Nasional

Mengenal Cuncung Syafruddin H Maming, Dari Senayan Menuju Tanbu-1

apahabar.com, BATULICIN – Perhelatan Pemilihan Bupati Tanah Bumbu (Tanbu) 2020 sebentar lagi. Dari empat bakal pasangan…

Setelah Pulau Burung, kini giliran 7 kecamatan di Tanah Bumbu yang bakal dibikin Cuncung terang benderang lewat program penerangan jalan utama (PJU) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Foto: Istimewa

apahabar.com, BATULICIN – Perhelatan Pemilihan Bupati Tanah Bumbu (Tanbu) 2020 sebentar lagi. Dari empat bakal pasangan calon, menariknya ada nama Syafruddin H Maming.

Bakal calon bupati Tanah Bumbu satu ini sampai rela meninggalkan kursi empuknya di Senayan, Gedung DPR RI, Jakarta, demi membangun tanah kelahirannya. Lantas bagaimana perjalanan karir pria yang akrab disapa Cuncung itu?

Sebelumnya, Cuncung mewakili masyarakat di pesisir Banua, sebutan Kalsel, untuk maju di Pemilihan Legislatif 2019 lalu.

Khusus di Tanah Bambu, eks anggota DPRD Kalsel dua periode ini, sukses meraup 35.011 suara masyarakat Bumi Bersujud.

Untuk lebih mengenal sosoknya, media ini mencoba menggali bagaimana sosok Syafruddin H Maming.

Bagaimana perjalanan dan prinsip hidupnya? Kehidupan keluarganya? juga perjuangannya hingga ia bisa menjadi salah satu tokoh yang dipercaya mengemban amanah masyarakat Kalsel.

Ya, Cuncung memang tak sepopuler adiknya, Mardani H Maming bupati Tanah Bumbu dua periode yang saat ini menjabat ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau Hipmi.

Meski begitu, Cuncung juga memiliki sesuatu yang bisa dibilang mirip dengan apa yang dimiliki Mardani selama ini.

Belum lama tadi, sosok yang ramah dan murah senyum itu menerima kedatangan awak media ini di sebuah ruangan minimalis berpendingin udara dengan warna dominan biru muda, dua sofa ukuran sedang berwarna orange, satu sofa untuk istirahat, dan dua kursi kecil berwarna coklat.

Di atas meja berwarna putih, ada beberapa snack dan air mineral yang memang disediakan untuk para tamu. Di salah satu sudut atas dinding ada tulisan arab beserta terjemahannya. Tulisan itu berbunyi: Segalanya ini adalah karunia Allah.

Hari itu, Cuncung mengenakan kaos putih polos non-branded dan celana bercorak militer.

Ia memang tak pernah menyukai barang-barang bermerk. Bapak tiga anak itu lebih suka mengenakan pakaian yang sederhana. Dan kesederhanaan itu terus melekat kepada dirinya sejak dahulu sampai sekarang.

Cuncung yang lahir di Pulau Burung, 6 Januari 1977, memang terlahir dari keluarga yang sangat dikenal di Batulicin.

Ayahnya, H Maming, merupakan tokoh masyarakat yang paling dikenang karena kedermawanannya. Menurut Cuncung, ayahnya memang senang membantu orang lain yang sedang tertimpa kesulitan.

“Saya ingat pesan beliau. Pertama, kalau kita punya uang, bantulah dengan harta. Kalau tidak, bantulah dengan tenaga. Lalu, kalau harta dan tenaga tidak punya, bantulah orang yang kesusahan dengan pemikiran,” kata Cuncung sambil mengenang sosok H Maming.

Sebagai sosok ayah, kata Cuncung, H Maming merupakan sosok yang tegas, disiplin, dan tak pernah memanjakan anak-anaknya.

Sebagai contoh, meski menjadi anak seorang tokoh masyarakat di Batulicin, kehidupan Cuncung ternyata tak lurus-lurus amat.

Ia sempat menjadi buruh kayu selama dua tahun di dermaga Pasar Lama Batulicin. Pekerjaan itu ia tekuni sekira tahun 2000. Setelah usaha kayu macet pada 2004, ia masih terus mengembara mencari jati dirinya.

Tahun 2008, ia diajak sang adik, Mardani, untuk bergabung ke Partai Kebangkitan Bangsa yang saat itu masih diketuai oleh KH Abdurrahman Wahid.

Posisi Cuncung saat itu sebagai Ketua PAC PKB Kabupaten Tanah Bumbu. Belakangan, terjadi dualisme di dalam tubuh PKB.

Sebenarnya, Cuncung dan Mardani berupaya bertahan. Namun, ternyata kondisinya tidak memungkinkan. Akhirnya, mereka berdua hijrah ke partai lain. Partai yang menjadi pelabuhan berikutnya adalah PDI Perjuangan.

Di partai berlambang banteng itulah, keduanya bisa berkembang menjadi sosok yang diperhitungkan di Kalsel.

Dipilihnya PDI Perjuangan itu juga atas izin orang tua mereka.

“Kalau tak ada izin orang tua, tak mungkin kami memilih PDI Perjuangan,” ungkapnya, sambil memperbaiki posisi duduknya.

Dalam perjalanannya, Cuncung pernah menjadi Kepala Desa Pulau Burung pada 2011 sampai 2013.

Ia juga dikenal karena menjadi ketua dan pengurus berbagai organisasi penting di daerah ini. Saat ini, ia tercatat sebagai Ketua Yayasan H Maming yang bergerak di bidang sosial.

Sebelum menjadi anggota Komisi III di DPR RI, Cuncung menduduki kursi wakil ketua Komisi III DPRD Kalsel.

Pada Pemilu 2014 itu, Cuncung mendapat suara nomor lima terbanyak se Kalsel dengan 19.930 suara.

Bagi Cuncung, keputusannya maju di ranah politik adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat.

Ia sendiri tak pernah berpikir untuk mencari keuntungan. Sebab, hal yang paling utama dalam hidupnya adalah membantu masyarakat yang sedang kesulitan.

Medio Oktober 2018 silam, Cuncung berhasil membuat Pulau Burung terang benderang karena sudah dialiri listrik.

Meski listrik belum dapat berfungsi maksimal karena hanya menggunakan PLTS, tetapi hal itu menunjukkan komitmen nyata dari Cuncung kepada masyarakat.

Berhasil terpilihnya Cuncung di DPR RI rupanya menjadi berkah tersendiri bagi warga Tanah Bumbu.

Setelah Pulau Burung, kini giliran 7 kecamatan di Tanah Bumbu yang bakal dibikinnya terang benderang lewat program penerangan jalan utama (PJU) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Ada 200 titik tiang yang bakal menerangi ruas jalan yang terbagi di tujuh kecamatan Bumi Bersujud.

200 kecamatan dimaksud, yakni Kecamatan Simpang Empat 10 titik dan Batulicin 30 titik.

Kemudian Kusan Hilir 60 titik, Sungai Loban 15 titik, Satui 45 titik, Kuranji 15 titik dan Kusan Hulu 25 titik.

“Alhamdulillah penerangan akan segera terpasang. Sementara di Tanah Laut dan Banjarmasin masing-masing 50 titik,” ungkap Cuncung.

Editor: Puja Mandela