Religi

Mengendalikan Perasaan Cinta dan Benci pada Manusia

apahabar.com, JAKARTA – Cinta dan benci kepada sesama manusia kadang dipraktikkan secara berlebihan, bahkan tak jarang…

KH Buya Syakur Yasin. Foto-net

apahabar.com, JAKARTA - Cinta dan benci kepada sesama manusia kadang dipraktikkan secara berlebihan, bahkan tak jarang batas norma sosial dan agama. Bagaimana mestinya?

Dijelaskan KH Buya Syakur Yasin dalam ceramahnya, seyogianya semua yang ada di dunia ini harus tertakar, tidak boleh berlebihan dan harus dilakukan secara sedang-sedang saja. Begitupula dalam hal memberikan cinta kepada sesama manusia. Hal ini bukan berkaitan dengan memberi separuh cinta, bukan masalah separuh atau seperempatnya. Tetapi cinta yang terkendali. Begitupun dengan kebencian yaitu kebencian yang terkendali.

"Begitu pula ketika kita berbicara tentang hakikat cinta: tidak ada yang kita cintai kecuali Allah. Cinta yang benar adalah cinta kepada Allah. Kalau kita mencintai yang lain selain Allah, maka cinta itu hanyalah refleksi dari cinta kita kepada Allah. Sebab, ketika kita kita cinta kepada Allah, maka cinta itu dengan sendirinya tentu akan tertakar," jelas Kiai Buya.

Oleh sebab itulah, ketika cinta kepada sesuatu yang merupakan refleksi dari cinta kepada Allah, maka semuanya akan terukur. Akan tetapi, ketika yang dicintai sudah tidak benar, maka tidak ada urusan lagi dengan Allah.

"Yang kemudian inilah yang disebut dengan cinta buta. Bagi cinta buta seperti ini, benar atau salah tetap dibela," kata Kiai.

Hal ini juga berlaku sebaliknya, ketika membenci yaitu membenci kepada kelakuan seseorang yang tidak sesuai dengan aturan Allah. Membenci karena Allah, mencintai karena Allah sehingga semuanya akan terkendali.

"Misalnya dalam realita sehari-hari, ketika kita sudah membenci maka kita akan memiliki kecenderungan untuk membalaskan kebencian tersebut. Bahkan ketika kebencian belum dilakukan dalam bentuk tindakan, maka kebencian tersebut masih belum selesai," terang Kiai.

Begitulah, kadang dalam hal mencintai dan membenci tidak dilakukan sesuai takaran. Padahal, mestinya keduanya disandarkan karena Allah.

Sumber: laduni.id
Editor: Muhammad Bulkini