Hot Borneo

Mengenang Pertempuran Hambawang Pulasan, Kisah Heroik Pejuang Kalsel di Bulan Puasa

apahabar.com, BANJARMASIN – Memasuki hari-hari terakhir Ramadan, masyarakat Kalimantan Selatan diingatkan kembali tentang kisah heroik pejuang…

Monumen Pertempuran Hambawang Pulasan yang didirikan di Desa Haur Gading, Kecamatan Batang Alai Utara, Hulu Sungai Tengah. Foto: Google Maps

apahabar.com, BANJARMASIN – Memasuki hari-hari terakhir Ramadan, masyarakat Kalimantan Selatan diingatkan kembali tentang kisah heroik pejuang banua dalam upaya mengusir penjajah Belanda di Hambawang Pulasan.

Hambawang Pulasan merupakan nama lama untuk sebuah kawasan di antara Desa Telang dan Haur Gading di Kecamatan Batang Alai Utara, Hulu Sungai Tengah.

Kawasan yang semula adalah hutan pohon karet dengan jalan berliku dan menanjak ini, pernah menjadi saksi peristiwa yang dikenal dengan nama ‘Pertempuran Hambawang Pulasan’.

Pertempuran Hambawang Pulasan melibatkan pejuang banua melawan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Aksi heroik pejuang-pejuang banua yang tergabung dalam TRI Pasukan MN 1001/Gerpindom itu, terjadi awal Mei 1947 bertepatan dengan 18 Ramadan 1366 Hijriah.

“Pertempuran Hambawang Pulasan diawali serangan NICA Belanda kepada rombongan pejuang John Masael di Jawa Lanting, Lokbatu,” papar Mansyur, Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan.

Serangan itu membuat darah pejuang lain mendidih, karena sejumlah pejuang gugur. Mereka pun menggelar rapat darurat di Kampung Rantau Birayang.

Hasilnya disepakati operasi pengadangan kepada setiap kendaraan polisi dan militer Belanda yang lewat di Hambawang Pulasan.

Selepas makan sahur, 12 pejuang bergerak menuju Hambawang Pulasan. Mereka adalah H Aberani Sulaiman sebagai pimpinan pasukan, Made Kawis, H Damanhuri, Jamhar, Ancau, Hamdi Idar, Suni, Ibur, Tuhani, Karim, Jahri dan Utuh Kandangan.

Selanjutnya Aberanie Sulaiman, Made Kawis, Damanhuri, Jamhar, Ancau, Hamdi Idar dan Suni bersiap di tepi jalan Hambawang Pulasan. Sedangkan sisanya diposisikan kurang lebih 100 meter di belakang.

Setelah berjam-jam menunggu, melintas sebuah truk yang penuh bermuatan militer Belanda sekitar pukul 10.00. Dikomando Aberani Sulaiman, semua pejuang sontak keluar dari tempat persembunyian.

Serangan Berani Mati

Militer Belanda yang tak menduga dengan serangan berani mati itu, kelabakan dan tidak berkutik. Semuanya tewas di tempat, sedangkan truk pengangkut berhasil dijungkirkan ke samping jalan.

Namun sebelum pejuang berhasil merampas senjata lawan, satu truk berisi penuh militer Belanda datang lagi. Akibatnya pertempuran jarak dekat pun tidak terhindarkan.

Tak lama berselang, muncul lagi militer Belanda yang datang. Peluru panas pun semakin banyak berterbangan, di antaranya melukai Made Kawis.

Oleh karena semakin tidak seimbang, pejuang pun memilih mengundurkan diri, sembari menyelamatkan Made Kawis yang menderita luka parah.

“Pertempuran Hambawang Pulasan ini membuat jiwa militer Belanda merosot, kerena banyak tentara yang tewas maupun terluka,” jelas Mansyur.

“Sebaliknya semangat perlawanan pejuang dan rakyat banua semakin tergugah untuk terus berusaha mengusir penjajah,” tegas dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM ini.

Namun demikian, Made Kawis gugur sebagai kusuma bangsa. Sedangkan Utuh Kandangan yang sempat tertangkap di Kias Tapuh, berhasil melarikan diri dan kembali ke markas Gerpindom di Goa Kudahaya.