Misteri Pulau Kadap

Kisah Mistis Pulau Kadap Dulu dan Sekarang

“Kami terjebak di hutan lebat. Kompas kami tidak bisa menentukan arah yang benar,” ujar seorang pekerja perkebunan sawit lewat sambungan telepon.

Ilustrasi hutan di Pulau Kadap. Foto: Net.

apahabar.com, JAKARTA – “Kami terjebak di hutan lebat. Kompas kami tidak bisa menentukan arah yang benar,” ujar seorang pekerja perkebunan sawit lewat sambungan telepon. Rekannya yang dihubungi malah menimpali, “Tapi kami bisa mendengar suara klotok kalian di dalam, kok.”

Begitulah sepenggal kisah janggal yang didengar Nasrullah, sang Antropolog dari Universitas Lambung Mangkurat, kala berbincang dengan para pekerja kebun sawit pada akhir 2009 lalu.

Kejadian lawas itu, menurut Nasrullah, persis dengan cerita Pulau Kadap yang mendarah daging di tengah keyakinan orang Kalimantan.

“Pulau Kadap yang sejak kecil aku dengar ceritanya, itu hutannya rimbun sekali. Hutan itu juga tidak bisa dijamah manusia, sehingga ikan berukuran besar, binatang buas, dapat berkembang biak. Termasuk jin dan setan juga,” demikian Nasrullah mendeskripsikan Pulau Kadap kepada apahabar.com, Kamis (12/1).

Dia pun kembali menuturkan kejadian aneh tatkala orang-orang mencoba ‘menguji’ eksistensi Pulau Kadap.

Suatu ketika, kata Nasrullah, dilemparkan drum besar dari helikopter ke wilayah hutan yang disinyalir merupakan lokasi pulau gaib. Namun benda itu justru memantul lagi ke atas lantaran lebatnya dedaunan di sana.

Baca Juga: Menyibak Pulau Kadap, 'Kembaran' Saranjana yang Penuh Kisah Mistis

Sebagai informasi, Pulau Kadap sendiri dipercaya terletak di titik tengah tiga kabupaten: Tapin, Marabahan (Barito Kuala), dan Martapura (Kabupaten Banjar).

Pulau Kadap yang terletak di titik tengah tiga kabupaten, Tapin, Marabahan (Barito Kuala) dan Martapura (Kabupaten Banjar). Foto: Dok. JejakRekam.

Meski kisah-kisah demikian hanyalah penuturan lisan semata yang minim data, tak sedikit masyarakat Indonesia mempercayainya. Nasrullah menyebut hal itu lumrah, karena cerita rakyat, mitos, maupun dongeng bersifat bebas.

“Bisa muncul berbagai versi dan bisa terjadi hal-hal yang tidak masuk akal,” papar dia terkait sisi ‘menarik’ mitos Pulau Kadap, sampai-sampai kisahnya diminati banyak orang.

Menakuti Untuk Melindungi

Mitos Pulau Kadap, sambung Nasrullah, sejatinya merupakan cara masyarakat setempat berdialektika dengan alam. Ini berarti, kisah-kisah klenik memang sengaja dibuat untuk menjaga kelestarian lingkungan. 

“Menjaga alam dengan menciptakan suasana angker. Ini sebenarnya, kesannya, ‘jagalah’ kelestarian alam, tetapi dengan menyebutkan nama-nama makhluk yang ditakuti manusia,” terang sang antropolog.

Tujuan yang demikian juga dinilai menjadi alasan maraknya versi terkait keberadaan Pulau Kadap.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ada yang meyakini pulau gaib itu terletak di Kabupaten Tapin, Kabupaten Barito Kuala atau Banjar, bahkan irisan dari ketiganya. 

Menurut Nasrullah, itu adalah salah satu cara yang dilakukan masyarakat untuk melindungi alam di berbagai lokasi. “Kalau hanya satu versi, berarti hanya satu tempat saja yang tidak boleh dieksploitasi,” jelasnya. 

Sebab itulah, dia menilai semakin banyak versi soal lokasi Pulau Kadap, semakin baik pula untuk kelestarian alam. Dengan begitu, masyarakat bakal was-was kalau sekiranya hendak mengeksploitasi hutan-hutan di Kalimantan.

Sayangnya, dialektika yang demikian tak lagi berlaku ketika dihadapkan dengan masyarakat modern. Nasrullah menilai, orang-orang kekinian tak lagi peduli, terlebih takut dengan mitos berbau klenik.

“Konon, Pulau Kadap itu sudah diambil alih perusahaan sawit, sudah mulai dieksploitasi. Cerita Pulau Kadap perlahan juga mulai menghilang,” tutup Nasrullah.