Situs Layangan Temanggung

Menelusuri Peradaban yang Hilang di Situs Liyangan Temanggung

Situs Liyangan adalah bukti nyata bahwa ada peradaban yang hilang akibat meletusnya gunung Sindoro di masa lampau.

Situs Liyangan Temanggung (Apahabar.com/Arimbihp)

apahabar.com, TEMANGGUNG - Situs Liyangan adalah bukti nyata bahwa ada peradaban yang hilang akibat meletusnya gunung Sindoro di masa lampau.

Temanggung, kota yang terkenal akan kekayaan tembakau dan pemandangan alam yang indah ini menjadi lokasi yang cocok untuk berwisata.

Tak hanya memandang hamparan hijau sayur mayur serta sejuknya udara lereng gunung Sindoro, pengunjung juga bisa berwisata sejarah di Temanggung.

Lokasi wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi adalah Situs Liyangan yang berada di  Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Pasalnya, Situs Liyangan adalah bukti nyata bahwa ada sebuah peradaban yang hilang akibat bencana meletusnya gunung Sindoro di masa lampau.

Baca Juga: Candi Pawon, Situs Sejarah Penyimpanan Abu Jasad Raja Indra

"Situs Liyangan secara sederhananya adalah bukti adanya kompleks pemukiman dan tempat ibadah di masa mataram kuno pada abad ke 8 sampai 10," kata Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS), Rendra Agusta, Selasa (25/7).

Menurut dia, hilangnya pemukiman di area tersebut terjadi akibat erupsi besar dari gunung Sindoro karena melihat banyaknya sisa-sia batuan dari erupsinya pun masih bisa dijumpai di area situs.

Situs Liyangan, peradaban yang hilang (Apahabar.com/Arimbihp)

Lebih lanjut, Rendra menuturkan, Situs Liyangan awalnya ditemukan seorang penambang pasir di daerah tersebut pada 2008.

"Kala itu yang ditemukan ada potongan gabah, struktur bangunan, lingga yoni, tembok yang terkubur," kata dia.

Penambang pasir yang menemukan benda-benda tersebut kemudian lapor kepada dinas setempat dan ditindaklanjuti Tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta.

Rendra menuturkan, dari hasil penelitian tersebut disimpulkan, perkampungan di Situs Liyangan pernah berkembang dalam kurun waktu antara tiga dan empat abad.

Adapun perkembangan permukiman tersebut diperkirakan berlangsung secara bertahap—mulai dari komuitas kecil terdiri atas beberapa keluarga, lalu komunitas lebih besar, dan kemudian kerajaan.

"Berdasarkan strukturnya, diperkirakan masyarakat baru membuat tempat peribadahan dan area pertanian setelah menghuni lokasi tersebut dalam kurun waktu yang cukup lama," ujarnya.

Baca Juga: Magelang Punya Candi Asu, Alternatif Wisata Selain Borobudur

Rendra menuturkan, area pemukiman di Situs Liyangan terdiri atas empat bagian dengan bentuk yang bertingkat.

"Area pertama yang berada di paling atas untuk peribadahan, tempat pemujaan bernuansa Hindu, karena terdapat  lingga yoni serta beberapa batur atau pelataran candi," kata dia.

Kemudian, lanjut Rendra di area kedua terdapat pelataran yang luas, bisa tadinya wilayah tempat tinggal penduduk.

Turun ke halaman ketiga Situs Liyangan, ditemukan sebuah candi. Sedangkan area paling bawah, ada sebuah petirtaan atau kolam pemandian kuno.

"Karena menurut tradisinya, sebelum masuk rumah biasanya masyarakat jaman dulu akan membersihkan diri," ujarnya.

Tak cuma itu, di samping wilayah situs juga ditemukan jalan setapak berupa bebatuan dan saluran air kuno.

Di bagian atas, terdapat sebuah bekas rumah kayu, lengkap dengan jendelanya. Rumah ini diamankan dengan memberi semacam tenda pelindung dari panas dan hujan.

Tak hanya peneliti, masyarakat umum yang penasaran akan adanya Situs Liyangan, boleh berkunjung dengan memberikan biaya serelanya.

Seorang pengunjung asal Wonosobo, Heni (23) menuturkan, dirinya datang ke Situs Liyangan karena ingin tahu tentang adanya pemukiman yang kabarnya pernah hilang.

"Hanya baca di media, tetapi belum pernah ke sini langsung, datang bersama adik," kata Heni yang juga mahasiswa UNS jurusan Pendidikan Geografi.

Heni mengatakan, kunjungannya di Situs Liyangan untuk pertama kali cukup menjawab rasa penasarannya selama ini.

Baca Juga: Menikmati Secangkir Kopi Luwak dengan Pemandangan Candi Pawon

"Ya setidaknya sudah lihat bahwa benar-benar ada, mungkin akan melanjukan perjalanan ke sekitar sini, untuk melihat peninggalan sejarah yang lain," ujarnya.

Ia berharap, kedepannya, kelanjutan peninggalan Situs Liyangan bisa dilanjutkan sehingga peradaban yang hilang bisa kembali ditemukan.

Menurut Ketua Tim Ekskavasi Situs Liyangan dari Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta Sugeng Riyanto, mengatakan, perjalanan untuk mengungkap sejarah dari situs liyangan memang masih panjang.

"Jika sudah terbuka tuntas, Situs Liyangan menjadi bukti penting akan peradaban hindu kuno di wilayah Jawa Tengah," tuturnya.