Skandal Adani Group

Mengenal Sosok Gautam Adani yang Disebut Jokowi Bikin Rugi India

Pengusaha sukses asal India, Gautam Adani menjadi perbincangan pasca-laporan Hindenburg Research yang dirilis akhir Januari lalu.

Dubes Timothy Roemer disambut oleh Gautam Adani, Chairman Adani Group di Adani House di Ahmedabad, Gujarat pada 7 Juni 2018. Foto: U.S. Embassy New Delhi

apahabar.com, Jakarta - Pengusaha sukses asal India, Gautam Adani kini menjadi perbincangan global. Seluruh mata tertuju pada pria berusia 60 tahun, pemilik Adani Group, pasca-laporan Hindenburg Research yang dirilis akhir Januari lalu.

Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 yang disiarkan virtual, Senin (6/1) secara khusus menyinggung namanya.

Presiden sengaja mewanti-wanti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar kasus 'gorengan saham' yang melibatkan orang terkaya di Asia, Gautam Adani, tidak terjadi di Indonesia.

"Hati-hati! Jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan. Jumlahnya itu Rp 1.800 triliun, seperempat PDB India hilang," tegas Jokowi, Senin (6/1).

Baca Juga: Jokowi Ingatkan Soal Adani Group, Seperempat PDB India Hilang

Gautam Adani diketahui memiliki kekayaan sempat menyentuh US$ 147 miliar atau Rp2.205 triliun, saat menduduki peringkat orang kedua terkaya di dunia. Saking kayanya, ia juga didaulat menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Asia.

Berdasarkan catatan apahabar.com, ini merupakan kali pertama orang Asia menduduki capaian tertinggi sebagai orang terkaya versi Bloomberg. Sebelumnya posisi orang terkaya didominasi oleh pengusaha teknologi kulit putih.

Dipastikan, kiprah dan perjuangan Adani untuk tiba di posisi puncak seperti yang dicapai saat ini bukan perkara mudah. Dia memulainya dengan kerja keras, setahap demi setahap.

Gautam Adani diketahui lahir di negara bagian Gujarat, India barat. Gujarat bukan nama sembarangan, karena dari sana muncul orang-orang hebat. Sebut saja, Narendra Modi, Perdana Menteri India yang terpilih untuk kedua kalinya.

Baca Juga: Jokowi Ingatkan Perbankan Jangan Lupakan UMKM dan Hilirisasi SDA

Berdasarkan penelusuran, setelah putus kuliah saat remaja, Adani pindah ke Mumbai dan bekerja di perdagangan berlian sebelum kembali ke negara bagian asalnya.

Di sana, Adani mulai terlibat perdagangan skala besar, ketika dia mengimpor polivinil klorida atau PVC untuk bisnis plastik saudaranya. Pada tahun 1988, ia mendirikan Adani Enterprises, perusahaan unggulan grup, yang kegiatan utamanya adalah mengimpor dan mengekspor komoditas.

Adani Enterprises memperoleh persetujuan dari pemerintah Gujarat pada tahun 1994 untuk mendirikan fasilitas pelabuhan. Pelabuhan itu diperuntukkan untuk melayani pelayaran kargo sendiri yang berlokasi di Pelabuhan Mundra.

Merasakan potensi dalam proyek tersebut, Adani memutuskan untuk mengubahnya menjadi pelabuhan komersial.

Baca Juga: Kisah Gautam Adani, Sosok Putus Sekolah yang Jadi Orang Terkaya di Dunia

Tak berhenti di situ, Adani membangun jalur kereta api dan jalan raya ke sana dengan bernegosiasi secara individu dengan lebih dari 500 pemilik tanah di seluruh India untuk membuat pelabuhan terbesar di India.

Beberapa waktu berselang, Gautam Adani merambah bisnis pembangkit listrik pada tahun 2009. Berkat unit usaha ini, bisnis Adani kemudian berkembang dan terus membawanya menjadi orang terkaya di India.

Adani lalu mengajukan penjualan saham perdana (IPO) pada Maret 2022. Dirinya diketahui memiliki 75% saham di Adani Enterprises, Adani Power dan Adani Transmissions.

Dia juga memiliki sekitar 37% Total Gas Adani, 65% Pelabuhan Adani & Kawasan Ekonomi Khusus, dan 61% Adani Green Energy.

Baca Juga: Hasnuryadi Sulaiman Pemilik Hasnur Group, Taipan Baru asal Kalimantan

Semua perusahaannya itu diperdagangkan secara publik dan berbasis di Ahmedabad, India. Sebagai informasi, Ahmadabad merupakan daerah kelahiran Mahatma Gandhi yang diagungkan oleh penduduk India.

Secara umum, saham dipegang oleh grup promotor, yang mencakup anggota keluarga dan perusahaan induk yang dikreditkan ke Adani untuk mencerminkan statusnya sebagai pendiri.

Sayangnya, kekayaan Adani terus tergerus pada awal tahun ini, setelah perusahaannya diduga terlibat skandal penipuan besar, sebagaimana disampaikan oleh Hindenburg Research.

Tercatat valuasi dari perusahaan Adani telah hilang lebih dari 110 miliar dollar AS akibat tuduhan tersebut. Dengan anjloknya saham perusahaannya membuat posisi Adani tergelincir ke urutan ke-15 dalam daftar orang kaya Forbes.

Baca Juga: Mengenal Stanley Qiu, Bos Baru Hillcon Berusia 23 Tahun

Perkiraan kekayaan bersih salah satu orang terkaya Asia itu sekarang turun jadi US$ 75,1 miliar. Angka itu di bawah perkiraan harta saingannya Mukesh Ambani, ketua Reliance Industries, yang menempati peringkat sembilan dengan harta US$ 83,7 miliar.

Maraknya gelombang aksi jual saham menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bisnis Adani mampu menutupi biaya mereka. Beban utang yang besar dari perusahaan merupakan salah satu kekhawatiran yang diangkat oleh Hindenburg. Konsekuensi dari aksi jual tersebut mungkin tidak dapat ditanggung oleh Adani.

Sementara di dalam negeri, rakyat India mulai protes setelah mengetahui Adani memiliki utang ke bank milik negara dan asuransi. Nilai utangnya diperkirakan mencapai Rp400 triliun.

Rakyat meminta semua itu diusut. Lalu, minta diselidiki pula apakah ada hubungannya dengan kekuasaan Modi, Perdana Menteri India yang terpilih untuk kedua kalinya.

Baca Juga: Perdana, Batu Damar Banjarmasin di Ekspor ke India

Hindenburg awalnya mulai curiga ketika melihat grup usaha ini bisa melejit dengan begitu cepat. Di tahun 2021 kekayaannya USD 100 miliar. Tahun 2022 menjadi USD 200 miliar. Berarti langsung menjadi konglomerat nomor 3 di India. Di bawah grup Mukesh Ambani dan Tata.

Bahkan di bulan November 2022 sudah naik lagi menjadi USD 280 miliar, mengalahkan Tata. Gautam Adani langsung didaulat sebagai orang nomor 21 terkaya di dunia. Terkaya di India dan terkaya di Asia.

Sementara itu, terkait dengan bisnis pembangkit listrik, banyak analis menyebut Adani memiliki saham di tambang batu bara di Indonesia, tepatnya di Pulau Kalimantan. Melonjaknya kekayaan Adani, salah satunya diduga berkat penjualan batu bara tersebut.

Hal ini sangat masuk akal, karena harga batu bara dalam dua tahun terakhir bikin banyak orang kaya mendadak. Permintaan banyak, sementara suplainya terbatas. Tak salah jika Adani melilik sektor tambang yang dianggap merusak lingkungan itu.

Baca Juga: Taklukan Wakil India, Shesar Rhustavito Melaju ke 16 Besar Indonesia Masters 2023

Belakangan, lembaga pemeringkat Moody's mengatakan gejolak yang terjadi di pasar saham dan India, kemungkinan besar akan mengurangi kemampuan grup untuk meningkatkan modal, meskipun dalam sebuah pernyataan Rabu (1/2) malam, Adani berdalih bisnisnya tetap kokoh.

Sebagai gantinya, para eksekutif Adani akan meninjau kembali strategi pasar modalnya setelah pasar stabil.

Bank India selaku pemegang aset Grup Adani tidak bisa melepaskan diri. Bank pemerintah itu pasti ikut terpengaruh jika nilai kepemilikan tersebut terus turun. Sebagai langkah antisipasi, Bank sentral India mengatakan bahwa sektor perbankan tetap tangguh dan stabil berdasarkan penilaian terbaru dan berjanji untuk terus memantau situasi.

Dalam pernyataan pertamanya tentang gejolak pasar baru-baru ini, Securities and Exchange Board of India (SEBI) mengatakan bahwa mereka telah memantau pergerakan harga yang tidak biasa di saham konglomerat bisnis, meskipun telah menggerus seperempat PDB India.