Menelusuri Genangan Jakarta, Kota ‘Langganan’ Banjir dari Masa ke Masa

Hampir saban tahun, banjir menggenangi wilayah Jakarta. Saking seringnya terendam air bah, ibu kota ini sampai disebut-sebut sebagai ‘langganan banjir.’

Ibu Kota Jakarta yang menjadi wilayah langganan banjir (Foto: dok. Jakarta Bisnis.com)

apahabar.com, JAKARTA - Hujan deras yang mengguyur Jakarta, Kamis (6/10), membuat titik genangan muncul di berbagai wilayah. Fenomena yang hampir saban tahun melanda ibu kota ini, bahkan, sampai merenggut nyawa.

Sebanyak tiga siswa MTsN 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan meninggal dunia lantaran tertimpa tembok saat bermain hujan di lapangan sekolah. Pembatas yang sudah rapuh itu disinyalir tak mampu menahan luapan air bah.

Banjir sendiri, sejatinya, bukanlah barang baru bagi Jakarta. Malahan, sedari Indonesia belum merdeka, wilayah yang kala itu bernama Batavia, sudah dihadapkan dengan bencana air bah nan parah.

Banjir Jakarta di Masa Kolonial

Di masa kepemimpinan Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen, tepatnya pada 1621, Batavia telah mengalami banjir. Kala itu, musibah ini dikarenakan Kali Ciliwung meluap saat hujan deras.

Banjir kembali terjadi pada 1654, 1872, 1893, 1909, 1918, dan 1932. Salah satu peristiwa terparah terjadi pada 1918, di mana banjir sampai menelan korban jiwa. 

Berkaca dari insiden itu, Pemerintah Hindia Belanda lantas membuat perencanaan mencegah banjir serupa dengan mengendalikan air supaya tak masuk ke kota. Belanda membuat kanal agar air dari kawasan Puncak, Bogor, bisa mengalir ke laut.

Banjir Jakarta 1979

Banjir terparah berikutnya terjadi pada 1979. Kala itu, banjir setinggi 2,5 meter yang sampai menenggelamkan Jakarta Selatan, mengakibatkan 714.861 orang mengungsi dan 20 orang dilaporkan hilang.

Banjir Jakarta 1996

Pada 1996, Jakarta mengalami hujan selama beberapa hari dengan curah tinggi. Genangan setinggi 7 meter pun merendam ibu kota.

Akibatnya, sebanyak 529 rumah hanyut, 398 rumah rusak, 20 orang meregang nyawa, dan ada 30.000 orang yang terpaksa harus mengungsi. Kerugian dari banjir tersebut mencapai USD435 juta.

Banjir Jakarta 2007

Pada 2007, 60 persen wilayah Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai 5 meter. Sedikitnya ada 80 orang yang dinyatakan tewas dalam kurun waktu 10 hari karena tersengat listrik, sakit, maupun terseret arus.

Banjir Jakarta 2013

Banjir pada 2013 turut menggenangi kawasan Sudirman, termasuk wilayah Bundaran Hotel Indonesia (HI). Akibatnya, 20 orang meninggal dan 33.500 orang mengungsi.

Banjir Jakarta 2020

Banjir yang mengguyur Jakarta di masa kepemimpinan Anies Baswedan ini menyebabkan setidaknya 21 orang meninggal dunia. Sejumlah titik yang tergenang juga mengakibatkan beberapa jalur kereta api dan bandara ditutup.

Demikianlah sekilas rekam jejak banjir terparah yang sempat menggenangi Jakarta. Saking seringnya terendam air bah, ibu kota ini sampai disebut-sebut sebagai ‘langganan banjir.’ Setujukah Anda dengan predikat yang demikian?