Kesenian Nusantara

Mengenal Alat Musik Sape, Kesenian Suku Dayak yang Magis nan Indah

Indonesia kaya akan kesenian dan kebudayaan, salah satunya Sape, alat musik tradisional khas Suku Dayak, Kalimantan Timur.

Konon alat musik Sape digunakan sebagai upacara hingga pengobatan dan terdapat unsur magis di dalamnya. Foto: dok/indonesiakaya

apahabar.com, JAKARTA - Indonesia kaya akan kesenian dan kebudayaan, salah satunya Sape, alat musik tradisional khas Suku Dayak, Kalimantan Timur.

Sape yang dikenal memiliki dawai indah menjadi salah satu alat musik tradisional yang diperkenalkan dalam AMI Ethnic. Kehadirannya juga mewakili budaya dari Kalimantan Timur, Suku Dayak.

Alat musik tradisional ini harus dilestarikan, karena bukan hanya soal warisan budaya dapat mengeluarkan dawai yang indah dan merdu saat dimainkan sehingga membuat banyak telinga terhipnotis akan suaranya.

Sejarah Sape

Alat Musik Sape Berasal Dari Suku Dayak, Kalimantan Barat. Foto: dok. AMI Ethnic

Sape memiliki banyak nama seperti Sapeh, Sampeh dan Sampek, tak ada yang salah dalam ragam penyebutannya, adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik yang memiliki bentuk badan yang lebar dan bertangkai kecil.

Alat musik ini merupakan kesenian tradisional masyarakat Suku Dayak Kayaan, yang menempati dan tinggal di wilayah sungai Kapuas Hulu.

Baca Juga: AMI Ethnic 2023 Resmi Diluncurkan, Kepedulian untuk Pelaku dan Alat Musik Tradisional

Mengutip Diskominfo Provinsi Kalimantan Timur, Kamis (12/10), alat musik ini terbuat dari kayu Adau, yang banyak dijumpai di tanah Kalimantan. Namun beberapa terbuat dari rotan hingga ijuk pohok (pohon aren).

Bentuk Sape memiliki nilai artistik dari Suku Dayak, seperti bentuknya menyerupai perahi dan diukir dengan motif khas yang memenuhi permukaan alat musik tersebut.

Sape memiliki arti tiga dalam bahasa Dayak, hal ini sesuai dengan jumlah dawainya. Namun alat musik ini memiliki banyak variasi, diantaranya tiga hingga empat dawai.

"Dawainya beragam. Bahkan ada yang dua, empat hingga enam, tiga atas dan tiga dibagian bawah," kata Khaerul, Pengrajin Alat Musik Tradisional pada apahabar Kamis (12/10).

Sape dimaikan dengan cara dipetik. Foto: dok. indonesiakaya

Alat musik ini memiliki dua jenis. Pertama berbadan lebar, bertangkai kecil dan panjangnya sekitar satu meter. Memiliki dua dawai berbahan plastik. Sape ini memiliki empat tangga nada.

Kedua, dengan badan kecil memanjang, bagian ujung membentuk kecil dengan panjang sekitar 1,5 meter.

Baca Juga: Keindahan Musik Panting, Tradisi Kesenian Suku Banjar

Biasa disebut dengan Sape Kenyah, karena sering ditemui oleh masyarakat Kenyah. Serta memiliki dawai yang halus, tiga sampai lima untai.

Sape Kenyah dan Sape Kayaan tidak mempunyai perbedaan, hanya saja penamaan tersebut berasal dari suku Sape tersebut berasal.

Nada yang dihasilkan dari alat musik initerbagi menjadi dua, tubunsitun dan sakpakok.

Nada tubunsitun memiliki tempo lambat dan menghasilkan nada yang khas. Sementara, sakpakok memiliki nada yang lebih cepat dan dinamis.

Dimainkan Sebagai Iringan Tari Adat dan Upacara Lainnya
Konon alat musik Sape digunakan sebagai upacara hingga pengobatan dan terdapat unsur magis di dalamnya. Foto: dok. indonesiakaya

Alat musik ini biasa digunakan sebagai pengiring tarian khas Dayak pada perayaan kesenian yang penuh kegembiraan, hingga pendukung upacara ritual lainnya.

Dalam sejarahnya, alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi proses pengobatan seseorang yang terserang penyakit, dan memiliki unsur magis di dalamnya.

Baca Juga: Hari Batik Nasional 2023, Bangga Berbatik Demi Pelestarian Budaya Nusantara

Iringan sape akan menghasilnya alunan yang berbeda saat upacara adat, suasana akan berubah menjadi sakral, sehingga akan menghayati pada alunan tersebut dan mendapati sensasi merinding saat mendengar dawainya.

Tak jarang terjadi unsur magis seperti kehadiran roh leluhur dalam permainannya, alat musik ini digunakan sebagai penyampai perasaan melalui alunan suara-suara yang dihasilkan.

Saat ini, alat musik Sape tersebar di wilayah Samarinda, Malinau, Kutai Barat dan Mahakam Ulu. Bahkan penyebarannya hingga ke seluruh Indonesia untuk tetap melestarikan kebudayaan khas tanah air.