Sejarah Lato-lato

Menelusuri Jejak 'Lato-lato' sebagai Senjata Koboi Argentina

Belakangan, permainan lato-lato kembali viral di tengah masyarakat Indonesia, usai sebelumnya juga pernah digandrungi pada era 1990-an.

Permainan lato-lato yang tengah digandrungi anak-anak. Foto: Dok. Detik.

apahabar.com, JAKARTA - Tek, tek, tek. Begitu kiranya bunyi dua bandulan keras kala berbenturan. Bola yang disatukan dengan tali itu dikenal sebagai lato-lato. 

Belakangan, permainan tersebut kembali viral di tengah masyarakat Indonesia, usai sebelumnya juga pernah digandrungi pada era 1990-an. Malahan, kini, Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut memainkannya.

Ridwan Kamil dan Presiden Jokowi saat mencoba memainkan lato-lato. Foto: Dok. Inilah.

Meski terlihat sepele, nyatanya mengayunkan lato-lato tak semudah yang dibayangkan. Diperlukan keseimbangan serta kesabaran supaya kedua bola bisa berbenturan secara tepat.

Salah-salah, boleh jadi kepala yang justru terbentur bola. Tak menutup kemungkinan pula jari terjepit kedua bola atau terlilit tali.

Pernah Dianggap Berbahaya

Kekhawatiran yang demikian bukan isapan jempol semata. Di negara asalnya, yakni Amerika Serikat, lato-lato pernah termasuk sebagai 'mechanical hazard' alias mainan yang berbahaya. 

Permainan yang juga disebut clackers ini sempat menimbulkan kontroversi sekitar tahun 60 hingga 70-an. Alasan utamanya, suara benturan yang dihasilkan dianggap mengganggu.

Clackers benar-benar pernah membuat pemainnya terluka karena terbentur bola. Parahnya lagi, mainan ini berpotensi pecah menjadi serpihan tajam, mengingat lato-lato kala itu terbuat dari kaca temper.

Sehingga, ketika pemainnya terlalu bersemangat menggoyangkan tali, bola-bolanya akan bertubrukan dengan keras. Sampai akhirnya, bandulan itu menjadi serpihan yang bisa terlempar ke mana-mana.

Alhasil, pada 1966, Food and Drug Administration mengeluarkan peringatan terkait bahaya clackers. Lembaga itu juga melakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui kecepatan gerakan dan potensi pecahan dari clackers.

Permainan ini lantas benar-benar dilarang. Keputusan ini berlandaskan hasil uji laboratorium tadi, yang membuktikan bahwa clackers mengandung bahan kimia, radioaktivitas, serta mudah terbakar.

Imbasnya, produk clackers ditarik secara besar-besaran dari pasaran. Keputusan ini bahkan mendapat dukungan dari sejumlah lembaga, salah satunya Society for the Prevention of Blindness.

Kompetisi Kelas Dunia

Terlepas dari bahaya yang mengintai para pemainnya, clackers semula dibuat untuk mengajari anak-anak berlatih koordinasi antara tangan dan mata. 

Malahan, permainan ini sampai dijadikan perlombaan kelas dunia. New York Times mencatat, pada Agustus 1971, kejuaraan dunia clackers diikuti oleh sederet negara.

Beberapa di antaranya, Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, dan Kanada. Perwakilan dari berbagai negara itu jauh-jauh datang ke Italia – tempat berlangsungnya kejuaraan dunia – untuk menunjukkan kebolehan mereka dalam memainkan clackers.

Senjata Koboi

Konon, lato-lato sendiri terinspirasi dari sebuah senjata asal Argentina bernama bolas. Senjata tersebut digunakan oleh para koboi Argentina untuk menangkap hewan. 

Ketika Argentina masih menjalani kultur sekitar abad 19-an, lato-lato merupakan senjata berburu. Bukan alat permainan sebagaimana yang dikenal sekarang.

Para koboi alias penggembala di sana menggunakan bolas untuk berburu hewan sejenis llama. Llama adalah hewan seperti kuda atau keledai yang merupakan hewan asli Amerika Latin.