Tak Berkategori

Mengenang Abah Guru Sekumpul (3), Waktu Kecil Diasuh “Wali Majezub”

apahabar.com, BANJARMASIN – Perjalanan hidup Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) sejak dilahirkan…

Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (kiri) bersama dengan Syekh M Muhammad Badruddin (kanan}Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN - Perjalanan hidup Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) sejak dilahirkan tak terlepas dari peran waliyullah di zamannya. Jika sebelumnya keterlibatan Tuan Guru H Abdurrahman, kali ini sosok wanita yang mengasuh beliau sejak kecil.

Wanita yang diketahui "Wali Majezub" itu adalah nenek Abah Guru Sekumpul sendiri yang bernama Salbiyah. Sang nenek inilah yang menanamkan benih-benih ketauhidan di hati Abah Guru Sekumpul dengan senandung dan doanya ketika meninabobokan beliau.

"Ya Nafsiyah, Salbiyah, Ma'ani, Ma'nawiyah. Ma Fi Qalbi Ghairullah," ujar Nenek Salbiyah saat menidurkan Abah Guru Sekumpul, sebagaimana diceritakan Abah Guru ketika mengenang sosok Sang Nenek.

Nafsiyah, Salbiyah, Ma'ani, dan Ma'nawiyah adalah sifat Tuhan. Sedangkan Ma Fi Ghairullah berarti: Tiada di hatiku melainkan Allah.

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (1), Kejadian Ganjil Saat Dilahirkan

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (2), Berganti Nama Karena Sebuah Isyarat

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (4), Mengumpul "Dua Mutiara dari Tanah Banjar"

Nenek Salbiyah sendiri, menurut KH Syaifuddin Zuhri, adalah seorang yang "mejezub".

"Aku sempat tedapat. Di karangan putih rumah sidin. Parak rumahku. (Aku sempat bertemu. Rumah beliau di Desa Karangan Putih, dekat rumahku, red)," ucap Abah Guru Banjar Indah (KH Syaifuddin Zuhri).

Nenek Salbiyah, lanjut Abah Guru Banjar Indah, apabila diminta doa, selalu berdoa dengan satu doa. Doa beliau, "Allahumma robbal hirri wal haram, warobbal masy'aril haram, wa robbal rukni wal maqom. Ablig li sayyidina Muhammaadin minassalam."

Kebiasaan beliau itu rupanya memancing keingintahuan orang-orang yang kerap meminta doa kepada beliau.

"Kenapa bila diminta doa, pian selalu berdoa yang itu?" seseorang suatu ketika berani menanyakan pada Nenek Salbiyah.

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (5), Ejekan yang Menjadi Doa

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (6), "Kebaikan" yang Dinilai Tak tepat oleh Sang Ayah

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (7), Angin Menjadi Ribut Ketika "Dihukum" Sang Ayah

Dijawab oleh Nenek Salbiyah, "Apabila aku membaca doa itu, Rasulullah mau hadir."

Nenek Salbiyah menurut Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan Pangeran Abdurrahim yang merupakan saudara sepupu dari Sunan Giri (salah satu dari Wali Songo).

Pangeran Abdurrahim bersaudara dengan seorang wali dari kalangan wanita yang penuh karomah bernama Fatimah Kanzul Arsy. Beliau inilah yang menjadi sebab suatu desa di Martapura dinamakan Kampung Keramat.

Selain Fatimah Kanzul Arsy, saudara pangeran Abdurrahim lainnya adalah Pembakal Musa, yang banyak memiliki keturunan di Kelua, Kabupaten Tabalong.

Selain keduanya, Abah Guru hanya menyebut saudara Pengeran Abdurrahim lainnya, dengan "datuknya" orang Karang Intan dan Pengaron. Yakni yang banyak menurunkan anak di kedua wilayah tersebut.

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (8), Pernah Dikeroyok di Usia Sekolah

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (9), Melarang Murid Memberi Minum Saat Mengajar

Baca Juga: Mengenang Abah Guru Sekumpul (10), Sempat Mau Dibunuh Ketika Mengajar

Editor: Muhammad Bulkini