Kalsel

Mengenal Dwida Nispuliani, Diang Pekerja Keras

apahabar.com, MARABAHAN – Supel, ramah dan memiliki suara cukup merdu menjadi beberapa atribut Dwida Nispuliani yang…

Dwida Nispuliani menerima trofi, selempang dan bingkisan dari Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, seusai dinobatkan sebagai Diang Batola 2019. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Supel, ramah dan memiliki suara cukup merdu menjadi beberapa atribut Dwida Nispuliani yang sekarang menyandang predikat Diang Barito Kuala 2019.

Perwakilan Kecamatan Tamban yang biasa disapa Nispu ini dinobatkan sebagai Diang Batola dalam final Atak Diang 2019 di Aula Selidah Marabahan, Senin (22/07/2019) malam.

“Saya tak menyangka bisa juara. Namun persiapan saya cukup panjang mulai dari latihan bakat, belajar public speaking, membaca referensi dan sharing dari senior Atak Diang,” ungkap Nispu.

Semua persiapan itu dilakukan Nispu, justru ketika sedang menyusun skripsi untuk menyelesaikan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat.

Pun Nispu bukan tipe orang yang suka duduk bermalas-malasan. Selain hobi travelling, dara kelahiran Tamban 26 Desember 1997 ini juga merupakan pekerja part time di sebuah toko buku di Banjarmasin.

“Namun saya memberanikan diri mengikuti audisi Atak Diang Batola 2019, karena belum pernah mengikuti kontes serupa. Pertama kali tampil di panggung, saya benar-benar gugup,” kenang Nispu.

“Saya juga memotivasi diri sendiri untuk memanfaatkan masa muda yang tidak datang dua kali. Saya ingin mengembangkan kemampuan, menemukan jati diri dan membanggakan orangtua,” sambungnya.

Nispu membawakan lagu ‘Singgah Di Lanting’ dalam sesi talent show. Menyanyi menjadi pilihan utama pengidola Isyana Sarasvati ini, lantaran telah memiliki pengalaman.

Penampilan Dwida Nispuliani di malam talent show Atak Diang Barito Kuala 2019. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

Sebelumnya Nispu pernah merasakan predikat runner up lomba paduan suara Batola dan peringkat ketiga lomba habsyi, selain anggota Paskibra Batola.

Kemudian dalam sesi tanya jawab di malam grand final, anak kedua dari empat bersaudara pasangan Azidin Noor dan Norpahani ini mendapatkan pertanyaan tentang pencemaran sungai akibat sampah.

Dalam waktu tak sampai semenit, Nispu menjawab dengan lebih dulu memberi contoh, mengedukasi masyarakat dan mendukung program anti pencemaran sungai dari pemerintah.

“Setelah menjadi Diang Batola, bertambah lagi tugas saya. Namun saya bangga bisa berkontribusi dan memberikan ide-ide pengembangkan potensi pariwisata Batola,” tegas Nispu.

“Bagaimanapun Diang mesti memiliki pengetahuan yang luas, serta tidak pernah berhenti belajar. Juga punya tata krama dan attitude yang baik,” tambahnya.

Namun sebelum dinobatkan sebagai Diang Batola, Nispu memiliki pengalaman memalukan, tepatnya ketika menjalani masa karantina di Hotel Prima Batola.

“Selama menjalani karantina, kami dituntut disiplin waktu. Mulai dari bangun tidur, mengikuti pembekalan, makan, hingga waktu istirahat,” cerita Nispu.

Lantas di hari kedua karantina, Nispu tidak sempat membereskan kamar lantaran harus segera sarapan.

“Ketika kami latihan koreo, tenyata semua kamar digerebek. Ternyata kamar saya yang paling berantakan di antara peserta lain,” beber Nispu.

“Saya benar-benar malu, karena kondisi kamar saya divideokan dan ditayangkan melalui LCD di hadapan semua peserta,” tandasnya.

Dwida Nispuliani bersama ayah dan ibu yang selalu memberikan dorongan. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

Baca Juga:Seleksi Perangkat Desa, Batola Menggunakan CAT

Baca Juga:Dinas PUPR Batola Genjot Sertifikasi Tukang

Reporter: Bastian AlkafEditor: Muhammad Bulkini