Info Kesehatan

Menangkal Post-Holiday Blues setelah Libur Lebaran

Perasaan negatif yang muncul bisa berupa rasa sedih, sepi, cemas, lelah, kecewa, atau tidak bersemangat ketika harus kembali ke rutinitas seperti biasanya.

Ilustrasi kondisi post holiday blues. Foto: Kumparan.

apahabar.com, JAKARTA - Libur Lebaran nyaris usai, sebagian besar masyarakat mulai kembali pada rutinitasnya setelah menikmati jeda waktu dari cuti bersama. Namun, ada kalanya setelah berlibur justru muncul gangguan yang disebut post holiday blues.

Apa itu post holiday blues?

Psikolog klinis Veronica Adesla, M.Psi, melalui Antara (26/4) menjelaskan post holiday blues merupakan perasaan negatif yang tidak menyenangkan sehabis liburan.

Perasaan negatif yang muncul bisa berupa rasa sedih, sepi, cemas, lelah, kecewa, atau tidak bersemangat ketika harus kembali ke rutinitas seperti biasanya.

“Biasanya, kemunculan perasaan ini sifatnya sementara, berlangsung selama beberapa hari sehabis liburan panjang,” kata Veronica.

Akibat post holiday blues, seseorang dapat merasa cemas ketika membayangkan harus kembali menjalani rutinitas, tidak bersemangat, kurang fokus, hingga tidak optimal dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Meski begitu, psikolog klinis dari Ohana Space Annisa Mega Radyani, M.Psi. menjelaskan post holiday blues bukanlah sebuah gangguan psikologis tertentu yang berbahaya. Bahkan, terkadang kondisi ini cukup normal dialami banyak orang seusai liburan.

“Saat liburan, mungkin akan muncul emosi-emosi menyenangkan yang intens. Aktivitas tersebut mengaktifkan hormon-hormon dalam tubuh, seperti serotonin atau dopamin yang membuat tubuh merasa nyaman, rileks,” ujar Annisa.

Ketika aktivitas tersebut berhenti karena harus kembali ke rutinitas biasanya, hormon tersebut mungkin akan berkurang dan dapat menyebabkan emosi negatif serta ketidaknyamanan seusai berlibur.

Annisa mengatakan sejauh ini post holiday blues tidak memiliki tingkatan keparahan atau level yang spesifik. Post holiday blues dapat dikatakan normal jika dirasakan selama satu atau dua minggu pascaberlibur.

Namun, jika post holiday blues terjadi lebih dari dua minggu, kemungkinan hal tersebut sudah cukup parah dan bisa mengarah ke masalah psikologis lainnya.

Cara mengatasi post holiday blues 

Setelah mengetahui gejala dan penyebab post holiday blues, ada baiknya untuk segera mengatasi gangguan itu. Menurut Annisa, jika seseorang sudah mulai merasakan perasaan negatif seusai berlibur, akui bahwa dia mengalami post holiday blues.

“Kedua, baiknya sediakan waktu juga. Jadi, mulai sesuaikan kondisi kita lagi. Mungkin di minggu pertama kembali bekerja, kita nggak perlu buat banyak target yang besar,” ujar Annisa.

Annisa menyarankan untuk membuat to do list atau daftar rencana kecil dengan tenggat yang sedikit atau semampunya karena yang terpenting rencana tersebut selesai. Dibandingkan langsung membuat rencana besar, mulailah dengan yang ringan terlebih dulu.

Selain itu, pastikan tidur cukup, makan sehat, dan olahraga karena pola hidup sehat turut mempengaruhi hormon tubuh. Hormon tubuh sangat berkaitan dengan post holiday blues sehingga penting untuk menjaga kondisi tubuh.

“Selanjutnya, tetap pertahankan sama orang-orang yang (saat liburan) sudah ketemu. Ngobrol saja sedikit-sedikit, tetap kontak pelan-pelan dengan orang yang membuat kita nyaman,” kata Annisa menambahkan.

Di samping cara-cara di atas, Veronica juga menambahkan untuk mengatasi post holiday blues dapat dilakukan dengan mengatur jadwal dan membuat perencanaan pada agenda liburan berikutnya.

“Mengatur jadwal untuk mencoba sesuatu hal yang baru dan menyenangkan untuk dilakukan,” ujar Veronica.