. Tapi kalau satu waktu sebanyak 55 ribu ATM itu ada di platform kami. Itu salah satunya.

Kemudian pembayaran QRIS dan m-Banking sistem pembayaran itu yang under product kami yang namanya Rent. Itu sudah micro service dan infrastruktur database tidak perlu mahal.  Jadi lebih low cost tapi tidak mengurangi mutu dari menjalankan pembayaran yang dilakukan secara digital maupun melalui ATM, m-Banking, maupun EDC.

Euronet itu secara worldwide sudah punya brand sendiri namanya Euronet ATM yang sudah ada di 28 negara Eropa, Filipina, Malaysia dan Indonesia belum, masih didiskusikan.

Kita juga mempunyai remiten namnya RIA yang menjadi terbesar kedua di dunia setelah Western Union. Itu untuk transfer uang dari luar warga yang bekerja sebagai TKI untuk keluarganya di Indonesia.

Kemudian kita juga ada Meden The Lion, itu real-time payment untuk transfer dari bank ke bank itu seper second. Kalau sekarang harus lewat ke bank nanti banknya wire lagi, itu perlu waktu lagi. Nah ini cuma pakai aplikasi bisa. Sekarang kita proses pengenalan produk kami, itu real-time payment.

Presiden Direktur PT Euronet Technologies Indonesia, Melissiana D. Kriswandi saat mengunjungi ruang kontrol (room control) di kantornya. Foto: apahabar.com/Bambang Susapto

Kita terkoneksi ke 120 negara untuk itu dan ada satu perusahaan eksi.com kita bisa melihat negara lain melakukan pembayaran luar negeri langsung. Kalau di Indonesia masih dihalangi OJK dan BI, belum bisa. Kalau di luar negeri sudah bisa pakai pakai aplikasi itu dan bisa transfer dan bayar pakai itu dan ke bank lain karena sudah terbuka yaa.

Kami juga ada Digital Content, kita satu-satunya payment agregator untuk digital content dari luar negeri. Kalau Anda membuka Shoppe itu ada tender, ada Microsoft, dan Sony Playstation itu Official Storenya itu belakanganya Euronet Indonesia.

Tokopedia juga seperti itu. Kita ada produk yang akan launching lagi nanti, jadi digital content yang internasional player dan kita sebagai payment agregator untuk Telco dan lainnya. Karena kita agak terlambat masuk, jadi sudah dipakai beberapa agregator besar seperti Telkomsel dan Indosat. Jadi kita ingin mengembangkan untuk digital content internasional.

Kita juga punya digital card atau give card kita mau kerja sama dengan perusahaan besar. Semua masih kita diskusikan.

Dari sekian portofolio tersebut siapa saja klien Euronet?

Klien yang langsung dengan Euronet Indonesia yaitu Jalin. Tapi ada klien lagi yang bekerja sama dengan partner lokal di sini dan mereka lama dengan sistem yang lama seperti Cimb Niaga, Bank Victoria dan Bank Banten. Jadi kami perjanjiannya kami dengan partner dan partner dengan bank.

Siapa saja kompetitor dengan lini bisnis serupa Euronet? Termasuk seperti apa iklim kompetisinya?

Kompetitor kami banyak ada yang lokal dan internasional. Tapi kelebihan kami dengan yang internasional itu, kami satu-satunya yang punya PT dan punya data center di sini (Indonesia).  Rata-rata data center mereka kerja sama dengan perusahaan lokal lainnya.

Saat Euronet mempunyai klien potensial seperti PT Jalin seperti apa fee based income yang masuk selama ini?

Jadi itu kan mereka kelola sendiri dan kita hanya biaya jasa implementasi dari kita. Karena ini baru, teman-teman Jalin kan belum tahu cara mengoperasikannya seperti apa. Jadi kami masih bantuin dan kita kenakan charges juga dan ada juga maintenance fee juga. Biasanya kerja sama antara 5 tahun dan bisa diperpanjang lagi.

Termasuk ada potongan sekian persen tidak dari setiap transaksi pengguna ATM?

Oh tidak, income yang diterima PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) tidak kami sentuh. Kami hanya jual software, implementasi dan maintenancenya.

Tahun 2022 PT Jalin menggunakan REN, apa sih keunggulan teknologi tersebut?

Pertama secara infrastruktur tidak memerlukan hardware yang mahal-mahal. Buat Jalin efisiensinya terjaga. Kemudian kalau ada perubahan, misalkan dia harus koneksi dengan salah satu bank dengan spesifikasi tertentu, sedangkan bank lain ada spesifikasi tertentu.

Jadi saya baru tahu juga kalau koneksi ke bank ada bahasa mesin masing-masing. Di antaranya seperti ISO 8583 ada ISO 2022. Ada yang masih pakai teks.

Nah sistem kami ini agile jadi gampang, pakai sistem apapun bisa koneksi dengan cepat. Kalau dulu harus membangun dulu sebulan hingga dua bulan. Karena Jalin itu dapat duit itu dari member bank yang menggunakan jasa dia.

Bila Euronet menggarap jaringan transaksi ATM, di Indonesia sudah berapa banyak yang digarap?

Semuanya masih under discussion dengan bank karena bank sangat dilead sama regulator kita dengan Bank Indonesia dan OJK. Karena itu, mereka masih was-was. Saya juga diskusi dengan bank-bank di Indonesia bagaimana mempercepat ini dan melakukan diskusi. Harusnya tahun 2024 sudah ada pencerahan kita bisa kerja. Kalau bicara bank sudah banyak.

Mereka berminat juga dengan ide-idenya. Contoh bank itu kan sifatnya lebih ke simpan pinjam dan mengurusin ATM bukan core bisnis mereka. Daripada pusing menggaji orang dan mengurusi semua vendor agar ATM semua jalan mending hubungi saja ke kami karena kami sudah ahli dan ada teknologi juga.

Mereka masih setengah-setengah belum ada yang end to end. Padahal sistem end to end sudah ada di India dan Malaysia. Kalau di Indonesia masih perlu waktu dan masalah ke trust dan perizinan.

Seperti apa saat ini tren penggunaan ATM di kalangan masyarakat?

Di kota-kota besar penggunaan ATM masih menggunakan m-Banking. Pengguna cash masih banyak. Hanya belanja kecil-kecil orang sudah mulai pakai QRIS di kota besar. Tapi di Bali dan Labuan Bajo beberapa kali pergi masih banyak yang membayar menggunakan cash.

Apa yang menyebabkan penggunaan uang cash masih diperlukan?

Kayaknya orang kita masih takut dengan pajak. Selanjutnya karena ada potongan 0,08 persen. Misalnya nasi warteg Rp25.000 dipotong itu buat mereka itu sayang ya.

Tujuan kami keberadaan ATM di remote area untuk membangun kepercayaan janganlah menyimpan uang di bawah bantal. Percayakanlah sama bank. Nariknya juga gampang lewat ATM juga bisa tidak harus menunggu bank buka.

Berapa sih nilai rata-rata transaksi di ATM?

Rata-rata Rp1 juta-Rp2 juta. Per hari di lokal bisa 60-80 orang per hari. Apalagi tempatnya tidak ada ATM bisa 100 orang lebih. Di Tegal yang terpencil bisa sampai 100 orang lebih.

Belakangan ini Bank Indonesia cukup aktif sosialisasi di dalam negeri hingga di luar negeri. Bagaimana Euronet menangkap aktivitas ini, apakah ada peluang yang bisa digarap?

Kebetulan kami punya jaringan networld, ini kalau BI terbuka, sebenarnya dengan ATM yang kita punya di luar negeri. Kemarin sempat diskusi dengan bank syariah yang konsumennya naik haji di Mekkah dan Madinah. Kalau kami buka ATM di dua kota Arab Saudi dengan badan bank ini, orang Indonesia kan lebih nyaman di bank sendiri.

Salah satu produk kami adalah ATM multi binder, jadi kalau kita masukin kartu BNI walaupun wujudnya Bank Mandiri, tapi nanti seperti terlihat BNI. Jadi konsumen merasa itu banknya sendiri. Tapi kalau nanti ATM Link sudah jalan kalau Anda member bank empat itu, yang muncul di layar itu adalah BNI, Mandiri, BTN dan BRI.

Kalau soal QRIS, mungkin antara 10 tahun lagi akan berdampak. Kalau sekarang belum melihat karena masih rancu berapa persen kita dipotong. Tapi itu memang memudahkan kita sih.

Saat ini sudah mulai transisi pembayaran dari cash ke cashless. Seperti apa kondisi ekosistem transaksi digital di Indonesia?

Kalau kota-kota besar seperti Jakarta kan sudah banyak menggunakan QR. ,tapi kan Indonesia besar ya. Tidak semua orang bisa membeli ponsel yang bisa menampung banyak aplikasi, keuangan orang terbatas.

Kalau di Indonesia akan menuju ke sana antara 5-10 tahun ke depan. Satu yang bikin tersendat-sendat yakni jaringan 5G ini belum merata. Kemarin saya bayar mau QRIS akhirnya pakai kartu lagi.

Beda dengan di Amerika dan Eropa mereka punya jaringan network dan buat tap-tap sudah bagus dan cepat. Saya rasa Indonesia perlu berbenah. Dari Bank Indonesia sudah bagus karena semboyan mereka cashless dan cardless. Ini tergantung kondisi perekonomian, peralatan, jaringan, dan kesiapan dari merchant.

Kalau tadi Anda menyebut perlu penyesuaian 5-10 tahun, apa peranan Euronet untuk mengakselerasi ekosistem transaksi digital?

Ya kami mendukung pemerintah, kami harus cepat berinovasi saja sih. Kalau orang sudah lebih banyak menggunakan QRIS kami mesti ciptakan pembayaran yang lebih cepat supaya kalau seperti pakai aplikasi dan kadang terjadi interminten yang lama.

Jadi kami harus ciptakan software dan produk baru seperti real-time payment. Tidak hanya di Indonesia tapi juga pembayaran di luar negeri dengan biaya serendah mungkin.

Bentar lagi sudah tutup tahun, apakah Euronet punya proyeksi inovasi baru untuk menyongong tahun baru?

Sementara ini kita masih mendukung PT Jalin masih under development juga. Untuk fintech-fintech bisa ambil tunai tanpa kartu di ATM Link yang masih under development itu namanya cardless withdrawal. Baik dengan OTP ataupun QR masih under development. Mungkin baru siap pakai di Kuartal 1 atau 2 di 2024