Bisnis Smelter

Mengenal Duo Bersaudara Pemilik CNI Group

Dua bersaudara pemilik PT Ceria Nugraha Indotama (CNI Group) yang membangun smelter nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara mendorong laju perekonomian.

Derian Sakmiwata Presiden Direktur CNI Group dan Cherisha Sakmiwata Sampetoding Direktur Keuangan dan Support CNI Group. Foto: Bisnis.com

apahabar.com, JAKARTA - Kehadiran dua bersaudara pemilik PT Ceria Nugraha Indotama (CNI Group) yang membangun smelter nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara, patut diapresiasi. Selain mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, CNI Group telah membuka lapangan kerja baru untuk ribuan orang.

Sebagai investor lokal, pemilik CNI Group adalah dua bersaudara. Mereka, Derian Sakmiwata dan Cherisha Sakmiwata Sampetoding. Keduanya merupakan pemegang saham terbaru CNI Group. Derian Sakmiwata Sampetoding (51 persen persen) dan Cherisha Sakmiwata Sampetoding (49 persen).

“Izin usaha pertambangan (IUP) CNI Group yang dikeluarkan Bupati Kolaka No. 177 tahun 2012 telah mengalami perubahan. Pemegang saham terbaru CNI Group terdiri dari pak Derian Sakmiwata Sampetoding dan ibu Cherisha Sakmiwata Sampetoding sekaligus bertindak sebagai direktur perusahaan,” dikutip dari Haluansultra.id, Jumat (19/8/2022).

CNI Group memiliki lebih dari 600 karyawan dan mengelola area pertambangan seluas 6.785 hektar yang terletak di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Tambang mereka memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 295 juta metrik ton.

Baca Juga: Pengusaha Pribumi Terkendala Modal 'Bermain' di Bisnis Smelter

Melalui Izin Pertambangan untuk jangka waktu 20 tahun dengan dua kali opsi perpanjangan, masing-masing 10 tahun, CNI Group dibawah kepemimpinan Derian memimpin pabrik peleburan dan pengolahan bijih nikel.

CNI Group sendiri dibangun pada tahun 1992. Pendirinya adalah Atto Sakmiwata Sampetoding, ayah dari Derian dan Cherisha. Sebelumnya Atto Sakmiwata menjabat sebagai Managing Director pada perusahaan tersebut. Belakangan Atto Sakmiwata diketahui sebagai pengelola PT Kolaka Mining International dan owner PT Kayu Meridian Indotama. 

Profil Derian Sakmiwata & Cherisha Sampetoding 

Dalam situs perusahaan (https://cerindocorp.com), Derian diketahui berperan sebagai Presiden Direktur. Sedangkan Cherisha dipercaya menjadi Direktur Keuangan dan Support.

Derian Sakmiwata menjadi pemimpin bisnis dan diangkat sebagai Presiden Direktur CNI Group pada tahun 2014. Derian merupakan lulusan International Business Science dari Universitas Griffith Australia pada 2013.

Baca Juga: Cerita Kakek Terkaya RI di Bisnis Smelter Kalimantan: Mulanya Pedagang Kelontong

Sedangkan Cherisha Sakmiwata Sampetoding yang merupakan direktur keuangan sejak 2014 merupakan lulus Universitas Griffith Australia. Cherisha mengambil jurusan bisnis dalam pemasaran dan menerima gelar sarjana pada tahun 2013. 

Di masa kepemimpinan Derian, PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group telah mendapat penghargaan atas kontribusi penerimaan pajak terbesar untuk kategori perusahaan tambang swasta di wilayah kerja Kolaka.

Pemerintah Indonesia melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kolaka memberikan apresiasi kontribusi pajak kepada perusahaan pertambangan nikel PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group.

"Sejauh ini, kontribusi pajak CNI Group merupakan yang terbesar di Kolaka. Kami berterima kasih atas kontribusi yang telah diberikan CNI Group selama terdaftar di KPP Kolaka. Tahun ini kami mencapai target penerimaan pajak untuk yang keempat kali dalam 4 tahun beturut-turut," kata Jarod Sri Raharjo, Kepala KPP Pratama Kolaka, dikutip dari jpnn.com, Rabu (21/01/2021).

Baca Juga: Konglomerat Ternama 'Bermain' di Bisnis Smelter

Sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), CNI Group memiliki komitmen penuh untuk memberikan kontribusi kepada negara lewat pajak dan sebagai motor penggerak ekonomi nasional khususnya di wilayah Kolaka.

CNI Group menjadi simbol perusahaan tambang nikel lokal yang turut andil dalam menyukseskan program hilirisasi nikel yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.

Kapasitas Smelter CNI Group

Smelter yang dikembangkan oleh CNI Group memiliki kapasitas total sekitar 100.000 ton nickel dan lebih dari 4.000 ton cobalt setiap tahunnya. Rinciannya 252.000 ton output dari rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dalam bentuk ferronickel dengan kandungan 22 persen nikel di dalamnya.

Selanjutnya dari pengolahan HPAL akan menghasilkan output 103.000 ton dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 40.000 ton nikel dan lebih dari 4,000 ton kobalt.

Produk feronikel ini dapat diolah lebih lanjut untuk memproduksi Stainless Steel dan produk turunannya (consuming needs). Adapun nickel matte dan nickel sulfide dapat digunakan untuk memproduksi bahan baku baterai. 

Dukungan BMRI

Kedua bersaudara itu telah mendapatkan komitmen dari sindikasi Bank Mandiri (BMRI) untuk melakukan pembiayaan pembangunan smelter di Sulawesi Tenggara. Smelter nikel CNI Group diperkirakan membutuhkan investasi US$2,31 miliar dengan kucuran dalam beberapa tahap.

April 2022 lalu, CNI Group telah mendapatkan pembiayaan sindikasi dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank BJB (BJBR) dan Bank Sulselbar. Entitas CNI Group yang menerima kucuran kredit ini adalah PT Ceria Metalindo Prima (CMP) berupa term loan sebesar US$277,69 juta atau sekitar Rp 3,98 triliun.

Baca Juga: Rekomendasi Dump Truck Bekas yang Cocok untuk Bisnis Smelter

PT CMP merupakan anak usaha PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Grup. Kredit sindikasi ini disalurkan untuk membangun proyek smelter pengolahan bijih nikel laterit rotary kiln electric furnace (RKEF) yang terdiri dari sebuah pabrik rotary kiln electric furnace (RKEF1) dan infrastruktur pendukung operasional RKEF1 di Lapao Pao, Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan tenor hingga 9 tahun.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam keterangan tertulisnya saat penandatanganan kerjasama berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan nilai tambah bagi industri di dalam negeri, serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.

“Penandatanganan perjanjian terasa sangat spesial, karena menjadi tonggak sejarah bukan hanya bagi CNI Group, namun juga bagi Bank Mandiri. Saya juga ingin sampaikan setiap pembangunan industri smelter pasti akan membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. Perekonomian juga akan bangkit, ini yang kita inginkan bersama,” katanya.