Desmond Mahesa Tutup Usia

Mengenang Desmond Mahesa (4): Lawan 'Perjudian Massal' di Kalsel

Desmond Junaidi Mahesa sudah dimakamkan di Al-Azhar Memorial Garden, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (24/6/2023) sore. Namun idealismenya, masih dikenang.

Almarhum Desmond Junaidi Mahesa. Foto via beritasatu.com

apahabar.com, JAKARTA – Desmond Junaidi Mahesa sudah dimakamkan di Al-Azhar Memorial Garden, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (24/6) sore. Namun idealismenya masih dikenang.

Yang bercerita kali ini adalah Sukrowardi. Teman saku angkatan aktivis dengan Desmond. Sekarang, dia juga legislator di level kota; Banjarmasin.

“Saya berkawan dengan Desmond sejak sama-sama kuliah dulu. Satu almamater di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) angkatan 1986. Dia di fakultas hukum, saya pertanian,” ungkap politikus Golkar itu.

Baca Juga: Mengenang Desmond Mahesa: Diculik Tahun 98, Lantang di Senayan

Kata Sukro -panggilan akrab Sukrowardi, Desmond itu unik. Boleh juga disebut lucky man. Setiap pileg, dia selalu terpilih untuk berkantor di Senayan (DPR RI).

“Barangkali dia satu-satunya orang Banua (Kalsel) yang berhasil terpilih selama tiga kali sebagai anggota DPR RI,” ungkapnya.

Yang makin bikin Sukro kagum, Desmond justru terpilih di tempat lain. Bukan di Kalsel. 2009 hingga 2014, ia mewakili Kalimantan Timur. Pada 2019, justru jadi wakil Banten.

“Terpilih di kampung halaman sendiri wajar-wajar saja, tapi memang di kampung orang itu adalah sebuah kebanggaan,” ucapnya.

Baca Juga: Mengenang Desmond Mahesa (2): Pelengkap 'Bintang' Banua, Lantang di Senayan

Tapi bukan itu poin yang ingin Sukro ambil. Melainkan kualitas yang dimiliki Desmond sebagai aktivis, lalu menjadi politikus.

Bagi Sukro itu adalah bukti bahwa Desmond bukan orang biasa. Setidaknya, tak sama dari kebanyakan politikus. Dia gigih. Kerja keras melakoni perjuangan yang tak sederhana.

“Tak dapat diragukan lagi kalau dia adalah tokoh nasional dari Banua yang merangkak dari bawah untuk kemudian menduduki posisi mentereng sebagaimana terlihat sebelum beliau meninggal,” tuturnya.

Program Pemerintah yang Mendadak Jadi Lahan Judi

Sukro punya pengalaman tak terlupakan bersama Desmond. Ketika ia sama-sama berjuang menentang 'judi massal' yang dilegalkan Pemerintah Orde Baru tahun 1986.

“Ini program pemerintah. Namanya Porkas dan SDSB. Porkas berasal dari kata forecast, merupakan sarana pengumpul dana masyarakat untuk olahraga,” ceritanya.

Kata judi yang disebut Sukro tentu saja bukan maksud sesungguhnya program ini. Tapi belakangan memicu ajang perjudian. Membuat rakyat miskin makin malas dan tak produktif.

Baca Juga: Mengenang Desmond Mahesa (3): Santun, Tak Diam Membiarkan Cela

Itulah yang kemudian memicu gerakan mahasiswa. Mereka menolak dan menggelar aksi demonstrasi di Kantor Gubernur Kalsel yang saat itu dijabat Muhammad Said. Oratornya, Desmond.

“Di sini Desmond memberikan orasi-orasi cerdasnya. Sangat terlihat,” ingatnya.

Politisi Partai Golkar Banjarmasin, Sukrowardi. Foto: istimewa

Waktu berlalu, Sukro bertemu lagi dengan Desmond dalam aksi peduli lingkungan di Banjarmasin yang kala itu sedang gigih ingin meraih Piala Adipura.

“Kami pada waktu itu bersama Desmond menggelar aksi bersih-bersih wilayah terminal dan pasar. Kami menggelar apel besar membawa sapu dan sekop dan truk pengangkut sampah. Saat itu ada ribuan pelajar dan mahasiswa,” kenangnya.

Desmond Menghilang

Tahun-tahun menjelang jatuhnya Orde Baru, nama Desmond seperti menghilang dari peredaran aktivis di Kalsel. Rupanya dia hijrah ke Jakarta.

Suatu pagi, Sukro dibuat kaget. Ketika baca koran, ia melihat nama Desmond yang menjadi salah satu aktivis yang diculik di masa Orde Baru.

“Saya membaca dan mengikuti perkembangan penculikan Desmond dan kawan-kawan hingga dilepas,” ungkapnya.

Baca Juga: Prabowo Sebut Desmond Mahesa Berperan Membesarkan Gerindra

20 tahun berlalu. Desmond sudah menjadi tokoh dan politikus nasional. Ia adalah putra Banua yang membintangi Senayan.

“Sikap keras, lugas, tegas dan kritis masih sangat tampak terbawa dalam kancah perpolitikan nasional semenjak ia menjadi wakil rakyat di Senayan. Berbagai isu yang ia soroti selalu menjadi perhatian dan pemberitaan nasional. Kita kehilangan seorang tokoh yang sudah banyak mewarnai dinamika politik nasional,” tutupnya.