Kalsel

Menelusuri Jejak Sumber Gas di Batola

apahabar.com, MARABAHAN – Kemunculan gas dari sumur bor di Desa Badandan, Kecamatan Cerbon, Barito Kuala, mengingatkan…

Sempat diteliti Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, semburan gas di Barambai tak pernah dieksplorasi. Foto-Istimewa

apahabar.com, MARABAHAN – Kemunculan gas dari sumur bor di Desa Badandan, Kecamatan Cerbon, Barito Kuala, mengingatkan kejadian serupa di Desa Kolam Kanan Kecamatan Barambai.

Tepat November 2006, warga Barambai juga dihebohkan kemunculan gas yang bercampur lumpur, ketika berusaha mencari sumber air tanah dari kedalaman sekitar 135 meter.

Berdasarkan hasil penelitian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, gas yang menyembur di Barambai mengandung Coal Bed Methane (CBM) sebesar 26,6 persen.

Publik pun lantas menyamakan semburan lumpur gas di Barambai sama dengan kejadian di Kecamatan Porong Sidoarjo, Jawa Timur.

Untungnya semburan lumpur di Barambai tidak sebesar dan selama di Porong. Lambat laun semburan lumpur itu berubah menjadi kolam air berdiameter 15 meter.

Kemunculan gas di Barambai tidak berlangsung sekali. Sekitar awal September 2017, semburan tersebut kembali muncul di tiga titik berbeda dengan jarak antara 300 hingga 500 meter.

Setelah semburan pertama, setidaknya tiga perusahaan migas disebut-sebut segera mengeksplorasi CBM di Barito Kuala mulai 2011.

Perusahaan tersebut adalah PT Indo Barambai Gas Methane, PT Barito Basin Gas serta PT Tri Sakti Gas Methane, kesemuanya dibawah PT Sugico Grup

Eksplorasi direncanakan dilakukan mulai Kecamatan Anjir Muara, Wanaraya dan Barambai. Diperkirakan potensi CBM di Barambai mencapai 101,6 triliun M3.

Potensi ini disebabkan ketiga wilayah kecamatan tersebut berada di dekat ujung Cekungan Barito yang ditarik lurus mulai Pegunungan Meratus.

Kalau ditarik garis lurus dari Pegunungan Meratus, lokasi semburan di Barambai hampir sejajar dengan lapangan minyak Kambitin dan Tanjung.

Oleh karena lebih ringan ketimbang air, gas yang terbentuk di bagian paling dalam Cekungan Barito ini dipastikan mengalir ke atas melalui proses ekstraksi ke atas patahan-patahan bumi.

Namun demikian, perusahaan pengeboran CBM di Batola berhenti beraktivitas mulai 2013. Alasan penghentian itu adalah kendala yang banyak ditemui di lapangan.

“Terdapat beberapa kendala teknis di lapangan yang harus dievaluasi lebih detail,” jelas Kepala Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan, Haryozani, waktu itu.

“Evaluasi itu menyangkut pengeboran dilanjutkan atau dihentikan dan dimulai lagi dengan teknologi baru,” imbuhnya.

Salah satu persoalan teknis yang dihadapi adalah kontraktor harus mengebor banyak sumur dengan volume gas yang belum tentu besar. Ini berbeda dengan gas alam konvensional.

Baca Juga: Lawan Perundungan, 'Kopi' Siap Jadikan Banjarmasin Kota Inklusi

Baca Juga: Heboh Warga Badandan di Batola Memperoleh Sumber Gas

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Aprianoor