Memetik Pelajaran dari Kisah Umar bin Khattab dengan Janda Tua

Banyak sekali kisah inspiratif yang dapat menambah keimanan kita sebagai seorang Muslim.

Ilustrasi. Foto-Net

apahabar.com, BANJARMASIN - Banyak sekali kisah inspiratif yang dapat menambah keimanan kita sebagai seorang Muslim. Salah satunya adalah kisah dari sahabat, Umar bin Khattab RA dengan janda tua.

Umar bin Khattab merupakan salah satu orang terhebat di dalam sejarah Islam mungkin setelah Rasulullah SAW. Beliau merupakan Amirul Mukminin atau pemimpin orang-orang yang beriman sekaligus menjadi khalifah pertama setelah sepeninggalnya Rasulullah SAW.

Catatan sepak terjangnya semenjak masih menjadi musuh Islam hingga akhirnya menjadi ujung tombak Islam, menyimpulkan dirinya sebagai orang yang besar dan tangguh. Namun, dalam satu kisah dapat diketahui bagaimana hati seorang Umar yang ternyata lembut dan sangat perasa.

Salah satunya seperti yang dikisahkan dalam buku, 100 Kisah Islami Inspiratif Pembangkit Jiwa karya Rian Hidayat Abi yang dilansir dari detikcom. Umar yang dikisahkan gemar melakukan blusukan ke rumah-rumah rakyatnya, suatu malam bersama seorang sahabat bernama Aslam ia mengunjungi sebuah desa terpencil. Ketika sedang berkeliling, ia mendengar terdapat suara tangisan anak kecil yang bersumber dari sebuah rumah.

Diketahui ternyata rumah tersebut dihuni oleh seorang perempuan tua dan anaknya yang sedang menangis tadi. Alangkah terkejutnya ketika Umar mengetahui ternyata ibu tersebut sedang memasak batu seolah-olah sedang memasak makanan.

Hal ini membuat Khalifah umar merasa penasaran sekaligus merasa iba dengan perilaku yang ditunjukkan oleh janda tua tersebut, sehingga ia bertanya kepadanya perihal anaknya yang sedang menangis itu. Wanita tersebut kemudian menjawab,

"Saya memasak batu-batu ini hanya untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan yang dilakukan Umar bin Khattab (wanita itu tidak mengetahui sedang berbicara dengan Umar) yang tidak mau melihat rakyatnya sengsara. Sungguh kejam! Seharian ini kami belum makan satu suap pun, bahkan anakku pun sampai harus berpuasa. Ketika waktu berbuka tiba, saya mengharap bakal ada rezeki yang datang, namun kenyataannya tidak! Saya harus mengumpulkan batu-batu ini kemudian memasaknya untuk membohongi anakku yang kelaparan dengan harapan dia akan lekas tertidur. Ternyata anakku tidak bisa tertidur, kemudian ia menangis meminta makan."

Sembari mendengar keluh kesah yang diutarakan oleh perempuan tua itu, Amirul Mukminin berlinang air mata. Kemudian ia segera beranjak dari tempat itu dan kembali ke Madinah untuk mengambil gandum yang dipikul di punggungnya untuk diantar ke janda tua itu.

Tanpa istirahat, Umar kemudian sampai ke rumah janda tua itu dan membawakan gandum serta beberapa liter minyak samin untuk bisa dimasak. Setelahnya, janda tua itu bergegas memasak makanan untuk dia dan anaknya.

Setelah mampu menikmati makanan tersebut, wanita tua itu berkata, "Terima kasih, Semoga Allah SWT membalas amal perbuatanmu."

Setelah kejadian yang menguras hati dan tenaga itupun akhirnya Umar lega karena bisa membantu rakyatnya agar tidak kelaparan lagi sekaligus menghentikan tangisan anak kecil tersebut. Umar kemudian berpamitan, sebelum pergi, ia menyampaikan kepada wanita tua itu untuk segera menemuinya karena akan diberikan kepadanya hak penerima santunan negara.

Keesokan harinya, wanita itu pun bergegas untuk menemui Umar bin Khattab. Alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui ternyata yang semalaman membantunya mengangkat gandum dan minyak adalah Umar sendiri.

Dikutip dari buku Umar Ibn Al-Khattab His Life and Times Vol. 1, kekeringan dan kelaparan parah sempat terjadi pada tahun ke 18 setelah hijrah. Tahun ini disebut Ar-Ramadah karena angin menerbangkan debu seperti abu atau Ar-Ramad. Bencana ini mengakibatkan kematian hingga hewan-hewan ikut merasakan dampaknya.

Umar yang merasa bertanggung jawab melakukan berbagai usaha untuk membantu rakyatnya, termasuk mendistribusikan makanan dari Dar Ad-Daqeeq. Umar membagikan hingga berdoa memohon pengampunan pada Allah SWT hingga akhirnya turun hujan dan mengakhiri bencana tersebut.

Nah, pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Umar bin Khattab ini adalah kita sebagai sesama umat Islam alangkah lebih baiknya jika saling tolong-menolong.