Mengenang Tragedi Bandung Lautan Sampah, Tonggak Lahirnya HPSN

Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Momen ini lahir dari tragedi Bandung Lautan Sampah yang menewaskan ratusan jiwa

Evakuasi korban longsoran sampah di TPA Leuwigajah pada 22 Februari 2005 (Foto: dok. Antara)

apahabar.com, JAKARTA - Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Siapa sangka, momen ini ternyata lahir dari tragedi ‘Bandung Lautan Sampah’ yang menewaskan ratusan jiwa. 

Enam belas tahun silam, atau pada 21 Februari 2005, ledakan keras menggema di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi. Longsoran sampah pun langsung menyapu dua pemukiman yang jaraknya tak jauh dari lokasi kejadian: Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. 

Gundukan sampah sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter itu ditengarai goyah karena diguyur hujan deras semalam suntuk. Termasuk, diduga terpicu konsentrasi gas metan dari dalam tumpukan sampah.

Akibat pengelolaan sampah yang tidak tepat itu, 157 jiwa melayang. Pun ketika evakuasi berlangsung selama 15 hari, Tochija dalam Tragedi Leuwigajah (2005) menyebut banyak ditemukan keajaiban. 

Misalnya saja, tim mengevakuasi mayat dalam posisi sedang sholat, serta bau busuk sampah tiba-tiba berubah menjadi aroma harum yang menyebar di segala arah. Ada pula ponsel milik korban yang sudah terendam sampah dan air selama lima hari, tiba-tiba berdering.

Dari “Paris van Java” Jadi “Bandung Lautan Sampah”

Selepas tragedi itu terjadi, daerah di kawasan Bandung Raya tak lagi memiliki TPA. Salah satu yang paling terdampak adalah Bandung, mengingat kota ini menjadi wilayah pemasok sampah terbesar ke TPA Leuwigajah.

Hari demi hari, sampah terus menggunung di Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Selang beberapa waktu ke depan, tempat itu tak lagi mampu menampung sampah. Sampai akhirnya, seluruh penjuru Bandung dipenuhi sampah.

Kota Bandung terlihat kotor dan jorok. Bau menyengat membuat warga terpaksa lebih sering menutup hidung. Pamor “Paris van Java” langsung runtuh, bahkan terganti menjadi “Bandung Lautan Sampah.”

Julukan negatif yang demikian berangsur membaik usai pemerintah setempat membuka TPA Sarimukti. Para pemangku kuasa pun berupaya menggulirkan sejumlah program agar tragedi Leuwigajah tak kembali terulang.

Salah satunya, dengan menetapkan tanggal 21 Februari sebagai HPSN. Peringatan tersebut diharapkan mampu menjadi pengingat untuk semua pihak bahwa persoalan sampah haruslah menjadi perhatian utama.